Heny Kustiarsih Ciptakan Resor Bernuansa Desa (1)

By nova.id, Kamis, 2 September 2010 | 05:17 WIB
Heny Kustiarsih Ciptakan Resor Bernuansa Desa 1 (nova.id)

Heny Kustiarsih Ciptakan Resor Bernuansa Desa 1 (nova.id)
Heny Kustiarsih Ciptakan Resor Bernuansa Desa 1 (nova.id)
Heny Kustiarsih Ciptakan Resor Bernuansa Desa 1 (nova.id)

"Kolam renang di tengah resor bernuansa desa, sungguh diminati para tamu (Foto: Henry Ismono) "

Bagaimana kisah terciptanya Villa Joglo Hills ini?

Saya berasal dari Kutoarjo (Jateng), sudah terbiasa dengan kehidupan pedesaan. Saya juga pernah merasakan tinggal di rumah joglo milik eyang. Nah, tahun 1995 saya memilih membangun rumah joglo dibandingkan rumah model modern. Saya memang ingin melestarikan rumah joglo. Soalnya, saya sering mendengar rumah joglo justru banyak dibeli oleh orang dari luar negeri.

Keinginan saya ini mendapat dukungan suami, DR Darrel Kitchener, asal Australia. Dia memang cinta budaya Jawa. Bersama suami, saya mulai berburu rumah joglo di Purwodadi, Demak, Kudus. Sampai akhirnya saya mendapatkan 7 rumah joglo yang sudah berusia sangat tua. Bayangkan, saya punya rumah joglo yang sudah dibangun sejak tahun 1700-1822. lho!

Sulitkah memindahkan rumah joglo dari lokasi aslinya?

Ceritanya unik-unik. Ketika memindahkan salah satu rumah joglo, di empat tiang rumahnya, saya menemukan koin-koin Belanda. Dari situlah ketahuan tahun pembuatan rumah joglo. Misalnya, rumah yang saya dapat dari Desa Turi Rejo Purwodadi, dibuat tahun 1700. Rumah seusia itu juga saya temukan dari Desa Gajah, Demak.

Lantas?

Saya membeli tanah seluas 9 hektar di Desa Keji, Ungaran. Kawasan ini merupakan areal persawahan, yang oleh Pemda setempat ditetapkan sebagai sabuk hijau. Desa ini juga merupakan desa wisata, yang memperkenalkan tradisi pedesaan. Saya lalu mengikuti aturan pemerintah yang berlaku.

Seluruh rumah joglo kemudian ditata kembali di Desa Keji. Saya dan suami yang mendesain penataannya. Semua rumah joglo saya tempatkan terpencar di sekelilingi areal persawahan. Suami yang ahli konservasi dan konsultan untuk taman nasional Indonesia, sangat mendukung upaya saya mewujudkan konsep kembali ke alam.

Untuk peresapan air, saya menanam ribuan tanaman keras yang sudah jarang ada. Misalnya pohon namnam, sukun, kepel. Tanaman ini mengelilingi Villa Joglo Hills (VJH). Sekarang, VJH sudah memiliki 10 unit rumah joglo.