Bolehkah Bayi Diberi Obat Bebas

By nova.id, Minggu, 23 Januari 2011 | 17:00 WIB
Bolehkah Bayi Diberi Obat Bebas (nova.id)

Kebanyakan orang tua tak berani memberikan obat bebas pada bayi. Padahal, boleh, kok, bayi diberi obat bebas. Namun dengan catatan, ia memang benar-benar membutuhkannya.

Bayi yang masih muda, tutur dr. Waldi Nurhamzah SpA, lazimnya amat jarang sakit bila ia lahir dalam keadaan sehat. "Daya tahan yang didapat dari ibunya semasa di kandungan, cukup buat mempertahankan dirinya dari gangguan kuman untuk beberapa bulan pertama, terlebih bila mendapatkan ASI." Seperti diketahui, ASI merupakan obat bebas paling mujarab buat bayi muda. Jadi, si kecil masih belum perlu obat bebas. Sedangkan bayi yang agak besar, daya tahannya mulai menurun hingga mudah kena serang penyakit dari luar, terutama bila ia tak pernah diberikan ASI.

Umumnya, yang sering dikeluhkan orang tua dari bayi muda ialah pola BAB yang beragam; kadang tinjanya hijau, mencret, berlendir, berbusa, dan banyak gas. Padahal, kejadian demikian lumrah saja karena di usia tersebut tengah berlangsung penyesuaian sistem pencernaan. Hingga, orang tua tak perlu khawatir berlebihan, terlebih jika bayinya mendapat ASI. Bahkan, si kecil pun tak perlu diberi obat, apalagi sampai harus dibawa ke dokter segala.

Jadi, Bu-Pak, bila si kecil yang berusia 2 bulan mengalami mencret, misal, "jangan buru-buru dikasih obat, karena mungkin memang begitu pola buang air besarnya." Bahkan, pada bayi yang sudah agak besar pun, jika mencret, langkah pertamanya bukan memberi obat melainkan cairan. "Sekalipun dokter telah memberi resep obat, orang tua harus berani bertanya mengapa obat perlu diberikan. Soalnya, kebanyakan mencret pada bayi tak perlu obat sama sekali," jelas staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak di Fakultas Kedokteran UI ini. Lain hal bila mencretnya disertai muntah dan si kecil tampak lemas, harus segera dibawa ke dokter, bukan diberi obat bebas.

Contoh lain, jika kulit sekitar mulut bayi terdapat bercak-bercak seperti eksim, kita juga tak usah panik sampai harus mengoleskan macam-macam obat. "Kebanyakan kasus ini hanya karena reaksi kulit akibat susu yang keluar dari mulut. Jadi, bayi tak merasakan apa-apa." Kita pun tak perlu buru-buru membawanya ke dokter karena umumnya, bercak itu akan hilang sendiri dalam waktu satu atau dua minggu.

Ini juga berlaku bila si kecil mengalami biang keringat. Tak perlu langsung membeli obat di apotik, lebih baik kita cari apa pencetus biang keringatnya; apa karena hawa di ruangan terlalu panas ataukah lantaran si kecil selalu mengenakan baju berlapis-lapis di udara yang panas? Nah, bila sudah tahu penyebabnya, si kecil bisa kita hindari dari faktor pencetusnya. Misal, karena udara panas; pakaikan baju dari bahan yang menyerap keringat dan tipis.

OBAT LUAR

Tentu kita boleh saja menggunakan obat bebas untuk mengatasi sakit si kecil, terutama bila si kecil usianya sudah 6 bulan ke atas. Biasanya obat bebas dibagi 2, yaitu obat luar dan obat telan.

"Umumnya, obat luar berupa cairan, salep atau ointment yang digunakan untuk mengatasi luka, bentol-bentol, gatal, atau lainnya," terang Waldi. Adapun obat luar bebas yang paling sering dipakai adalah obat antiseptik untuk luka (merkurokrom, boorwater, rivanol, povidone iodine) dan minyak penghangat seperti minyak telon atau minyak tawon. Namun kita harus hati-hati dalam pemberiannya, lo. Perhatikan, apa ada reaksi yang timbul setelah pemberian berupa kemerahan, bentol-bentol, atau lainnya. Soalnya, bisa saja, kan, si kecil tak tahan terhadap obat luar itu.

Sebenarnya, lanjut Waldi, tak banyak obat luar yang bisa dibeli tanpa resep dokter. Misal, obat oles yang mengandung steroid, "sangat ampuh memberantas gatal, eksim, dan beberapa reaksi alergi pada kulit. Namun karena sifat kerasnya, obat luar yang mengandung steroid hanya boleh diperoleh dengan resep saja." Contoh obat ini antara lain Apolar, Benoson, Decoderm, Elocon, Lox, Kenacort, Locoid, Synalar.

"Celakanya, sekarang banyak sekali orang membeli obat oles yang seharusnya dengan resep. Padahal ini, kan, ada efek sampingnya." Bila obat tersebut dioleskan pada kulit bayi, sebagian obat akan terserap oleh tubuh bayi hingga dapat meningkatkan konsentrasi obat yang tak wajar dalam tubuh bayi. Selain itu, dapat pula terlihat reaksi kulit terhadap obat semisal kulit yang diolesi salep tampak keputihan. "Walaupun bisa sembuh tapi hal ini sebenarnya tak boleh terjadi." Bahkan, ada beberapa koreng tak boleh diolesi dengan obat yang mengandung steroid. Misal, luka akibat virus atau penyakit TBC. "Bila diberi salep yang mengandung steroid, boroknya bukan sembuh, malah menghebat." Lagi pula, untuk tahu koreng itu akibat kuman atau bukan, harus pergi ke dokter, kan?

Obat luar lain yang juga perlu resep tapi kerap dipakai serampangan ialah antibiotik. Ini berbahaya. Bila si kecil sensitif pada salep itu, reaksi yang terjadi akan berbahaya. Misal, salep yang mengandung penisilin, tetrasiklin, gentamisin, neomisin. "Jika diberikan pada bayi atau anak yang tak tahan, akan timbul reaksi hebat." Meski cuma dioleskan sedikit, reaksinya bisa fatal, lo.