"Orangtua perlu menjelaskan pada mereka jika permainan atau olahraga itu menyenangkan. Namun jangan terpaku mendorong anak berprestasi di satu bidang. Jangan letakkan seluruh telur di keranjang yang sama," ungkap Burnett. Biasanya, anak remaja sudah cukup dewasa untuk mengerti dan menghargai sisi lain dirinya yng diprakarsai orangtua. Akan sangat menolong jika orangtua memulai pembicaraan soal arti kompetisi. Cobalah diskusikan dengan mulai memaknai arti "mencari hadiah dari kompetisi" dan berkompetisi. Diskusikan jika kompetitor sejati hanya ingin melempar tantangan dan membuktikan dirinya masih lebih baik dari orang lain, bukan mencari hadiah saja. Katakan, jika anak kalah dengan perilaku "mencari hadiah dari kompetisi" maka ini bukanlah pengalaman berkompetisi negatif.
Orangtua perlu selalu mengingatkan jika berkompetisi bukan berarti fokus pada hasil akhir saja. Hargai apa yang telah mereka upayakan untuk berprestasi. Biarkan mereka senantiasa memiliki pertanyaan "Apakah aku sudah melakukan yang terbaik?" atau "Apa yang bisa kulakukan".
Terakhir, orangtua sebaiknya memperhatikan atmosfer di sekeliling kompetisi ketika anak berlomba. "Ingat, mungkin tak penting apa yang diperlukan anak untuk mengatasi rasa kalah, namun memperhatikan situasi dalam tingkatan kompetisi (baik rekan sebaya maupun dari pelatih) menghindarkan orangtua dari sikap terlalu menekan anak untuk menang," ungkap Grolnick.
Laili/ dari berbagai sumber