Mengenalkan Makanan Semipadat

By nova.id, Jumat, 17 Juni 2011 | 17:01 WIB
Mengenalkan Makanan Semipadat (nova.id)

"Masalah alergi ini tak boleh dianggap sepele, karena alergi bisa bermanifestasi di semua organ," kata Aryono. Yang paling sering, di organ pernapasan, pencernaan, dan kulit. Alergi yang menyerang saluran pernapasan memunculkan gejala mulai dari batuk sampai asma. Sedangkan alergi di saluran pencernaan akan menimbulkan kolik, bahkan sampai diare kronik. Jika di kulit, bisa menimbulkan bentol-bentol merah sampai eksim. "Bahkan kalau memang keluarga punya riwayat alergi, maka ikan, telur dan susu sebaiknya diberikan di atas usia satu tahun."

VARIASI MAKANAN

KALAU ternyata bayi kita bebas dari alergi terhadap semua bahan makanan yang diperkenalkan, setelah itu pintar-pintarlah membuat variasinya. "Banyak sekali alternatif makanan semipadat. Umumnya, makanan pokok orang Indonesia memang beras. Tapi kita juga bisa mengolahnya dari kentang yang dibuat pure, jagung diparut, atau ubi yang dihancurkan. Jadi, anak tidak harus makan beras atau nasi."

Bila sejak bayi makanannya sudah divariasikan, bayi tidak akan pilih-pilih makanan (picky eater). "Enaknya, ke mana pun bayi kita ajak pergi, makan apa saja oke," kata Aryono mengakhiri.

KOK, MAKANANNYA DILEPEH?

Umumnya, di awal-awal perkenalan makanan semipadat dengan bayi, orang tua akan mengalami kesulitan. Bayi akan melepehkan makanan barunya. Hal ini disebabkan selama menyusu ASI bayi menggunakan refleks ekstrusi, yaitu memasukkan dan menjulurkan lidah. Nah, saat mulai diberi makanan semipadat, refleks bayi 'dipaksa' berubah. Kini ia harus menggerakkan lidahnya dari mulai menjulur, lalu masuk lagi ke dalam sambil memutar. "Proses belajar ini sering membuat anak jadi melepehkan makanannya, karena ia 'lupa' untuk memutar lidah. Seringkali gerakannya masih ke depan dan ke belakang," papar Aryono.   Jelasnya, ketika makanan ditaruh di bagian depan lidahnya, bayi berusaha menelan dengan menjulurkan lidahnya. Tentu saja makanan itu bukannya masuk, tapi malah keluar lagi. Itu karena koordinasi motoriknya belum bagus. "Waktu mengisap ASI, kondisi ini tak jadi masalah, karena puting sudah ada di lidah bagian belakang. Tapi begitu yang ada di lidahnya adalah makanan, si kecil harus berusaha menelannya. Nah, ini butuh waktu untuk belajar, kan?"   Refleks menelan ini akan membaik dengan sendirinya, tergantung pada kemampuan masing-masing bayi dalam menelan. Yang jelas, keterampilan makan memang harus dilatih. Bila bayi menangis karena frustrasi tak mampu menelan, kita harus berhenti sejenak menyuapinya.   Begitu pun kalau ada reaksi penolakan, jangan bingung, apalagi sampai hilang kesabaran. "Pelan-pelan saja memberikannya. Melepeh makanan adalah wajar karena dia sedang belajar. Yang penting ciptakan suasana makan yang menyenangkan buat bayi."

Saat ini, di toko-toko serba ada banyak dijual makanan bayi instan maupun siap saji dalam berbagai bentuk dan rasa. Menurut Aryono, makanan instan ini boleh saja diberikan. "Tapi, sebagai ibu, kita harus kritis. Terutama kalau di keluarga ada bakat alergi. Cobalah teliti kandungan bahan-bahannya. Apakah ada bahan yang bisa memicu reaksi alergi, seperti gluten."

Keuntungan membeli produk instan, umumnya lebih hemat dan praktis karena takarannya tercantum dalam kemasan sehingga tak ada makanan yang tersisa atau terbuang. "Tapi perlu diperhatikan segi higienisnya. Apakah supermarket atau tokonya memajang dengan benar tanpa terkontaminasi dengan bahan lain," saran Aryono.

Kalau membuat sendiri, kita harus siap dengan berbagai resep makanan semipadat dan waktu untuk mengolahnya. Ditambah dengan keterampilan menakar sesuai kebutuhan bayi. Memang repot, tapi terjamin higienisnya dan bahan-bahannya pun berasal dari bahan yang segar.

TETAP BERIKAN ASI

Setelah makanan semipadat diberikan, bukan berarti ASI langsung distop, lo. "Ingat, makanan semipadat adalah pendamping ASI. Sampai umur satu tahun, makanan pokok anak adalah ASI," ujar Aryono.

Makanan semipadat diberikan selain untuk melatih keterampilan makan si kecil, juga untuk membantu pertumbuhan anak. "Memang, ASI eksklusif itu lamanya 6 bulan. Tapi pada saat 4 bulan, kita sudah harus mengevaluasi berat badannya. Kalau kenaikan berat badannya sampai 4 bulan dengan ASI saja sudah tidak memuaskan, nah, inilah salah satu kasus bahwa ternyata ASI tidak mencukupi. Mulailah tambahkan pendamping ASI. Umumnya diberikan susu formula dan kemudian baru makanan semipadat."

Jika selama 6 bulan dengan ASI eksklusif pertambahan berat badan bayi tidak mengalami masalah, barulah makanan semipadat diperkenalkan di usia 6 bulan. "Tapi ASI tetap harus diberikan. Umumnya sampai anak berusia 2 tahun, sambil terus diperkenalkan dengan tahapan makannya. Contoh, di usia setahun, makanannya boleh mulai agak kasar, tidak diblender tapi dilembutkan. Begitu selanjutnya, sambil terus diberi ASI."

Santi Hartono