Remaja 19 Tahun Tikam Leher Temannya Lalu Melaporkan Diri dan Meminta Dijemput Polisi!

By nova.id, Rabu, 14 Januari 2015 | 10:05 WIB
Remaja 19 Tahun Tikam Leher Temannya Lalu Melaporkan Diri dan Meminta Dijemput Polisi (nova.id)

Tabloidnova.com - Pada Februari 2014 lalu, seorang remaja pria berusia 19 tahun tiba-tiba menghubungi nomor telepon layanan darurat 999 di Inggris dan mengabarkan mengenai pembunuhan yang telah dilakukannya terhadap remaja lain yang usianya lebih muda darinya.

Dengan percaya diri dan nada suara yang cukup tenang, si remaja ini mengatakan kepada operator yang mengangkat teleponnya, "Kirim polisi dan tim forensik!".

Remaja bernama Lewis Daynes ini telah digambarkan sebagai penjahat paling berbahaya dan manipulatif' sepanjang tahun 2014 oleh kepolisian Inggris. Dan dalam sidang putusan kasusnya yang digelar Selasa (13/1) lalu, Lewis pun divonis bersalah telah membunuh remaja bernama Breck Bednar (14) dan dihukum penjara seumur hidup.

Ketika itu, Lewis yang tinggal di Grays, Essex, Inggris sempat mengundang Breck untuk main ke rumahnya. Namun sesampainya di rumah Lewis, Breck malah diikat tubuhnya dengan lakban kemudian membunuhnya dengan cara sangat keji, yakni menikam lehernya dengan pisau.

Pada Selasa (13/1) kemarin, saat kasusnya disidangkan di Chelmsford Crown Court, Lewis pun hadir dengan wajah yang tenang. Dalam sidang itu pun jaksa penuntut umum (JPU) Richard Whitham QC membacakan kembali rentetan kejadian yang dialami oleh Lewis dan Breck.

Saat menghubungi layanan darurat 999 setahun lalu, Lewis mengatakan, "Saya ingin kau mengirimkan polisi dan tim forensik ke alamat saya," katanya seraya mengklaim dirinya dan dan Breck telah terlibat perkelahian dan kembali berkata, "Hanya satu dari kami yang bisa keluar hidup-hidup!"

Dan ketika ditanya operator apakah ia telah membunuh seseorang, Lewis menjawab, "Ya, saya." Kemudian, dengan nada tenang ia memberikan namanya, usia, alamat, seraya mengatakan kepada operator bahwa Breck telah menerjangnya dengan pisau lipat.

"Saya tak ingat persis apa yang terjadi tapi perkelahian berakhir dengan saya memotong tenggorokannya," aku Lewis. Dengan nada bicara yang jelas dan tenang, ia mengakhiri sambungan teleponnya dengan mengucapkan terima kasih secara sopan kepada operator, ""Terima kasih atas bantuan Anda."

Tak lama kemudian polisi datang ke alamat yang diberikan Lewis. Di flatnya di kawasan Essex, polisi menemukan Breck, remaja asal Surrey yang wajahnya tampak tenang dan lembut telah terbaring tidak bernyawa.

Polisi menggambarkan Lewis sebagai remaja pria yang aneh dan sangat maniak menggunakan komputer, demi menghabiskan waktunya pasca perceraian orangtuanya. Di flatnya, Lewis pun diketahui telah menggunting pakaian yang ia kenakan dan berusaha menghancurkan peralatan komputernya dalam upaya menghapus catatan chatting online dirinya dengan Breck.

Bahkan sebelum menelepon 999, ia diketahui sempat membagikan foto-foto tubuh Breck  kepada lingkaran teman-temannya melalui email. Sebelumnya pula ia sempat mengirimkan rekaman video pemenggalan kepala yang dilakukannya kepada seseorang melalui email ke orang lain. Namun polisi tak tahu siapa orang  yang ada dalam video itu.

Remaja 19 Tahun Tikam Leher Temannya Lalu Melaporkan Diri dan Meminta Dijemput Polisi (nova.id)
Remaja 19 Tahun Tikam Leher Temannya Lalu Melaporkan Diri dan Meminta Dijemput Polisi (nova.id)

"Breck Bednar yang dibunuh dengan cara ditikam lehernya oleh Lewis Daynes. (FOTO: DAILYMAIL.CO.UK)_ "

Dalam sidang, Jaksa Richard juga mengatakan, "Setelah Breck menderita dan mengalami luka fatal, Lewis menyebarkan gambar tubuh Breck setidaknya kepada dua orang dan membuat kontak dengan anggota komunitas online-nya untuk memberitahu mereka bahwa Breck sudah mati."

Setelah Breck tewas, "Lewis mandi dan mengganti pakaiannya sebelum memanggil polisi." Kedua remaja itu, lanjut Jaksa Richard, telah berbicara selama berbulan-bulan melalui sebuah layanan game online sebelum akhirnya bertemu untuk pertama kalinya.

Saat diperiksa polisi lebih lanjut, Lewis mengklaim terpaksa membunuh Breck untuk membela diri. "Lewis membeli lakban secara online melalui Amazon.com bersama benda-benda lainnya yang menunjukkan motif seksual," imbuh Jaksa Richard.

Di tahun 2011 silam sebenarnya Lewis sempat dituduh memperkosa remaja pria lain namun tak pernah sampai ke pengadilan, karena kurangnya bukti. Polisi akhirnya menutup kasus tersebut sebab si korban menolak memberikan bukti.

Sementara itu, ibunda Breck, Lorin LeFave, yang mengikuti jalannya sidang dengan berlinang air mata mengatakan, sempat mengkhawatirkan perubahan perilaku putranya sebelum tewas. Namun ia tak pernah tahu perubahan perilaku Breck telah dikendalikan oleh Lewis.

Dalam rekaman percakapan online antara Lewis dan Breck yang dilakukan secara intens selama dua bulan sebelum Breck tewas, diketahui Lewis telah menjajikan sebuah pekerjaan fiktif di bidang teknologi kepada Breck dengan iming-iming gaji sebesar 85 juta poundsterling.

Lewis juga mengintruksikan Breck untuk berbohong kepada orangtuanya saat akan datang ke rumahnya. "Jika ayahmu bertanya akan ke mana di hari Minggu, bilang saja akan berkunjung ke seorang teman lama yang umurnya sebaya dan baru pulang dari Kairo," ujar Lewis kepada Breck, seperti ditirukan Jaksa Richard.

Pada kenyataannya, Lewis hanyalah seorang remaja broken home yang hidup dengan jumlah warisan kecil dari orangtuanya dan biaya sewa flatnya disokong oleh kakek dan neneknya. Sementara Breck merupakan anak dari ayah yang bekerja sebagai taipan minyak dan tinggal di rumah seharga 600 ribu pounsterling di kawasan Caterham, Surrey.

Pasca sidang putusan dan hakim menghukum Lewis dengan penjara seumur hidup, detektif polisi Essex yang menangani kasus ini, Inspektur Anne Cameron, menggambarkan Lewis sebagai penjahat yang sangat berbahaya dan manipulatif.

"Dia menggunakan keahlian komputernya secara substansial dan pengetahuannya tentang dunia media sosial untuk mengontrol semua orang yang masuk ke dalam hidupnya melalui dunia maya. Dia juga mampu memaksa dan mengendalikan remaja lain untuk masuk perangkapnya dan jadi korban eksploitasi seksualnya."

Anne menambahkan, "Tragisnya, Lewis telah melangkah terlalu jauh hingga berakhir dengan tewasnya Breck, anak remaja 14 tahun yang tak bersalah yang telah menaruh kepercayaan kepada pria yang dianggapnya teman. Sementara Lewis menyalahgunakan kepercayaan Breck dengan cara yang sangat mengerikan." 

Intan Y. Septiani/Tabloidnova.com

SUMBER: DAILY MAIL