Akhirnya aku dapat kabar, suami dan anak-anak akan pulang. Aku gembira bukan main. Ibu dan adik-adikku datang untuk menyambut. Namun, Rabu (22/7) dihihari sekitar pukul 02.00, yang pulang hanya suamiku bersama adiknya dan beberapa pria tak kukenal yang tampaknya preman.
Ia langsung marah-marah dan mengusirku keluar. Katanya, aku selingkuh. Jelas, aku tak mau keluar dari rumah karena aku juga ikut mengeluarkan uang untuk membeli rumah kami. Teguh memukuliku membabi buta. Tetangga yang berdatangan hendak melerai, dilarangnya masuk. Ibuku yang berusaha menenangkan suamiku, juga diusir sambil "dihadiahi" kata-kata kotor dan kasar.
Siangnya, aku mendapat kabar, anak-anak sekolah hari itu. Ditemani ibuku, aku langsung meluncur ke sana untuk melepas rindu. Rupanya, mobil Teguh sudah di sana. Anak-anak, pembantu, dan suamiku ada di dalamnya. Begitu melihatku, anak-anak menghambur ke pelukanku sambil menangis. Mereka bilang, takut pada ayahnya.
Baru sebentar kami berpelukan, Teguh dan Ida berusaha menarik anak-anak, tapi tidak berhasil. Keduanya mengejarku lalu Teguh memukuliku dari belakang bertubi-tubi sampai aku tersungkur jatuh. Bersama anak-anak dan ibuku, aku melaporkan kejadian itu ke Polsek Tebet. Entah bagaimana, Teguh rupanya juga sudah di sana.
Polisi menyarankanku untuk divisum. Saat itulah, seorang pria mendatangiku, mengaku sebagai kuasa hukum Teguh. Aku kaget, kok, ada pengacara segala? Pria itu lalu bilang, sejak empat bulan lalu Teguh sudah mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama. Aku syok. Barulah aku tersadar, itu rupanya yang membuat Teguh memperlakukanku sedemikian rupa selama ini.
Ternyata dia sudah merencanakan semua ini secara rapi sejak lama. Ia sengaja mencari-cari kesalahanku agar mempermudah rencananya. Aku memang beberapa kali pulang agak larut malam karena harus menyelesaikan pekerjaan. Ini yang membuat dia menuduhku berselingkuh. Kalau aku minta jemput, dia menyuruhku pulang sendiri.
Setelah melapor ke polisi, aku dan anak-anak pulang ke rumah Tetty Manurung, kakakku yang dikenal sebagai penyanyi seriosa, karena takut pada Teguh. Anak-anak tetap bersekolah seperti biasa. Senin (27/7) ketika aku dan ibuku pulang ke rumah dengan niat membersihkan rumah yang sudah tiga hari kutinggalkan, aku kembali dipukuli Teguh. Meski sudah lari, ia berhasil menangkapku dan memukuli sampai terjengkang dan berdarah-darah. Ibu yang ingin melindukungiku, ikut dipukul.
Dituduh Keroyok Ida
Usai pemukulan hari itu, aku melapor ke polisi dan juga ke RS untuk divisum. Aku juga bersikeras melaporkan kejadian ini ke Komisi Nasional Perempuan Rabu (29/7). Setelah itu, karena tak kuat menahan sakit, aku pingsan.
Yang membuatku syok, aku dan ibuku dipanggil Polsek Tebet sebagai tersangka dalam peristiwa di sekolah anakku itu. Kami dituduh mengeroyok Ida. Aku tidak tahu apa yang merasuki suamiku sampai setega ini memperlakukanku. Untung, selama ini aku terbiasa mencatat semua kegiatan atau peristiwa yang kualami di ponselku, termasuk semua pemukulan yang dilakukan suamiku.