Uga Wiranto, Nasi Goreng Bumbu Cinta (1)

By nova.id, Rabu, 10 Juni 2009 | 07:26 WIB
Uga Wiranto Nasi Goreng Bumbu Cinta 1 (nova.id)

Ia orang yang sangat sederhana. Apa saja makanan yang ada di meja, asal segar, sehat, dan bersih, pasti dimakan. Kan, sudah terbiasa di garis depan. Apa saja dimakan demi kesehatan. Di waktu senggang, main sama cucu, ngantar cucu main, atau gunting rambut cucu, dan nyanyi.

Ibu memasak sendiri?

Ya. Tapi jangan kaget, lho, Bapak juga bisa masak. Ketika menjadi Komandan Batalyon di Gorontalo, waktu itu bertepatan dengan ulang tahun batalyon, diadakan lomba masak antar perwira dan ternyata meraih juara pertama dengan resep andalan nasi goreng. Bumbu-bumbu dia siapkan sendiri. Juga menggoreng kerupuk. Hasilnya? Nasi goreng buatannya jadi juara karena paling enak dan masaknya pakai rasa cinta serta kasih sayang.

Omong-omong, dari dulu Ibu selalu bersikap tegas?

Tegas karena berkat dilatih. Selama 10 tahun menjadi Ketua Palang Merah, kalau tidak tegas, bagaimana memproses kantong-kantong darah. Berani menerima suatu jabatan berarti harus dilakukan sungguh-sungguh. Dalam lingkungan prajurit, saya juga sudah biasa hidup teratur dan kebiasaan itu tidak dilakukan dengan terpaksa.

Apa, sih, rahasianya, Ibu dan Bapak tetap awet sampai sekarang?

Kami sudah mengarungi pernikahan selama 34 tahun. Yang penting adalah adanya kebersamaan dan komunikasi timbal balik. Kami tahu setiap kegiatan keluarga, saya mau ke mana, Bapak ke mana.

Bapak humoris, ya?

Ya, sangat humoris! Kadang suka guyon (bercanda) sama saya, "Nduk, nduk, kalau enggak kawin sama saya, mungkin kamu kawin dengan pedagang kangkung. Ha ha." Dengan cucu dia juga suka beranda. Dia bahagia sekali menjadi kakek. Pasti beda, ya, perlakuan ke anak dan cucu. Cucu kami ada enam orang.

Apa yang Ibu sukai dari Bapak?

Pribadinya. Dia sosok pria yang bertanggung jawab, mau mengayomi keluarga, dan tentunya karena dia anggota TNI. Ha ha.

Bagaimana asal-muasal panggilan Bunda?

Ya, karena saya merasa sebagai ibu mereka. Tentu saja saya bangga dianggap sebagai ibu, walau mereka bukan lahir dari rahim saya. Saya memang dekat dengan anak-anak. Saya mendirikan SMA Terpadu Wirabhakti, sekolah unggulan yang ada di Propinsi Gorontalo. Sekolah berasrama (boarding school) ini sangat menerapkan disiplin tinggi ke anak didiknya. Mereka saya perlakukan seperti anak sendiri.Rini Sulistyati