Duka Keluarga Korban Fokker Jatuh (3)

By nova.id, Senin, 13 April 2009 | 06:04 WIB
Duka Keluarga Korban Fokker Jatuh 3 (nova.id)

Duka Keluarga Korban Fokker Jatuh 3 (nova.id)

"Marmi sangat kehilangan sosok Erwan yang sangat dekat dengannya. (Foto: Gandhi/NOVA) "

Airmata kehilangan anak juga berlelehan di pipi Marmi (44). Si bungsu, Serda Erwan Susanto (22) menjadi salah satu korban Fokker 27. Bagi Marmi yang tinggal di Desa Pogar, Bangil, Pasuruan (Jatim) kepergian Erwan membuatnya tak berdaya. Walaupun ada sejumput kebanggaan bahwa, "Erwan meninggal dalam menjalankan tugas," paparnya terbata didampingi suami, Serma (AD) Kuswanto (52).

Yang tambah membuat Marmi pilu, Erwan adalah tipe anak yang sangat baik. Setiap ditanya apa cita-citanya, "Ia jawab, ingin membahagiakan Ibu Bapak."

Malam menjelang hari tragis itu Erwan sempat menghubungi Marmi. Katanya, ia akan mengirim sejumlah uang kepada Ibunya. "Tapi saya tolak. Saya bilang, pakai saja untuk keperluanmu. Toh waktu dia kecil saya tak bisa banyak membelikan apa yang dia inginkan." Tapi Erwan selalu berkeras memberikan gajinya, "Sampai-sampai teman-temannya menjulukinya Anak Mama," timpal Kuswanto.

Entah sebuah kebetulan atau bukan, malam menjelang kepergiannya tiba-tiba seisi rumah menguar bau yang sangat harum. Marmi mencari-cari darimana sumber bau itu, tapi tak ketemu, "Sampai-sampai setiap bunga di depan rumah saya ciumi, tapi kok tak ada yang wangi." Baru setelah kejadian, Marmi sadar. Katanya mungkin itu pertanda Erwan akan pergi selamanya.

Beberapa hari sebelum kejadian Marmi juga sempat bermimpi. Pisang satu tandan yang ada di atas meja hilang separuh. Dalam mimpi Marmi bertanya, siapa yang mengambil. "Lalu saya dengar ada yang sayup-sayup menjawab, 'Diambil yang punya'. Mungkin itu salah satu pertanda juga ya," paparnya yang diberitahu anaknya menjadi korban pada sore harinya.

Ceritanya, lanjutnya, menjelang salat ashar Marmi mendapat telepon dari anak sulungnya, Sertu Andri Cahyono, yang berdinas di Makassar. "Saya diminta nonton teve, sebab disana ada kecelakaan pesawat. Begitu saya lihat, saya kaget. Saya berharap Erwan tidak menjadi korban. Apalagi, saya tunggu-tunggu namanya tidak muncul juga," katanya yang saat itu sudah mulai gelisah.

Sebetulnya, Andri sudah tahu adiknya menjadi korban. Tapi ia bingung dan tak tega memberitahu ibunya. Andri malah terbang ke Jakarta untuk memberitahu langsung. "Tapi saat itu, petugas khusus sudah datang ke rumah saya memberitahu Erwan sudah meninggal," kisah Marmi sendu.

Saat jenazah Erwan dikebumikan, ia yang sehari-harinya menjadi komandan regu diantar iring-iringan yang sangat panjang. "Pelayat banyak sekali. Bahkan teman-temannya dari Jakarta ada dua truk ikut mengantar sampai pemakaman," tutur Kuswanto yang berusaha ikhlas menerima takdir.

Gandhi Wasono