Orangtua Perlu Lakukan Ini Demi Hindari Anak Jadi Pelaku Bully di Kemudian Hari

By , Senin, 31 Juli 2017 | 08:30 WIB
Kasus Bullying SMA Don Bosco 9 Pelaku Diperiksa Polisi (Nova)

Padahal, masa pertumbuhan adalah masa dimana anak belajar mengenal lingkungannya.

3. Anak Tidak Dilatih Berpikir Kritis Sejak kecil, anak-anak di Indonesia terbiasa dicekoki informasi baru tanpa diberi kesempatan berpikir kritis. Akhirnya anak seringkali tak bisa berpikir panjang sebelum bertindak.

Baca juga: Gaji Lebih Besar daripada Suami? 4 Hal Ini Bisa Dilakukan Agar Rumah Tangga Tetap Harmonis

4. Anak Tak Diajari Toleransi Terhadap Perbedaan Sejak kecil, anak perlu diajari adanya pluralisme atau keberagaman.

Anak juga perlu tahu bahwa perbedaan adalah hal yang sangat wajar terjadi. Namun, biasanya hal ini tidak dilatih oleh orang tuanya.

5. Rasa Percaya Diri Rendah Kita tidak dididik untuk punya kepercayaan diri yang tinggi dan kita dibiasakan untuk menghargai punya orang lain, ketimbang punya diri sendiri.

Misalnya dengan membandingkan kecerdasan anak dengan teman-temannya. Jadi kita selalu melihat diri kita itu lebih buruk, sehingga membuat kita cenderung merasa iri dengan rumput tetangga.

Baca juga: Berlibur ke Pulau Sumbawa, Jangan Lupa Mampir ke-7 Destinasi Kelas Dunia Ini

6. Kurang Perhatian Orangtua sebaiknya mencurahkan kasih sayang dan perhatian pada anak sejak kecil.

Karen anak yang kurang perhatian cenderung melakukan berbagai hal demi mendapatkan perhatian dari orangtuanya.

Baca juga: Mudah, Ini Resep Bikin Bolu Kukus Anti 'Bantet', Dijamin Bolu Mekar Sempurna

7. Kekerasan dalam Keluarga Anak yang terbiasa mendapat kekerasan baik itu secara fisik maupun verbal, memiliki kecenderungan untuk berlaku kasar ketika ia tumbuh dewasa.

8. Tren di Kalangan Anak dan Remaja Anak yang sudah mulai beranjak remaja, biasanya memiliki rasa ingin diakui dan diterima di kelompoknya.

Baca juga: Pamer Pose di Ranjang, Nikita Willy Diam-diam Foto Prewedding Bareng Pacar?

Umumnya, dia akan berusaha mengikuti tren yang saat itu dianggap hebat oleh teman-temannya, tanpa memikirkan konsekuensinya.

Atau sebaliknya, dia terpaksa mengikuti tren yang ada karena mendapat tekanan sosial dari teman-temannya. (*)