"Ya katanya (polisi) suami saya nyuri amplifier di mushala di daerah Babelan, terus dihakimi, digebukin, terus dibakar hidup-hidup."
"Sempat enggak percaya, masa suami saya."
"Kalau bukan liat di foto itu saya nggak percaya kalau itu suami saya," kata Zubaidah.
Ketidakpercayaan Zubaidah ini didasarkan karena tempat kejadian bukanlah jalur suaminya bekerja.
Dia mengatakan, biasanya almarhum suaminya bekerja ke daerah Cileungsi untuk mencari amplifier bekas.
"Karena kan itu enggak satu jalur, lain jalur itu mah."
"Setau saya, dia ke daerah Cileungsi, arah-arah Bogor," kata dia.
Selain itu, Zubaidah juga mengaku terakhir kali berkomunikasi dengan almarhum suaminya, sebelum MA berangkat untuk bekerja pada siang hari setelah waktu dzuhur.
Biasanya juga, kata Zubaidah, MA kembali ke rumah setelah bekerja pada sore hari sekitar pukul 17.00 WIB.
Sampai saat ini Zubaidah mengaku belum mendatangi tempat kejadian saat almarhum suaminya dihakimi massa.
Sambil terisak tangis, Zubaidah pun berharap adanya keadilan untuk almarhum suaminya, agar pelaku yang telah membakar suaminya segera ditemukan dan diproses hukum. (*)
Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul, "Cerita Istri Almarhum Pria yang Dibakar Hidup-hidup di Bekasi."