Mitos dan Fakta Soal Depresi

By nova.id, Senin, 3 Juni 2013 | 11:05 WIB
Mitos dan Fakta Soal Depresi (nova.id)

Namun orang kerap menafikan jika seseorang yang menderita depresi klinis bukan sekedar mengalami masalah layaknya orang yang tidak depresi.

Penderita depresi ini bukan merasa sedih akan dirinya sendiri maupun "hanya butuh waktu" untuk bangkit kembali. Ketika seseorang mendapat depresi klinis (yang juga mengalami perubahan di dalam otak) butuh terapi tepat untuk mengembalikan motivasi di dalam dirinya.

Gejala Orang Depresi : Menangis Lebih Banyak

Sayangnya, pengertian ini tidak selalu benar. Beberapa orang menderita depresi klinis tidak menangis atau melakukan hal buruk untuk mengekspresikan jika dirinya depresi.

Beberapa bahkan mengalami "kekosongan" emosi dan merasa tidak berguna.Walau tanpa gejala dramatis, depresi yang tak diterapi dapat membuat seseorang tak mampu hidup secara wajar. Selain itu, seseorang yang depresi terus menerus akan semakin menjauh dari keluarga.

FAKTA

Depresi Bukan Takdir Dari Riwayat Keluarga

Jika dalam riwayat keluarga Anda kerap dirundung depresi, peluang Anda menderita depresi mungkin meningkat. Namun ini bukan berarti ini merupakan harga mati Anda  terkena depresi layaknya pendahulu.Seseorang dengan riwayat keluarga depresi dapat mencegah dari mengenali gejala-gejala depresi.

Selain itu, lakukan upaya mengurangi depresi sejak awal seperti, rutin berolah raga, konseling (dengan psikolog) dan menjalani terapi dengan ahli psikologi jika mendapati sedang terserang depresi.

Depresi Dapat Menyelinap Diam-Diam

Depresi memang dapat merayap secara bertahap sehingga sulit untuk diidentifikasi ketimbang depresi biasanya. Tanpa disadari ini menjadi kebiasaan buruk seperti kerap membolos bekerja atau sekolah, juga absen dalam acara-acara sosial.

Salah satu tipe depresi klinis yakni dysthymia, dapat terjadi selama bertahun-tahun. Ini akan membuat karir dan hubungan sosial dengan orang lain perlahan-lahan hancur tanpa disadari penderitanya.