Mitos dan Fakta Soal Depresi

By nova.id, Senin, 3 Juni 2013 | 11:05 WIB
Mitos dan Fakta Soal Depresi (nova.id)

Mitos dan Fakta Soal Depresi (nova.id)

"Ilustrasi "

MITOS

Kerja Keras Sembuhkan Depresi?

Depresi dapat menjangkiti satu dari enam orang pada satu fase dalam kehidupan. Pada beberapa orang percaya, kerja keras dapat mengurangi depresi yang dirasakan.Untuk beberapa kasus ringan seperti "blues"  ini mungkin masih bisa membantu.

Namun sayangnya ketika telah menginjak level depresi, akan berbeda penanganan yang dibutuhkan. Pada kasus depresi klinis (khususnya pada pria),  orang yang bekerja terlalu keras justru merupakan salah satu pertanda depresi.

Depresi Hanyalah Kesediha

nSebenarnya depresi merupakan kondisi medis serius  dan penyebab kebanyakan disabilitas di Amerika. Namun orang awam masih kerap sulit membedakan kesedihan (biasa) dengan depresi.

Sebuah bukti biologis menunjukkan jika depresi merupakan penyakit. Dan, ini dibuktikan dengan pemindaian otak yang menunjukkan aktivitas abnormal saat seseorang terserang depresi.

Pada orang-orang yang depresi ditemukan unsur kimiawi utama di otaknya (yang berfungsi meneruskan sinyal antar syaraf) menjadi kurang seimbang.

Depresi Cermin Kerapuhan?

Budaya kita kerap mempercayai keteguhan dan kekuatan mental tercermin dari seseorang yang mampu bangkit setelah mendapat bencana atau masalah pelik.

Dan ketika seseorang menjadi pemurung dan kerap bersedih terlalu lama, dianggap bukan seseorang yang bermental kuat sehingga wajar mengalaminya.

Namun orang kerap menafikan jika seseorang yang menderita depresi klinis bukan sekedar mengalami masalah layaknya orang yang tidak depresi.

Penderita depresi ini bukan merasa sedih akan dirinya sendiri maupun "hanya butuh waktu" untuk bangkit kembali. Ketika seseorang mendapat depresi klinis (yang juga mengalami perubahan di dalam otak) butuh terapi tepat untuk mengembalikan motivasi di dalam dirinya.

Gejala Orang Depresi : Menangis Lebih Banyak

Sayangnya, pengertian ini tidak selalu benar. Beberapa orang menderita depresi klinis tidak menangis atau melakukan hal buruk untuk mengekspresikan jika dirinya depresi.

Beberapa bahkan mengalami "kekosongan" emosi dan merasa tidak berguna.Walau tanpa gejala dramatis, depresi yang tak diterapi dapat membuat seseorang tak mampu hidup secara wajar. Selain itu, seseorang yang depresi terus menerus akan semakin menjauh dari keluarga.

FAKTA

Depresi Bukan Takdir Dari Riwayat Keluarga

Jika dalam riwayat keluarga Anda kerap dirundung depresi, peluang Anda menderita depresi mungkin meningkat. Namun ini bukan berarti ini merupakan harga mati Anda  terkena depresi layaknya pendahulu.Seseorang dengan riwayat keluarga depresi dapat mencegah dari mengenali gejala-gejala depresi.

Selain itu, lakukan upaya mengurangi depresi sejak awal seperti, rutin berolah raga, konseling (dengan psikolog) dan menjalani terapi dengan ahli psikologi jika mendapati sedang terserang depresi.

Depresi Dapat Menyelinap Diam-Diam

Depresi memang dapat merayap secara bertahap sehingga sulit untuk diidentifikasi ketimbang depresi biasanya. Tanpa disadari ini menjadi kebiasaan buruk seperti kerap membolos bekerja atau sekolah, juga absen dalam acara-acara sosial.

Salah satu tipe depresi klinis yakni dysthymia, dapat terjadi selama bertahun-tahun. Ini akan membuat karir dan hubungan sosial dengan orang lain perlahan-lahan hancur tanpa disadari penderitanya.

Depresi yang memarah juga dapat membuat seseorang merasa tidak mampu lagi melakukan aktivitas apapun. Hanya dengan terapi, gejala ini dapat pulih dalam waktu sekitar 4 hingga 6 minggu.

Siapapun Dapat Terkena Depresi

Seniman maupun olahragawan, pemalu maupun mudah bergaul, siapapun dengan latar belakang etnis apapun dapat terkena depresi. Penyakit ini berpeluang dua kali lipat pada wanita ketimbang pria. Namun wanita lebih mudah mencari pertolongan ketimbang  pria karena kepribadian yang terbuka.

Depresi sudah dapat dialami oleh remaja akhir maupun orang dewasa berusia 20 an. Kendati peluang akan lebih banyak terjadi seiring bertambahnya usia. Dan, masalah pelik akan lebih memicu depresi dan menyebabkan seseorang mengalami kesedihan mendalam.

Depresi  Mengimitasi Kepikunan

Pada orang dewasa yang lebih tua, depresi dapat menjadi akar penyebab gangguan ingatan, kebingungan dan pada beberapa kasus menyebabkan delusi.

Perawat dan dokter-dokter kerap sulit membedakan  antara menderita depresi  dan kepikunan karena  gejala yang mirip dengan demensia maupun kepikunan karena sebab penurunan ingatan lainnya. Pemberian terapi  dapat memperjelas sebab sebenarnya dari penurunan ingatan ini.

Psikoterapi kerapkali sangat berguna bagi orang-orang yang tidak dapat atau tidak mau diterapi dengan obat-obatan. 

Laili/ dari berbagai sumber