Edwin Lau: Enak di Badan, Tak Enak di Lidah (1)

By nova.id, Kamis, 25 Februari 2010 | 04:09 WIB
Edwin Lau Enak di Badan Tak Enak di Lidah 1 (nova.id)

Edwin Lau Enak di Badan Tak Enak di Lidah 1 (nova.id)
Edwin Lau Enak di Badan Tak Enak di Lidah 1 (nova.id)
Edwin Lau Enak di Badan Tak Enak di Lidah 1 (nova.id)

"Tahun ini Edwin masih berkonsentrasi di beberapa program teve. "

Kini, banyak wanita mengagumi Anda. Bagaimana Anda menyikapinya?Enjoy saja. Prinsip saya, semakin terkenal, semakin saya buktikan, apa yang saya katakan, ya saya lakukan. Intinya, apa yang saya ajarkan akan saya lakukan. Soal ketenaran ini, suatu saat pasti akan berlalu. Mungkin saat ini terkenal, tapi saya enggak tahu 5 sampai 10 tahun ke depan. Yang harus saya pikirkan, bagaimana karier saya 5-10 tahun ke depan. Apakah akan berkembang atau tidak.

Biasanya mereka kagum karena apa sih?Mungkin karena saya laki-laki yang bisa masak, sekaligus punya badan bagus. Jarang, kan, ada yang seperti saya? Tapi, banyak juga yang kagum kepada saya karena masakan yang saya olah adalah menu sehat, enak, dan tampilannya bagus.

Dari beragam profesi, Anda kini lebih dikenal sebagai chef ya?Ya. Walaupun sebenarnya saya tidak ingin dikenal sebagai chef saja. Saya ingin dikenal sebagai Edwin Lau yang bisa masak, olahraga, seorang konsultan nutrisi, penulis buku, dan lain-lain. Chef hanya salah satu profesi yang saya lakukan.

Kenapa, sih, tertarik menekuni profesi sebagai chef?Faktor keturunan dan dorongan keluarga. Kakek saya dulu punya pabrik es krim dan restoran kecil di Makassar. Tapi, dorongan keluarga juga berperan besar. Selepas SMA, saya masih ragu mau melanjutkan ke mana. Akhirnya orangtua dan saudara-saudara menyarankan saya masuk jurusan perhotelan. Jurusan ini, kan, identik dengan makanan.

Kebetulan dua kakak saya pekerja seni. Satu sebagai desainer baju, satunya lagi desainer interior. Dan sekarang saya desainer makanan. Ternyata begitu masuk, langsung jatuh cinta. Saya merasa ini jalan hidup saya. Makanya saya tekuni dan belajar. Setelah lulus, saya bekerja di restoran dan hotel, hingga banyak mendapat pengalaman. Akhirnya dapat tawaran dari Astro Teve untuk bikin acara masak. Kebetulan saya juga punya latar belakang model. Nah, kemampuan saya memasak, saya tambah dengan ilmu nutrisi dan olahraga.

Bagaimana akhirnya Anda dikenal sebagai healthy chef? Awalnya saya lebih banyak belajar ilmu kuliner Jepang yang memang cukup sehat. Lalu, saya belajar soal nutrisi. Setelah itu hati saya berkata, "Edwin, kamu akan menjadi chef yang unik jika menjadi healthy chef. Apalagi ditunjang badan yang bagus." Kata hati ini saya renungkan, lalu saya rangkaikan semua kemampuan yang saya punya, dan akhirnya menjadi Edwin seperti sekarang ini.

Apakah tak terlihat kontradiktif, di satu sisi Anda menjadi Edwin sang healthy chef, tapi di sisi lain, Anda dikenal juga sebagai Edwin dengan badan berotot?

Justru saling mendukung. Soal badan saya seperti ini, tidak terbentuk dalam waktu singkat. Saya sudah fitness sejak kelas 6 SD, lho! Makanya tangan saya sampai kapalan, karena selalu pegang besi. Sejak kecil saya tak kenal rokok dan narkoba.

Waktu kuliah, di saat teman-teman clubbing, saya lebih suka baca buku. Saya enggak tahu kenapa bisa begitu. Mungkin ini jalan Tuhan agar kelak saya bisa membagikan sesuatu kepada sesama. Kalau saya dulu tak melakukan itu, mungkin saya tak akan seperti sekarang ini.