Ikut Abang NoneSetelah menyelesaikan kuliah, aku pulang ke Surabaya. Sambil sejenak istirahat, aku mengirim beberapa surat lamaran. Inginnya, sih, bekerja sesuai dengan bidang keahlianku. Sekitar enam bulan kemudian, aku diterima bekerja di sebuah perusahaan distributor alat fitness di Jakarta.
Saat aku liburan di Surabaya di tahun 2003, adikku memberi kabar, "Mas, ada kontes VJ (video jockey) hunt. Coba saja ikut." Acara yang diselenggarakan sebuah stasiun teve ini berlangsung di Tunjungan Plaza. Sejumlah rangkaian acara kuikuti, salah satunya bicara di atas panggung.
Betapa kagetnya aku saat kembali bekerja, aku mendapat telepon dari penyelenggara acara, "Mas, selamat. Anda lolos mewakili Surabaya." Wah, kaget juga. Tak disangka aku bisa lolos. Acara selanjutnya yang disebut masa karantina berlangsung di Denpasar. Sudah kepalang tanggung, proses ini kuikuti. Aku ambil cuti beberapa hari.
Ada 10 peserta dari beberapa kota yang ikut dikarantina. Saat itulah aku melihat betapa asyiknya dunia broadcasting. Aku jadi paham kerja wartawan seperti proses peliputan. Pengalaman ini, membawa cakrawala baru dalam pemikiranku.
Ternyata aku lolos sampai malam final yang berlangsung di Jakarta. Aku memang tak jadi juara, pemenangnya adalah VJ Daniel. Namun, pengalaman ikut VJ hunt mengubah jalan hidupku. Aku sudah telanjur menyukai dunia broadcasting. Tapi, usiaku saat itu sudah 25 tahun. Aku harus cari yang lebih serius. Pilihanku adalah menjadi reporter news di teve. Apalagi, aku memang hobi nonton acara berita.
Aku mengundurkan diri dari pekerjaanku dan melamar ke Metro TV. Dua lamaran sekaligus kulontarkan, yaitu reporter dan bagian marketing. Sambil menunggu proses, aku dengar kabar ada pemilihan Abang None (Abnon) Jakarta. Iseng-iseng aku ikut. Ternyata, aku juara wilayah Jakarta Pusat dan mewakili hingga ke tingkat DKI.
Di waktu yang hampir bersamaan, aku juga mendapat panggilan dari Metro TV. Serangkaian tes kuikuti. Senang sekali ketika aku diterima jadi reporter. Hanya saja, aku belum bisa masuk kerja karena masih terikat kontrak untuk acara Abnon. Aku tak jadi juara di DKI, sehingga bisa segera bergabung dengan Metro TV. Setidaknya aku punya banyak pengalaman. Termasuk belajar ngibing dan memahami seluk-beluk soal Jakarta.
Bertemu jodohTahun 2003, aku mulai jadi reporter. Aku mendapat training soal penulisan naskah, pengambilan gambar, olah suara, sampai pengetahuan umum. Setelah itu, barulah aku diterjunkan ke lapangan.
Selama setahun aku masuk di desk sport dan meliput berbagai cabang olahraga. Oleh karena senang olahraga, aku sangat menikmati pekerjaanku. Aku masih ingat, pertama kali wawancara dengan pemain sepakbola dari Persipura.
Banyak pengalaman berharga kurasakan selama jadi reporter. Aku pernah dikirim meliput tsunami Aceh. Beberapa kali pula dikirim meliput ke luar negeri, seperti umrah dan tugas ke Thailand dan Hongkong. Perjalanan karierku terus menapak, sampai akhirnya kini aku fokus jadi pembawa berita di Metro Pagi, Metro Siang, dan Headline News.
Di luar kesibukan kantor, aku bahagia berumah tangga dengan istriku, Yurika Triani. Aku berkenalan dengannya saat sama-sama ikut Abnon. Kebetulan, Yurika jadi None untuk Jakarta Pusat. Bisa dibilang, pasangan pemenang Abnon wilayah Jakarta Pusat, benar-benar pasangan sejati. Hahaha...
Aku sudah mulai pendekatan dengannya semasa proses Abnon. Ternyata, kami sama-sama cocok dan memutuskan menikah tahun 2006. Kami dikaruniai seorang anak lelaki yang kuberi nama Tjokro Yasuhiro (hampir 2 tahun).
Istriku yang bekerja di sebuah bank di Jakarta, selalu menyemangati aku. Sayangnya, dia jarang melihat penampilanku di teve karena bekerja saat aku siaran. Bila ada kesempatan nonton, terkadang dia mengkritik penampilanku. Misalnya saja, aku tampak mengantuk atau saat bertanya kurang kritis. Kami memang pasangan sehati. (TAMAT).
Henry Ismono
FOTO-FOTO: DANIEL SUPRIYONO