2 TAHUN PERTAMA
Selama dua tahun pertama, terang Dwi Putro, merupakan masa penting. Karena proses perkembangan otak berlangsung sangat cepat selama masa tersebut. "Berat otak pada waktu lahir rata-rata 350 gram. Pada usia 1 tahun, volume otak 1000 gram dan pada usia 2 tahun beratnya 1200 gram." Sedangkan volume otak orang dewasa hanya 1400 gram pada pria dan 1250 gram pada wanita. "Jadi bisa dibayangkan, dalam waktu 0 sampai 2 tahun, perkembangan otak luar biasa."
Itulah mengapa Dwi Putro menganjurkan agar setiap kali imunisasi, ukuran lingkar kepala si bayi juga harus dikontrol. "Apabila pada saat kontrol diketahui lingkar kepala si bayi ukurannya sudah di bawah atau di atas garis normal, sebaiknya segera harus dieksplorasi," katanya.
Selain itu, dalam fase ini orang tua juga harus menjaga agar jangan sampai si bayi mengalami kelainan atau penyakit yang bisa merusak sel-sel otak. Misal, infeksi radang otak, hidrosefalus, tumor, infeksi susunan pusat yang lain, benturan, dan sebagainya. "Ini semua bisa menghambat perkembangan otak," tukasnya.
Yang tak kalah penting ialah melakukan pencegahan sejak dini untuk menghindari terjadinya kelainan-kelainan di atas. Misalnya, konseling sebelum menikah dan sejak merencanakan untuk punya anak. "Lakukan kontrol secara teratur. Sehingga kalau ada kelainan bisa dideteksi sedini mungkin." Misalnya, infeksi TORCH. Selain rajin kontrol, sang ibu juga harus bisa menjaga kesehatan dan makanan yang dikonsumsinya selama hamil. "Kalau ini dilakukan secara teratur, dengan sendirinya tumbuh kembang bayi akan sempurna," ujar Dwi Putro.
Si Kepala Air
Kepala air atau hidrosefalus merupakan suatu gejala dari berbagai proses di dalam kepala yang menyebabkan terkumpulnya cairan otak secara berlebihan di dalam rongga ventrikel pada otak. "Penyebabnya antara lain, terganggunya aliran cairan otak karena penyumbatan, penyerapan kembali cairan otak yang tak memadai di dalam kepala, atau karena produksi cairan otak yang berlebihan," terang Dr. Dwi Putro Widodo, Sp.AK, MMed.
Hidrosefalus dibagi 2, yaitu hidrosefalus non-komunikans (tersumbat) dan hidrosefalus komunikans. Hidrosefalus non-komunikans terjadi karena ada penyumbatan di tempat tertentu di dalam otak, di jalan sempit yang dilalui cairan otak waktu mengalir keluar dari rongga ventrikel otak. "Ini biasanya karena kelainan bawaan, tumor, dan infeksi."
Sementara hidrosefalus komunikans disebabkan penyerapan cairan otak yang tak memadai di tempat penyerapannya (rongga subarahnoid). "Penyebabnya bisa karena kelainan bawaan atau didapat, misalnya setelah sakit radang selaput otak (meningitis) atau perdarahan di bawah selaput otak."
Produksi cairan otak yang berlebihan dapat disebabkan karena tumor, meski jarang. Beberapa infeksi di dalam kandungan juga dapat menyebabkan terjadinya hidrosefalus. Biasanya infeksi ini terjadi pada kehamilan muda sampai trimester kedua.
Gejala yang dapat ditemui pada seorang anak dengan hidrosefalus tergantung penyebabnya serta umur penderita. "Bila penyebabnya kelainan bawaan, gejalanya didapati saat belum lahir atau pada masa bayi." Bila gejala timbul saat bayi di kandungan, bayi tak dapat lahir tanpa pertolongan khusus. Bahkan, kadang-kadang sudah meninggal di kandungan.
Bila gejala timbul pada masa bayi, tampak pertumbuhan lingkar kepala yang cepat membesar. Karena itu, penting sekali pengukuran besar lingkaran kepala bayi secara periodik untuk dibandingkan dengan standar normal besar lingkar kepala.
Sebelum penderita berusia 2 tahun, gejala utama hidrosefalus biasanya adalah pembesaran kepala. "Bila terjadi setelah usia 2 tahun, pembesaran kepala tak jelas lagi karena sutura kepala telah rapat. Yang tampak adalah gejala saraf lain karena adanya tekanan di dalam kepala yang meningkat," jelas Dwi Putro.
Gejala hidrosefalus sebelum didapatinya ukuran kepala yang membesar ialah bayi mengalami kesulitan dalam menerima makanannya, mudah menangis, muntah-muntah, dan perkembangan yang terlambat. Kemudian, ubun-ubun memonjol dan tegang, pembuluh darah balik (vena) kepala membesar, mata tampak seperti matahari terbenam dan sering disertai juling, perbandingan besar kepala yang tak sesuai (dahi sangat lebar, bentuk kepala seperti segitiga terbalik), dan akhirnya kepala tampak membesar sekali. "Kepala ini kalau diketuk seperti suara pot pecah," ujarnya.
Pada keadaan ini, lanjut Dwi Putro, "Biasanya anggota gerak, terutama tungkai bawah/kaki menjadi kaku, kesulitan makan bertambah, dan anak menjadi lemah secara progresif." Tetapi, banyak juga penderita hidrosefalus yang tak menunjukkan gejala-gejala ini sampai jelas tampak adanya kepala yang membesar secara nyata. "Kalau ditemukan gejala-gejala seperti ini, sebaiknya segera bawa ke dokter, supaya dapat dilakukan pemeriksaan secara teliti," ujar Dwi Putro.
Hasto Prianggoro/nakita