Agar Keluarga Minim Stres

By nova.id, Rabu, 2 Januari 2013 | 00:31 WIB
Agar Keluarga Minim Stres (nova.id)

Agar Keluarga Minim Stres (nova.id)

"Ilustrasi "

Tiga orang peneliti memetakan rumah keluarga selama empat hari, dari pagi sampai tidur. Mereka  merekam setiap menit yang dihabiskan anggota keluarga sehari-hari, mulai dari melipat pakaian, mengerjakan PR, sampai 'peperangan' orangtua-anak di meja makan soal sayuran. Selain mengamati, para peneliti juga mewawancara  masing-masing anggota keluarga dan mengukur tingkat stres mereka sepanjang hari.

Karakter keluarga yang diteliti antara tahun 2002 dan 2005, memiliki para orangtua yang bekerja (kedua-duanya), memiliki dua atau lebih anak, dan memiliki hipotek  (ini terlihat seperti profil rumah tangga Amerika pada umumnya). "Ketika mengamati keluarga-keluarga ini, aku merasa seperti sedang dalam di kehidupan sendiri," ungkap kepala tim peneliti Tami Kremer-Sadlik, Ph.D., yang juga  direktur penelitian di Pusat Penelitian Kehidupan Sehari-hari Keluarga UCLA.

"Saya sendiri adalah seorang ibu bekerja dengan dua anak, dan bisa mengidentifikasi  perempuan yang dipelajari merasa terdesak oleh waktu dan  berusaha  menyeimbangkan tuntutan pekerjaan dan keluarga," tambahnya. Namun  di antara stres mereka, peneliti  melihat contoh kunci kehangatan dan cinta yang membuat keluarga  harmonis. Kremer-Sadlik dan peneliti perempuan lainnya menemukan, sekilas dalam kehidupan keluarga  memberi  perspektif unik tentang cara lebih merawat keluarga sendiri. Berikut yang mereka pelajari untuk meredakan stres dan menciptakan sukacita di rumah Anda.

1. Membagi-bagi tugas dalam berpasangan.

Pada satu bagian proyek, Kremer-Sadlik dan tim mempelajari soal pembagian "pekerjaan rumah tangga terhubung dengan kepuasan pernikahan" bersama pasangan. Anehnya, tidak peduli seberapa merata pasangan berpisah tugas. Kedua pasangan akan lebih bahagia ketika keduanya merasa seperti bekerja dalam tujuan yang sama, terlepas dari siapa yang bekerja lebih banyak atau lebih sedikit," ungkap Kremer-Sadlik sembari menyinggung jika dalam pengamatan tim peneliti menemukan wanita tetap paling banyak mengerjakan tugas sehari-hari.

Para wanita yang merasakan pernikahan bahagia, mengatakan jika pasangannya seperti  memahami apa yang harus dilakukan. "Dan kami amati, suami mereka juga bersedia menata meja sementara istri memasak di dapur, atau para suami membereskan meja tanpa diberitahu yang harus dilakukan..," tambah Kremer.

Apakah menurut Anda ini terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan? Ketahuilah, hanya berbicara tentang misi bersama  untuk keluarga dapat menghilangkan banyak konflik "kesama rataan". "Para pasangan menjalani pernikahan bahagia, kerap membahas tujuan bersama mereka untuk keluarga mereka," katanya.

Ada lebih dari kebersamaan yang lebih banyak pada dasar keluarga. Tercermin dalam sikap yang lebih banyak 'kita lakukan demi keluarga,' bukan  'Saya lakukan ini untukmu'." Tapi dengan orangtua yang bekerja keduanya,  jadwal anak-anak jadwal perlu dikoordinasikan," ungkap  peneliti Darby Saxbe, Ph.D. Jika diinterpretasikan, ini seperti menjalankan bisnis.  Dan peneliti melihat di beberapa rumah, istri menyampaikan apresiasi lebih saat suami  mengambil lebih banyak tugas-tugas rumah tangga.

2. Menemukan saat-saat kebersamaan.

Setiap ibu berfantasi tentang liburan keluarga yang sempurna atau menghabiskan waktu  bersama suami dan anak-anak. Namun dalam kenyataan,bonding bisa terjadi lewat  peristiwa yang lebih kecil. "Aku kira,  banyak orang berpikir jika  penting menciptakan momen besar kebersamaan. Menurut kami,  banyak kesempatan yang dimiliki  keluarga agar terhubung sepanjang hari yang  tidak disadari," ungkap Kremer-Sadlik.

Mungkin Anda hanya memiliki 10 menit untuk mengepang rambut anak. Atau Anda tak punya banyak waktu untuk melihat anak berlaga di ekstra kurikuler sekolah.  Menurut Belinda Campos, Ph.D.,  dirinya melihat hal yang sama ketika melakukan penelitian yang berfokus  pada hubungan keluarga. "Ada budaya ideal yang ingin mengukir waktu berkualitas, tapi banyak keluarga mengabaikan hal-hal sehari-hari yang membuat orangtua-anak tetap terhubung," ungkap Belinda. Salah satu contoh adalah cara keluarga bereaksi ketika suami/ayah pulang kerja. "Ada dua jenis sikap keluarga: istri dan anak-anak menyambut ayah dengan salam hangat, dan anak-anak serta istri yang tidak pernah bangkit menyambut sang ayah?"tambah Belinda.  Sebenarnya  momen ketika sang Ayah berjalan dari pintu,  mungkin telah membentuk sedikit nuansa dalam suasana hatinya. Seorang  suami/ayah yang pulang dari bekerja, butuh merasa 'rumah adalah tempat  di mana dirinya berarti'.

3. Role model - bukan sahabat.

Memperlakukan pasangan  dengan rasa hormat, bukan hanya  baik untuk pernikahan  namun juga mempengaruhi dinamika keluarga. "Ketika pasangan menunjukkan kesabaran dan dukungan, (berlawanan dari sikap tidak sabaran, sarkastis, atau kritis) anak-anak juga akan lebih hormat terhadap orangtua," ujar Kremer-Sadlik memaparkan temuan  dari penelitian sebelumnya. Tujuan  jangka pendek dari perlakuan ini dapat dirasakan keluarga dalam sehari-hari sepanjang hari. Misalnya,  makan malam di meja atau pekerjaan rumah terselesaikan dengan baik, hal-hal juga berjalan lancar dan lebih menyenangkan." Hal yang sama juga berlaku bagi orang tua dalam menetapkan aturan pada anak-anak. Bukan  dengan  membiarkan anak-anak mencampuri pembuatan keputusan, " tambahnya. Akan lebih sedikir tantrym dan argumen ketika orangtua mampu mendelegasikan tugas kepada anak-anak, ketimbang meminta mereka menjalankan tugas yang diperintah.  "Masih ada kasih sayang kendati orangtua adalah bos, namun jangan pernah pertanyakan  siapa yang bertanggung jawab di rumah," tandas Kremer.

4. Persiapkan makan malam lebih cepat.

Percaya atau tidak, mengolah makan malam lebih cepat bukan hanya menghemat waktu memasak. Saat semua keluarga menghabiskan sekitar satu jam mempersiapkan makan malam, menyiapkan makanan lebih cepat dengan alat-alat  memiliki dampak lebih. Tak lupa, mintalah anak-anak  membantu dalam persiapan makanan.  Dalam penelitian menemukan, anak-anak yang kerap membantu di dapur selalu menghabiskan makanan  yang disajikan. Suasana hati di rumah akan lebih ringan dan  bahagia ketika anak-anak menghabiskan waktu membantu Ibu memasak di dapur.

5. Lima menit saja.

Ada rahasia untuk menikmati kehidupan berkeluarga setelah seharian letih bekerja: "Temuan menunjukkan, ketika wanita meluangkan waktu sendirian selama 5 atau 10 menit, ia mendapatkan nada positif untuk sepanjang sisa malam," demikian diungkapkan seorang peneliti Shu-wen Wang, dari Los Angeles yang membantu tinjauan lebih dari 1.540 jam rekaman. "Para Ibu melaporkan, dengan memiliki waktu sendiri berolahraga, berkebun, maupun menikmati sebatang permen coklat terutama setelah bekerja sepanjang hari,  membuktikan jika ini sehat bagi Ibu dan keluarga mereka."

6. Nonton TV bersama-sama.

Jika Anda merasa bersalah jika keluarga lebih sering berada di depan televisi setelah hari yang melelahkan, ketimbang  melakukan sesuatu  interaktif. Tolong, singkirkan!

 "Menonton TV bersama menunjukkan perilaku bonding yang kuat. Perilaku bonding dapat berupa aktivitas ringan bersama, seperti, berbagi makanan ringan, bersorak  satu sama ketika klub sepak bola favorit mencetak skor, maupun menebak pertanyaan dalam kuis televizi!" ungkap Campos.

Tak ketinggalan, Champos menyarankan menonton  komedi situasi bersama agar keluarga merasa  lebih dekat. "Ketika keluarga tertawa bersama selama acara TV, itulah saat bersama yang tercipta, dan ini menciptakan kenangan baik akan keluarga," tambahnya. Jadi ketika  Anda tidak bisa mengumpulkan energi menemani  anak-anak bermain di halaman atau taman, satu kesempatan kecil menonton TV bersama juga dapat memberi nuansa positif bagi keluarga.

7. Rangkul ritual sehari-hari.

"Orang percaya jika spontanitas dan kegembiraan adalah  hal yang membuat pasangan terkoneksi. Dan membuatnya sebagai rutinitas dan berkesinambungan,  membuat hubungan keluarga kian berkembang," ujar Wang.  Kendati hanya duduk bersama di suatu petang dengan secangkir kopi, atau membacakan dongen sebelum  tidur,  ini  yang membuat kehidupan keluarga begitu menghibur dan membuat pasangan tetap dekat.

Ketika hari-hari melelahkan berjalan hari ini, ada sebuah momen untuk memperlambatnya yakni menghargai sehari-hari dalam keluarga.

Laili/ dari berbagai sumber