Jika Si Kecil Batuk: Jangan Anggap Enteng

By nova.id, Kamis, 22 April 2010 | 17:41 WIB
Jika Si Kecil Batuk Jangan Anggap Enteng (nova.id)

Berbahayakah jika anak batuk? Bisa ya, bisa juga tidak. Memang bisa sembuh sendiri, tapi bisa juga merupakan gejala penyakit berat, seperti TBC atau pneumonia.

Batuk sebetulnya merupakan reflek dari tubuh untuk mengeluarkan sesuatu yang ada di dalam saluran napas. Sesuatu ini bisa berupa lendir atau benda yang membuat tubuh berusaha untuk mengeluarkan benda-benda asing tersebut. "Jadi, sebenarnya batuk merupakan sign (tanda) bahwa ada sesuatu yang tidak mengenakkan dalam tubuh," ujar dr. Bambang Supriyatno, Sp.A dari RSUPN Cipto Mangunkusumo.

Reflek batuk ini memang harus dimiliki setiap orang. "Kalau seseorang tidak memiliki reflek batuk, malah berbahaya. Ketika anak batuk, pasti ada sesuatu, entah cairan atau benda-benda lain, yang menghalangi saluran napas," lanjut Bambang.

Batuk pada balita paling banyak terjadi akibat infeksi saluran napas dan alergi. Ada dua infeksi saluran napas, yaitu infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. Batuk karena infeksi saluran napas atas biasanya lebih ringan. Misalnya, karena flu, amandel, atau radang tenggorok. Sementara batuk karena infeksi saluran napas bawah biasanya agak lebih berat, misalnya pada penderita pneumonia. Sedangkan batuk yang disebabkan karena alergi biasanya terjadi pada penderita asma.

Selain itu, batuk juga bisa terjadi karena aspirasi, yaitu masuknya cairan atau benda asing ke paru-paru. "Misalnya, tersedak karena masuknya cairan, yang tersering susu, atau karena benda-benda lain, misalnya kacang."

Pada anak-anak yang lebih besar, batuk juga disebabkan karena sinusitis, yakni radang di rongga sinus (rongga di dalam hidung). "Biasanya ini terjadi pada anak-anak berusia di atas lima tahun, karena biasanya sinus mulai berkembang sampai seseorang berusia lima tahun." Gejala awalnya antara lain batuk, mulut berbau, atau bernapas lewat mulut.

DUA JENIS

Batuk dibagi atas batuk kronis dan batuk akut. Batuk kronis adalah batuk yang berlangsung selama atau lebih dari 14 hari dan atau berulang. Disebut batuk berulang jika batuk berlangsung selama tiga kali episode berturut-turut dalam tiga bulan. Misalnya,anak batuk pada bulan Januari, Februari, dan bulan Maret secara berturut-turut.

Atau batuknya cuma sekali, misalnya hanya pada bulan Januari saja, tetapi berlangsung selama 14 hari atau lebih. "Kedua batuk ini disebut batuk kronik berulang (BKB), dan ini harus dicurigai karena biasanya merupakan gejala-gejala dari penyakit tertentu," ujar Bambang.

Bambang menegaskan untuk tak memandang ringan BKB. "Ini perlu diwaspadai karena membutuhkan penanganan khusus. Jadi, harus dibawa ke dokter untuk dicari penyebabnya dan untuk penanganan lebih lanjut," ujar Bambang. Pada balita, BKB bisa merupakan gejala dari penyakit asma, TBC, atau pertusis (batuk rejan atau batuk seratus hari).

Penyebab asma yang paling sering adalah karena alergi atau tidak tahan terhadap alergen (zat yang dapat merangsang tubuh untuk bereaksi). Misalnya, rokok, kapuk, debu rumah, karpet, binatang peliharaan. Bisa juga alergi pada makanan-makanan tertentu, seperti es, cokelat, kacang tanah, tomat, atau crispy (makanan ringan yang banyak mengandung MSG). "Bisa juga karena exercise yang berlebih. Misalnya terlalu capek. Tetapi, kasusnya nggak banyak."

Anak yang menderita asma, saluran napasnya menyempit. "Saluran napas ini menyempit karena otot-ototnya mengkerut, saluran napasnya bengkak, atau produksi lendirnya banyak," ujar Bambang.