Izma Chandra Hamzah (1): Sering Tertidur di Pohon Jambu

By nova.id, Minggu, 3 Januari 2010 | 17:27 WIB
Izma Chandra Hamzah 1 Sering Tertidur di Pohon Jambu (nova.id)

Bahkan kelas 4 SD, Papa sudah mengajari aku bermain catur, makanya aku sudah bisa main catur waktu itu. Aku juga ikut pentas menari, menyanyi, angklung, dan seni lainnya. Dari kelas 3 SD sampai 6 SD aku selalu dinobatkan menjadi bintang pelajar. Selain seabrek kegiatan tadi, aku masih sempat masuk ke Club Sepatu Roda Camelia. Bersama teman-teman latihan tiap minggu, bahkan juga aktif mengikuti perlombaan sepatu roda di Bandung.

Sejak kecil aku juga merasa beda dengan anak sebaya. Aku sudah menyukai figur Pak Harto. Aku juga bingung entah kenapa sampai menyukai sosok beliau. Sampai beliau memberikan pidato berjam-jam di teve, aku tidak pernah beranjak dari tempat duduk dan terus menonton sampai selesai tanpa mengantuk. Ha ha ha.

Melihat tingkahku Mama sempat cemas karena tidak seperti kebiasaan anak umumnya pasti menyukai sosok yang lebih terkenal, misalnya pahlawan. Lama-lama Mama mengerti kenapa aku menyukai sosok Soeharto, meski kalau dipikir-pikir memangnya aku mengerti pidato yang disampaikan beliau. Idolaku itu sampai sekarang tidak pernah berubah terlepas dari berbagai urusan politik dan lainnya, lho. Aku menyukai senyum yang selalu menghiasi wajahnya. Aku selalu bilang pada Mama kalau sudah besar ingin menjadi Menteri, maksudnya tidak lain agar bertemu sosok idolaku itu. Ha ha ha.

Setelah lulus SD Papa dipindahtugaskan ke PT. XIII Perkebunan Malabar yang terletak di Pangalengan, di bagian selatan Bandung. Otomatis kami sekeluarga pindah rumah. Di Malabar memang berbeda dengan tempat sebelumnya, meski cuacanya masih tetap dingin. Tapi kalau agak siang cuaca di Malabar agak panas dan keadaan daerahnya lebih ramai karena lebih dekat dari Bandung, kurang lebih 2 jam dari Bandung. Aku masuk SMP Kertasari PT XIII Perkebunan Malabar.

Meski beranjak dewasa aku tidak pernah meninggalkan kegiatan dan aktivitasku. Mulai dari kegiatan pencinta alam seperti naik gunung, hiking, dan banyak lagi. Di SMP lagi-lagi aku dipilih sebagai Pratama Putri pada pasukan Pramuka sejak kelas 1 sampai kelas 3 di sekolah. Di kelas aku juga selalu menjadi juara kelas sampai dinobatkan sebagai murid teladan sekolah. Olahraga pun menjadi hobiku, seperti tenis lapangan, tenis meja, voli, dan sering memenangkan kejuaraan antar sekolah atau umum. Kegiatan di bidang seni tidak terlewatkan seperti menyanyi, menari, vokal grup dan memainkan alat-alat musik. Saat itulah aku bisa memainkan gitar secara otodidak.

Dulu aku adalah sosok perempuan tomboi yang riang dan pemberani. Aku masih ingat, tiap hari pulang sekolah waktu SD aku sering memanjat pohon jambu di halaman belakang rumah, tingginya kira-kira 4-5 meter. Ketika bergelayutan di atas pohon itu aku sampai tertidur, lho, karena kondisinya seperti rumah pohon tanpa atap, ada tempat nyaman yang bisa aku duduki. Setelah tertidur biasanya aku diangkut tukang kebun ke rumah. Wah, kalau sudah begitu pasti Mama sibuk menjerit dan berteriak. Anehnya, aku enggak pernah kapok dan terus mengulang kegiatan itu. Rasanya aman banget di pohon itu, bak raja hutan. Ha ha ha.

Berkarier di JakartaMenginjak usia remaja aku tumbuh menjadi gadis remaja tomboi. Aku sekolah di Bandung tepatnya di SMA BPI 1 Pagi Bandung di Jalan Burangrang Bandung. Aku ikut Patroli Keamanan Sekolah (PKS) dan drumband. Belum lagi menjadi anggota Wanna Be Dancer (Modern Dance) di bawah asuhan Kang Dadan. Salah satu pelatih seniorku waktu itu adalah Vicky Burky dan Dany Spreet (sekarang vokalis Java Jive). Bersama Wanna Be aku pernah terlibat dalam performance besar dalam acara Hai Look.

Aku tergila-gila dengan grup band Duran Duran terutama dengan John Taylor sang bassist. Saking tergila-gilanya sampai-sampai aku rela potong rambut ala John berjambul Duran Duran. Tidak itu saja mulai dari aksesoris, baju, topi, emblem, jaket yang mirip dengan mereka aku pakai. Bahkan sampai mimpi main bass bareng. Anehnya setelah mimpi itu tidak lama kemudian teman-teman membentuk sebuah grup band perempuan yang pada formasinya aku menjadi bassist.

Sejak itulah aku aktif menjadi musisi. Band pertamaku diberi nama Accessories Band di bawah asuhan Yayan Sofyan (eks Primas Band). Aku dan teman-teman sering mengikuti berbagai special event dan tur ke luar kota. Berhubung waktu itu masih jarang band perempuan, kami mendapat tawaran manggung yang lumayan baik di kampus maupun di luar kota.

Tapi ada akibatnya, karena terlalu banyak dengan kegiatan itu, pelajaranku sedikit melorot dan orangtua mulai melarangku. Sampai akhirnya saking cintanya dengan dunia musik, aku pun diam-diam main musik. Meski aku sadar, pendidikan juga sangat penting dan tetap menjadi prioritas utama. Sejak saat itu aku selalu berpikir, bagaimana caranya agar dua-duanya bisa jalan beriringan tanpa saling menganggu. Sejalan dengan hobi itu, aku pun aktif di berbagai organisasi kepemudaan, musik, dan banyak lagi.

Lepas SMA aku gagal meneruskan kuliah di universitas negeri, lalu kuliah di Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) YAPARI Bandung mengambil jurusan Sastra Inggris. Aku makin aktif mengikuti berbagai kegiatan seni, pencinta alam, panjat tebing, dan tetap main musik. Setelah band pertama bubar, aku bergabung dengan band perempuan Shalimar yang beraliran rock n' roll dan blues. Berhubung terbentur jadwal kuliah yang sangat padat Shalimar tidak berumur lama. Kami bubar setelah mengadakan beberapa pertunjukkan dan tur di luar kota. Maklum kami sama-sama sibuk dengan kuliah masing-masing. Lalu aku bergabung dengan Khalaraz Band, dimana aku berganti formasi menjadi penyanyi rap karena semua anggotanya lelaki kecuali aku.

Pengalaman kerjapun aku rasakan di mana semasa kuliah aku sempat magang di Forexindo Panin Bank Bandung. Ini pengalaman pertamaku bekerja sebagai Account Executive yang banyak memberikan warna baru dalam kehidupanku. Sementara menunggu wisuda aku melamar ke berbagai perusahaan dan diterima di International Bank Money Broker di Jakarta dari 900 peserta yang ikut. Aku harus kos di Jakarta sendirian di belakang kantorku. Rasanya sedih juga meninggalkan orangtua dan adik. Tapi sebelumnya sudah aku bulatkan tekad ingin berhasil. Tidak ada kata menyerah saat meniti karier.

Lalu, aku pindah ke perusahaan Foreign Exchage, dimana waktu kerjaku tidak sesibuk di kantor sebelumnya. Aku bisa memenuhi panggilan jiwaku main musik sambil tetap bekerja. Di luar perkiraan aku diajak bergabung dengan grup band wanita bernama Zenith Band yang beranggotakan Temmy (vokal), Sari (gitar), Linda (drum), Bayek (keyboard), dan aku (bassist) menggantikan yang lama karena cuti punya anak. Manajernya Mas Didiet Dada yang juga manager Dewa 19. Sejak saat itu aku melakukan road show dari kafe ke kafe. Malah kami sempat rekaman di WAW, meskipun rekaman itu kandas di tengah jalan. Kurang lebih dua tahun aku bergabung sampai akhirnya bubar karena jenuh. (BERSAMBUNG)

Noverita K. Waldan

(Minggu depan: Jatuh bangun selama membina karier di Jakarta dialami Izma. Kebiasaan menyelesaikan tugas di warnet malah mempertemukan Izma dengan suaminya, Chandra Hamzah. Keduanya sama-sama gemar bermain game online. Bagaimana awal pertemuan mereka, jangan lewatkan kisahnya minggu depan.)