Iman Surahman, 'Pemburu' Anak Korban Bencana

By nova.id, Minggu, 15 November 2009 | 19:03 WIB
Iman Surahman Pemburu Anak Korban Bencana (nova.id)

Kalau kita bawa bantuan, magnetnya memang luar biasa. Para korban menyerbu dengan penuh semangat. Tapi setelah itu habis. Tapi kalau kita datang atas nama pendidikan anak, mereka melihatnya dari kacamata yang lain. Anak akan jadi lokomotif. Gerbong berikutnya akan menyusul bantuan medis, logistik, dapur umum, recovery, rekonstruksi, sampai pemulihan ekonomi. Makanya, ketika masuk lokasi bencana, anak dulu yang kita "pegang" sebagai modal utama masuk lokasi bencana.

Sebetulnya, apa posisi Anda di DD?

Posisi saya sebetulnya adalah Koordinator Disaster Program. Sebagai koordinator, saya harus selalu masuk ke lokasi bencana saat awal kejadian, tak peduli bagaimana caranya. Kurang dari 20 jam saya harus tiba di lapangan. Sampai sana saya harus segera menentukan titik aksi, apa yang akan kami lakukan, termasuk merekrut para relawan.

Bagaimana kesulitan menembus lokasi bencana saat pertama kejadian?

Terkadang sangat sulit, biasanya faktor utamanya jarak. Waktu gempa Sumbar, tiket pesawat tidak ada, bandara ditutup. Saya akhirnya ke Padang ikut menumpang pesawat Hercules TNI yang pertama berangkat setelah gempa. Saya akhirnya bisa berangkat pukul 09.00 pagi. Wartawan saja tak ada yang tembus. Buat saya, selama keringat darah belum keluar, berarti masih ada harapan.

Apa yang Anda lakukan sesampai di lokasi bencana?

Langsung memetakan area, merekrut relawan, menyebarnya ke lapangan, serta menentukan tugas mereka. Saya sendiri masih dikontrol Direktorat Program DD di Jakarta.

Mengapa anak-anak jadi target utama?

Karena mereka lebih fleksibel dan netral. Setelah beberapa saat berhasil "memegang" anak-anak, kami ajak mereka untuk melakukan sesuatu seperti salat berjamaah, makan, dan membagi bantuan dengan tertib tanpa rebutan. Kami memberikan penyuluhan anak-anak korban bencana dalam bentuk dongeng. Orangtua pun ikut mendengarkan.

Lokasi bencana mana saja yang anak-anaknya pernah Anda tangani?

Aceh, Sulawesi, lumpur Lapindo Sidoarjo, Bengkulu, Tasik, dan sebagainya. Di beberapa tempat saya jadi guru tamu untuk memberikan pengetahuan tentang bencana gempa dan bagaimana pola penyelamatan. Anak-anak kita ajari untuk tidak takut terhadap gempa, melainkan waspada.