Adil Tak Berarti Sama (1)

By nova.id, Kamis, 23 Agustus 2012 | 23:27 WIB
Adil Tak Berarti Sama 1 (nova.id)

Adil Tak Berarti Sama 1 (nova.id)

"Foto: Getty Images "

"Kenapa kakak boleh beli tas tapi aku enggak boleh? Mama nggak adil!" ujar Bagas sambil meninggalkan ibunya. Bukan sekali Bagas mengatakan Sang Bunda tidak adil. Pasalnya sejak Sang Kakak, Rinka, mulai bersekolah, Si Ibu membelikan peralatan sekolah yang lebih lengkap dibandingkan dengan peralatan sekolah yang dibelikan untuk Bagas.

Pada kasus lain, ada juga Si Kakak yang merasa tidak lagi diperhatikan setelah adiknya lahir. Kalimat bernada cemburu seperti, "Sedikit-sedikit nyuruh aku, sedikit-sedikit aku yang disalahkan. Mama enggak adil!" pun tak pelak keluar dari bibir Si Buah Hati.

Anak-anak memang kerap membandingkan apa yang diberikan orangtua kepada adik atau kakak dengan yang didapat oleh dirinya. Secara teori, orangtua memang hanya perlu menyampaikan pertimbangannya kepada Si Anak. Toh, adil sebenarnya tidak selalu mengacu pada memberi secara sama rata, bukan? Masalahnya, orangtua seringkali bingung menyampaikannya.

Beri Ilustrasi

Menurut Ike R. Sugianto psikolog dari Potentia Centre, anak sebenarnya bisa diberi pemahaman mengenai konsep keadilan. Seringkali orangtua tidak menyampaikannya kepada anak karena berpikir anak-anak tidak akan bisa mengerti. Padahal tanpa diduga, buah hati dengan segala kepolosan dan kejujurannya terkadang dapat berbuat lebih bijaksana daripada yang diperkirakan.

Salah satu cara memberikan pemahaman mengenai konsep keadilan pada Si Kecil bisa melalui ilustrasi. "Misalnya, beri mereka dua buah boneka, yang satu berukuran besar dan satunya lagi kecil. Terus kasih dua buah apel, yang satu berukuran besar dan satunya kecil. Nah, untuk boneka yang besar, beri apelnya yang mana? Kalau boneka yang kecil diberi makanan besar, bagaimana jadinya? Bisa dimakan (sampai) habis atau tidak? Setelah itu beri pemahaman juga, bahwa adil itu tidak harus sama tetapi menyesuaikan dengan kebutuhannya," papar Ike.

Namun akan lebih baik, tambah Ike, jika anak dibina sejak awal supaya memiliki hubungan yang sehat dengan saudara kandungnya. Jika attachment (kedekatan, Red.) adik dan kakak sudah aman, maka rasa kasih sayang antarsaudara juga akan aman. Tidak ada lagi kecemburuan atas yang didapatkan saudaranya. 

Harus Jelas

Perbedaan yang diberikan orangtua pada anaknya, seperti pemberian jumlah uang jajan, batasan waktu bermain, atau memberi les tambahan di luar sekolah, haruslah berdasarkan alasan yang jelas dan dapat ditakar. Sebagai contoh, membuat perbedaan berdasarkan usia, tingkat kesehatan, dan perbedaan tuntutan belajar, termasuk yang diperbolehkan.

Bagaimana jika perbedaan sikap dilakukan berdasarkan prestasi yang dibuat anak? Misal, anak yang prestasi belajarnya lebih baik mendapat hadiah tertentu sedangkan yang lainnya tidak. Menurut Ike, hal seperti itu boleh dilakukan asal kesepakatan telah dibuat sebelumnya.

"Misal kakak lebih nurut sama ibu, jadi diberi hadiah. Itu kalau antara anak pada dasarnya sudah kompetitif, bisa-bisa malah menimbulkan rasa cemburu dan sebal pada kakak atau adiknya. Menganggap mereka saingan. Jadi lebih baik jangan, sih. Kalau mau pun, anak harus diberi tahu sebelumnya jika orangtua akan membuat kontes. Semua pihak harus setuju dulu sebelum itu dilaksanakan," jawab Ike.