Berawal dari Tali Sepatu

By nova.id, Senin, 20 Agustus 2012 | 00:00 WIB
Berawal dari Tali Sepatu (nova.id)

Berawal dari Tali Sepatu (nova.id)
Berawal dari Tali Sepatu (nova.id)

"''Melatih kemandirian anak sangat penting,''kata Reynita. (Foto: Eng Naftali/NOVA) "

Pada dasarnya, jelas Reynitta Poerwito, Bach. of Psych., M.Psi., psikolog Eka Hospital BSD City, kegiatan yang berkaitan dengan diri sendiri dapat membangun rasa percaya diri anak terhadap kemampuan dirinya. Contohnya, memakai baju sendiri, memakai sepatu sendiri, makan sendiri, tidur sendiri, sikat gigi sendiri, mengambil minum sendiri, dan sebagainya.

Tujuan besar latihan ini adalah membuat anak merasa dirinya sanggup atau memiliki kemampuan dalam melakukan tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuannya tanpa harus dibantu oleh orang lain.

"Tentu, bentuk kegiatannya harus disesuaikan dengan masa usia pertumbuhan anak, karena kalau tidak sesuai dengan perkembangan kemampuannya, bisa menimbulkan tekanan bagi anak dan berdampak negatif," lanjut Reynitta.

Latihan kemandirian ini sangat berakar pada pola asuh orangtua yang akan mendekatkan secara emosional. Orangtua juga disarankan melakukannya sejak dini. Bahkan sebelum orangtua ingin memulai latihan kemandirian anak. Pemberian ASI, dekapan, sentuhan hangat, perhatian dari orangtua yang mengasuh anaknya sendiri akan mempermudah dan menumbuhkan rasa percaya diri dalam melihat potensi positifnya.

Tiga Tipe

Mandiri bagi balita adalah salah satu ciri kematangannya. Nantinya, sikap ini akan membantu anak bertindak secara otonom untuk mencapai tujuan. "Ini berhubungan erat dengan pengambilan inisiatif, mengatasi masalah atau hambatan yang dihadapi, kemampuan mengatur dirinya sendiri, serta melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhannya, tanpa bantuan orang lain," jelas Reynitta.

Kemandirian sendiri dibagi menjadi tiga tipe, yaitu emosi, perilaku, dan nilai. Kemandirian emosi dan perilaku dapat diajarkan sedini mungkin sejak usia balita. Seiring pertambahan usia anak, kemampuan berkomunikasi yang dimiliki makin sempurna. Dari sini, anak sudah bisa diajarkan memahami nilai dan prinsip hidup secara umum.

"Diharapkan anak bisa mengembangkan ideologi pribadi yang sesuai dengan karakteristiknya. Dan, ideologi tersebut dapat membuat hidupnya merasa lebih nyaman, tidak lagi tergantung nilai-nilai yang ditanamkan orangtua atau figur otoriter lainnya," lanjutnya.

Perlu Reward

Bagaimana jika anak tidak dilatih kemandirian sejak kecil? Kondisinya sangat unik dan berbeda-beda. Ada yang tergantung pada lingkungannya karena kurang percaya kemampuannya. Ada juga anak yang manja padahal ia merasa mampu melakukannya sendiri. "Secara garis besar, anak yang tidak terbiasa berlatih mandiri sejak kecil akan lebih rentan terhadap tekanan yang dihadapinya," kata Reynitta.

Reward merupakan satu hal yang penting dalam proses pelatihan kemandirian pada anak. Oleh karena itu, Reynitta tidak menyarankan punishment. "Sebaiknya, pelatihan ini didasari dengan sikap positif dan memberikan dukungan serta motivasi bagi anak untuk bisa meyakinkan dirinya sendiri bahwa anak mampu melakukan kegiatan atau tugas-tugas yang diinginkan secara mandiri," ujarnya.

Alih-alih menghukum, orangtua bisa melakukan pendekatan dengan menggunakan kata-kata seperti, "Kakak, kan, sudah besar, bukan anak kecil lagi...Kalau anak kecil masih harus dibantu, tapi lihat Mama dan Papa pakai baju sendiri (diberikan contoh bila memungkinkan), kan," jika anak tak mau mengganti bajunya.

Dalam melatih kemandirian anak, konsistensi juga tak kalah penting. Tujuannya supaya anak juga tidak bingung akan apa yang diajarkan. Pasalnya konsistensi pola latihan akan memengaruhi keberhasilan anak untuk mencapai tujuannya.

Latih Sesuai Usia

Yuk, latih anak agar mandiri sesuai usia 0 - 5 tahun secara bertahap seperti yang disampaikan Reynitta.

- Penuhi kebutuhan anak untuk mendapatkan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman.

- Ajarkan anak yang mulai bisa merangkak agar berusaha menjangkau mainan. Kalau terlihat belum mampu, jangan terlalu lama membiarkannya supaya anak tak tertekan.

- Ajak anak mengamati benda dan keadaan di sekitarnya supaya tumbuh rasa familiar, rasa aman, rasa memiliki.

- Ketika anak sudah bisa duduk, ajarkan ia makan dengan anggota keluarga di kursi makan bayi (tentu dengan makanan bayi), sehingga anak bisa melihat dan diharapkan meniru cara orangtua makan sendiri.

- Latih anak yang lebih besar untuk memakai, melipat, melepaskan pakaian/celana sendiri dengan mencontohkannya terlebih dulu, lalu minta ia melakukannya sendiri.

- Kenalkan anak pada kerapihan dan kebersihan serta rutinitas yang diterapkan di dalam rumah supaya ia disiplin.

- Libatkan anak pada tugas-tugas sederhana agar ia merasa dipercaya dan memiliki perasaan mampu dalam mengerjakan tugas-tugas "orang dewasa".

- Latih anak bertanggung jawab terhadap barang yang dimiliki, misalnya dengan membereskan mainan-mainannya usai bermain.

- Berikan pilihan kepada anak agar anak agar ia bisa mengenali keinginannya dan belajar memutuskan sesuatu.

 Hasto Prianggoro