Bagaimana Anda bisa terjun berbisnis batik?
Sejak umur 8 tahun, saya terbiasa membantu orangtua saya, Priyono Atmo Priyanto dan Sri Kusrini, yang jadi pengusaha batik di Solo. Tiap pulang sekolah, saya membantu mengemplong (memukul tumpukan kain batik dengan palu kayu, Red.) biar rapi sebelum dijual. Setelah itu, saya dan kakak-kakak saya menjualnya di Pasar Klewer.
Jadi, bakat marketing tanpa saya sadari sudah terpupuk sejak kecil. Waktu itu, saya juga terbiasa mengamati ayah saya menimbang obat batik dan para pekerja memproses kain batik. Saat kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Solo tahun 1987, teman-teman kuliah yang dari Jakarta sering minta dicarikan batik untuk oleh-oleh buat orangtua mereka. Dari situlah saya tersadar, sebetulnya saya punya kesempatan besar. Sebab, permintaan ada, penyuplai juga ada. Keluarga besar saya bahkan nenek saya kan, pedagang batik. Berbekal batik pinjaman dari Kakak, Om, dan Tante, saya berjualan. Sejak itulah saya tidak pernah berhenti berjualan batik, sampai sekarang.