Sri 'Jackie' Rezeki, Wujudkan Mimpi Setelah 10 Tahun "Cuti"

By nova.id, Kamis, 24 September 2009 | 08:26 WIB
Sri Jackie Rezeki Wujudkan Mimpi Setelah 10 Tahun Cuti (nova.id)

Sri Jackie Rezeki Wujudkan Mimpi Setelah 10 Tahun Cuti (nova.id)

"Sri 'Jackie' Rezeki (Foto: Dok. NOVA) "

Bagaimana Anda memulai usaha pakaian ini?

Sebelum ini saya hanya seorang ibu rumah tangga yang mengisi waktu senggang dengan menjadi supplier kue untuk toko-toko kue dekat rumah, di Bintaro. Setelah anak-anak saya sudah bisa mandiri, di awal tahun 2008 saya beranikan membuka usaha pakaian ini dengan modal sekitar Rp 300 ribu. Waktu itu saya memulainya dengan menjual celana panjang yang saya pasarkan dengan nama The Pants. Celana panjang ini saya konsep sedemikian rupa sehingga bisa dipakai diberbagai acara, seperti acara resmi, santai, ataupun olahraga. Eh, enggak tahunya sekarang celana itu laris manis.

Lalu Anda memperluas usaha?

Melihat hasil penjualan The Pants yang bagus, di bulan April saya kemudian menciptakan CIKE (singkatan dari Cuci-Pake') dulu, yaitu tas dari kain blacu yang diberi motif print. Salah satu produk Cike adalah tas yang saya konsep seperti kantung plastik/kresek. Hanya saja pada tas ini saya tidak menggunakan kain blacu, melainkan seprei. Bahan seprei itu, kan, sangat kuat meski kita pakai berapa lamapun. CIKE banyak dipesan untuk acara seminar, kantor, pelatihan, atau yang lainnya.

Anda juga menciptakan brand TUNIC yang banyak digemari kaum perempuan. Bagaimana mulanya?

Setelah link saya sudah semakin meluas, saya mulai menciptakan TUNIC, yaitu blus panjang -melebihi panggul- yang konsepnya menyerupai pakaian pada jaman kekaisaran romawi. Saya memang senang dengan pakaian yang seperti ini karena tidak terlalu terbuka, lebih nyaman dan sopan. Saya juga berusaha mengonsepnya agar tidak terlihat seperti busana muslim/gamis kebanyakan, sehingga wanita yang tidak berkerudung juga cantik saat mengenakannya. Target market saya adalah wanita yang berusia sekitar 25-40 tahun.

Apa ciri khas desain Anda?

Goresan tangan saya cenderung simpel, cosmopolitan, ribet di cutting, dan tetap mengikuti perkembangan jaman. Meski ribet, saya juga mengusahakan agar tetap nyaman saat dikenakan. Tukang pola dan tukang jahit sayalah yang biasanya yang paling sakit kepala kalau sudah berurusan dengan hal ini. Saat ini total pegawai saya ada 16 orang (penjahit tas, penjahit baju, tukang pola, dan SPG galeri), tapi itu belum termasuk SPG panggilan untuk di pameran, ya.

Bisa gambarkan seperti apa proses kreatif Anda?

Saya biasanya mengawalinya dengan sebuah sketsa. Dari situ saya bisa bikin storyboard-nya. Lalu masuk ke gambar tekniknya. Gambar teknik ini yang saya berikan ke tukang pola saya. Pada saat gambar teknik jadi, saya sudah tidak boleh lagi mengubah sketsanya supaya tukang polanya enggak bingung.

Wah, apa harus sedetail itu?

Saya memang selalu berusaha tertib admisnistrasi. Untuk setiap pakaian yang sudah jadi, saya juga melengkapinya dengan miniboardnya. Ini dimaksudkan, jika usaha ini maju, saya tidak kesulitan me-maintain dan me-record koleksi apa saja yang sudah saya buat. Semuanya saya kerjakan sendiri, lo.

Berapa koleksi baru tercipta tiap bulannya?

Tak pernah menargetkan. Saya selalu berusaha mengerjakan setiap bagiannya dengan perasaan senang supaya hasilnya bagus. Kalau memang bulan ini hanya ada 7 koleksi baru, ya enggak apa-apa dan kalau bisa sampai 10, ya lebih bagus, kan. Tapi setiap bulannya diusahakan selalu ada koleksi baru, ini juga untuk menjaga pelanggan.

Untuk satu desain, jumlahnya tidak banyak, ya. Terakhir saja, repeat yang paling heboh hanya sekitar 3 lusin, itu pun mau langsung saya cut. Memang, sih, penduduk Indonesia ada ratusan juta dan bisa jadi 36 orang yang pakai baju itu enggak akan ketemu satu sama lain, tapi saya mau pakaian yang mereka beli dari saya itu tetap terjaga keorisinilannya. Kalau secara keseluruhan, di bulan lalu saya sudah menjual lebih dari 450 pieces.

Berapa harga produk pakaian Anda?

Price list-nya dari Rp 250 ribu hingga Rp 400 ribu. Selalu ada konsep brand di setiap desainnya, belum lagi kualitas pakaian dan jahitannya yang tidak main-main, jadi saya pikir harga itu masih masuk akal bagi konsumen.

Selain ikut bazar, Anda memiliki toko?

Saya punya galeri TUNIC yang ada di rumah saya. Nah, kalau pelanggan yang di luar Jakarta biasanya mereka lihat produk baru di facebook saya. Saya juga punya costumer retention, yaitu penyimpanan data konsumen yang sudah berbelanja kepada saya. Ini dimaksudkan agar kami dapat menginformasikan mereka mengenai event yang kami ikuti dan produk terbaru. Dari segi bisnis efeknya sangat bagus karena ini bisa menarik pelanggan untuk tetap loyal. Kalaupun mereka enggak datang dan beli, minimal mereka tetap ingat TUNIC, lah. Ha ha ha.

Pernah punya pengalaman buruk dengan konsumen?

Enggak, sih. Tapi pernah, lo, ada konsumen yang cek kualitas barang langsung di tempat. Enggak tanggung-tanggung dia ceknya sampai ke jahitan dalam. Tapi saya justru senang karena dengan begitu dia bisa langsung tahu seperti apa kualitas pakaian saya.

Kabarnya Anda bekerja kantoran sebelum membuka usaha ini?

Tahun 1993, setelah saya lulus Diploma 3 dari ASRIDE ISWI Jurusan Fashion Desain, saya ditawari kerja di Matahari, retailer terbesar di Indonesia saat itu. Kurang lebih 5 tahun saya bekerja di sana (1993-1995) dan selama itu pula saya bertanggung jawab memegang beberapa brand besar seperti, Bronx, Looney Toons, dan Color Box, dll.

Sebelumnya, karya saya juga pernah terpilih untuk mewakili Indonesia dalam lomba desainer muda tingkat internasional, Concours International Des Jeunes Createurs, yang diadakan di Paris, 19 Desember 1992. Pengalaman-pengalaman inilah yang kemudian membentuk saya menjadi sekarang.

Lalu apa yang membuat Anda berhenti bekerja?

Saat hamil puteri pertama, Umarra Khalsa (11), hasil pernikahan saya dengan Yoseph Aries Johan (38), saya mengalami mual yang gila-gilaan. Gara-gara itu, saya jadi tidak bisa berkonsentrasi bekerja dan akhirnya memutuskan berhenti. Hingga dua tahun kemudian Umarri Lailsa (9) pun lahir. Saat itulah saya berkomitmen akan bekerja lagi setelah anak-anak saya sudah bisa mandiri. Dan itu baru terwujud 10 tahun kemudian.

Ketika memutuskan kembali berkarier, anak dan suami sempat protes?

Saya berpacaran dengan suami sejak saya lulus SMP. Setelah berpacaran 10 tahun, pada 19 Juli 1997, kami memutuskan menikah. Ya, mungkin lamanya perkenalan kami inilah yang membuat dia sangat mengerti mimpi saya ini.

Sedangkan anak-anak, saya sangat beruntung karena mereka sangat pengertian. Contohnya liburan kemarin, saya tidak mengajak mereka jalan-jalan ke manapun karena TUNIC ikut pameran panjang di Bekasi. Tapi mereka tidak protes, malah ikut membantu saya dengan memasang harga, menomori artikel, menempelkan kode barang. Mudah-mudahan dengan dilibatkan begini mereka jadi cinta terhadap usaha ini.

Produk apa lagi yang akan Anda keluarkan ?

Target ke depan, saya akan masuk ke pakaian anak dan pria, tapi untuk pakaian pria saya hanya concern di celana panjangnya saja. Konsepnya sudah saya persiapkan, tinggal tunggu tanggal mainnya saja.

ESTER SONDANG