Hamil Tenang di Usia Matang

By nova.id, Rabu, 25 Maret 2009 | 07:30 WIB
Hamil Tenang di Usia Matang (nova.id)

Sekarang bukan hal aneh bagi perempuan untuk mulai hamil di atas usia 35 tahun. Tapi ada hal-hal yang perlu diperhatikan, agar kehamilan di usia matang berjalan lancar dan selamat.

Memang idealnya seorang perempuan mulai memiliki keturunan adalah pada umur 20 tahunan, dan berhenti pada usia 35. Itu sebabnya tak heran jika selama 20 tahun ini di Indonesia dikenal sebuah "rumus" kependudukan 2:5:35. "Artinya, setiap pasangan diharapkan untuk memiliki 2 anak saja, dengan jarak 5 tahun, dan stop melahirkan setelah mencapai usia 35 tahun," papar dr. Hasnah Siregar, Sp.OG.

Namun, sekarang ini agak sulit untuk "mematuhi" rumus 2:5:35 tersebut. Banyak hal yang membuat perempuan belum melahirkan sampai usia 35 tahun. Bisa saja seorang perempuan menikah di usia 25 namun baru hamil setelah 10 tahun menikah. Selain itu, banyak juga perempuan yang baru menikah di atas usia 35 tahun.

Melahirkan anak pertama di usia 35 tahun mengandung risiko yang tak sedikit. Menurut Dokter Arju Anita, Sp.OG, pada usia tersebut hormon perempuan mengalami penurunan fungsional karena sudah melewati masa puncaknya, yaitu usia 20-30 tahun.

Penurunan fungsional hormon ini berakibat menurunnya fungsi-fungsi tubuh, termasuk sel telur. "Biasanya, gangguannya bersifat hormonal, jadi lebih ke si ibu ketimbang ke janin," sambung Anita, yang tak memungkiri, kondisi seperti ini sangat mungkin mengganggu janin juga. "Terlebih jika si ibu tak bisa me-maintain kondisi kehamilan dan tubuhnya."

Awal Kehamilan Secara keseluruhan, setelah melewati masa subur, kondisi fisiologis seorang perempuan akan menurun. Ini bisa berdampak pada menurunnya fungsi-fungsi organ tubuh, seperti jantung, ginjal, dan sebagainya.

Antisipasinya, kata Anita, rencanakan kehamilan sejak kehamilan pertama, kalau bisa hamil pertama sebelum berusia 35. "Yang kedua, rajin kontrol ke dokter, sehingga jika terjadi gangguan, bisa terdeteksi lebih awal," kata Anita menyarankan.

Sebelum hamil, sebaiknya periksakan dulu kondisi kesehatan ke dokter, karena bisa saja si calon ibu sudah mengidap penyakit seperti diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi, ginjal, atau kelainan darah. Kalau semua penyakit di atas sudah bersarang di tubuh ibu, konsultasikan penyakit itu ke dokter penyakit dalam. Jika semua kondisi tubuh sudah baik, ibu pun lebih siap menghadapi kehamilannya.

Jika kehamilan sudah terjadi, setiap calon ibu dianjurkan untuk melakukan tes pada awal kehamilannya. Misalnya tes amniocentesis untuk mendiagnosis kromosom yang abnormal. Calon ibu pun harus ekstra ketat memelihara kehamilannya. Sejak dinyatakan hamil harus rajin kontrol hingga 32 minggu. Setelah itu dimonitor terus satu kali dalam dua minggu.

Hal yang kerap dialami ibu hamil di atas usia 35 tahun adalah pre eklamsia, atau naiknya tekanan darah. "Sering terjadi keracunan kehamilan hingga ibu harus lebih berhati-hati. Apalagi jika bayi yang dikandung ikut terkena, bisa fatal bagi keduanya," sambung Hasnah Siregar.

Kemungkinan keguguran pada perempuan yang mengandung anak pertama di usia 35 tahun ke atas, yaitu sekitar 20 persen. Keguguran terjadi di bawah usia 16 - 20 minggu. Kalaupun lahir pada usia 20, 36 atau 40 minggu, bayi lahir prematur dan memiliki berat badan sekitar 2,5 kg. "Kalau bayi telah melewati usia tersebut, bayi akan lahir matang karena telah cukup umur."

Siap Mental Yang jelas-jelas berisiko terhadap janin adalah kehamilan yang terjadi di atas usia 40 tahun. "Ini berisiko terjadinya kelainan kongenital pada janin. Jadi, harus benar-benar diwaspadai," imbuh Arju Anita. Hasil penelitian menunjukkan, kebanyakan anak yang lahir dari ibu yang hamil di atas 40 tahun, persentase untuk menderita kelainan kongenital makin besar.

Kelainan kongenital yang paling sering adalah Sindroma Down yang mengarah ke retarded mental. Anita menjelaskan, sejak berada dalam rahim, seorang perempuan sudah membawa sel telur. "Nah, seiring berjalannya waktu, kualitas sel telur pun akan makin menurun. Belum lagi pengaruh lingkungan, seperti radiasi, yang akan makin membuat sel telur tidak sempurna. Akibatnya tidak mencapai batas minimal yang dibutuhkan untuk kehamilan."

Kelainan-kelainan yang terjadi pada kehamilan di atas 40 tahun memang bisa dideteksi dengan beberapa pemeriksaan, antara lain pemeriksaan USG, pemeriksaan air ketuban, dan pemeriksaan laboratorium lainnya. "Pemeriksaan sudah bisa dilakukan sejak usia kehamilan 10 minggu, biasanya pemeriksaannya serial."

Sayangnya, meski bisa dideteksi sejak awal, penanganan untuk kelainan yang dialami janin biasanya baru bisa dilakukan setelah lahir. Misalnya saja untuk kelainan hidrosefalus. "Itu pun hasilnya tergantung seberapa besar kelainannya."

Meskipun banyak hal yang perlu diwaspadai, namun Hasnah Siregar yang banyak menangani kehamilan pada perempuan di atas 35 tahun ini menekankan agar calon ibu tak perlu khawatir. Bahkan, dokter yang sehari-hari selalu terlihat chic ini melihat sisi positif yang biasanya terjadi pada perempuan usia matang. "Mereka biasanya lebih siap menghadapi kehamilan. Baik kesiapan mental maupun fisik. Ini bekal yang bagus sekali untuk menjadi ibu yang baik kelak," tandasnya.

Debbi Safinaz, Hasto Prianggoro

Foto: Dok. NOVA