Bagaimana tanggapan pembaca?
Rata-rata bagus dan banyak cerita seru. Novel saya, kan, ada beberapa kategori. Ada drama romantis dan chicklit. Untuk novel drama, saya mendapat banyak pembaca yang aneh-aneh, semuanya pembaca wanita. Ada yang ingin ketemu saya, kalau enggak bisa mau bunuh diri. Ada juga pembaca yang ingin saya yang pertama kali mengucapkan selamat ulang tahun.
Wah, seru sekali.
Lebih gawat lagi saat jumpa pembaca. Usai acara, ada pembaca yang memeluk saya sambil menangis. Pokoknya saya enggak boleh pulang. Sampai-sampai ia nekat masuk ke mobil saya. Terpaksa diamankan satpam. Saat di Makassar, kamar saya sampai diketok-ketok. Ada beberapa gadis yang nungguin di lobi sampai larut malam.
Ada lagi mahasiswi yang sampai menyebarkan cerita di kampusnya, dia dan saya pacaran. Padahal, saya baru saja kenal dengannya saat jumpa pembaca di sebuah universitas swasta di Yogyakarta. Keluarganya sampai ikut "meneror" saya. Pernah keluarganya telepon, saya harus bertanggung jawab karena gadis itu sakit gara-gara saya. Terpaksa pihak penerbit menjelaskan, semua itu tidak benar. Menurut editor saya, Mbak Hetih, hanya saya yang menjumpai pengalaman seru dengan pembaca.
Kenapa, sih, bisa seperti itu?
Saya enggak tahu, mungkin mereka terbawa dengan cerita dalam novel saya. Mereka tidak bisa membedakan antara fiksi dan fakta. Saya bilang pada editor, repot juga kalau pembaca saya seperti itu. Saya pun mencoba membuat novel jenis metro pop. Pembacanya kebanyakan wanita karier dan cewek yang suka hang out.
Omong-omong, Anda menyesal enggak, sih, dengan larangan Mama dulu?
Oh tidak. Saya malah beruntung. Dengan kerja kantoran, saya menjadi seniman yang disiplin, dalam arti hidup saya teratur. Di kantor, sekarang saya memegang PR dan marketing, membawahi beberapa brand. Saya bisa membagi waktu untuk urusan kantor dan menulis. Kebetulan saya enggak suka dugem. Pulang kantor, saya masih sempat fitness. Selain itu, saya suka tenis dan lari. Malamnya, mulai pukul 21.00 saya menulis.
Anda, kok, masih betah melajang?
Namanya pasangan suami-istri, kan, mesti mengalah. Nah, saya masih menunggu kesadaran diri saya untuk mengalah pada pasangan. Saat ini saya belum bisa. Saya masih menikmati dunia menulis. Sekarang pacar saya laptop, ke mana-mana selalu saya bawa. Ha ha.
Di sela kesibukan, saya suka travelling. Hasil royalti selain ditabung saya gunakan untuk jalan-jalan. Belum lama ini saya cuti ke Vietnam. Dengan jalan-jalan, sekaligus saya mencari inspirasi.
Henry Ismono