Menghitung Perkiraan Lahir

By nova.id, Rabu, 25 Maret 2009 | 07:22 WIB
Menghitung Perkiraan Lahir (nova.id)

Manfaat mengetahui perkiraan lahir tak hanya untuk mempersiapkan materi maupun psikis orangtua. Ada yang lebih penting dari itu. Apa itu?

Orangtua mana sih, yang tak mau anaknya lahir sehat dan sempurna? Untuk itu, mempersiapkan segalanya sejak awal dengan memenuhi kebutuhan gizi sang ibu selama hamil, pastilah menjadi prioritas utama untuk dilakukan.

Dan hal penting lainnya yang juga perlu diperhatikan para calon orang tua dalam mempersiapkan sebuah kelahiran adalah mengetahui perkiraan waktu lahir sang buah hati. Dengan mengetahui perkiraan lahir ini, calon orang tua bisa meminimalisasi risiko terjadinya gawat janin akibat keracunan ketuban, yang biasa terjadi pada kelahiran lewat bulan. "Normalnya, kehamilan itu berlangsung antara 37 sampai 42 minggu. Ini adalah angka ideal untuk memperkirakan kesejahteraan janin di dalam kandungan sang ibu," ungkap dr.Budi Wiweko SpOG, spesialis kebidanan dan kandungan dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Pada masa kehamilan ideal tadi, diperkirakan suplai darah dari ibu ke janin relatif masih cukup baik, untuk menjamin keberlangsungan hidup janin dalam kandungan. Dan jika telah lewat dari 40 minggu, risiko terjadinya penyempitan pembuluh darah ke janin, air ketuban kurang, serta suplai makanan dan oksigen ke janin berkurang, juga semakin besar.

Hal ini akan membuat janin berisiko mengalami stres, BAB sebelum waktunya, air ketuban menjadi keruh, dan risiko janin menghirup air ketuban keruh yang bisa menyumbat paru-parunya. Selain itu, aliran darah juga bisa menjadi tidak lancar karena fungsi plasenta yang semakin menurun sehingga janin berisiko mengalami hipoksia (kekurangan oksigen), sampai terjadi gawat janin.

Oleh karena berkaitan langsung dengan risiko kesehatan yang bisa menimpa janin, sebaiknya para calon orangtua, khususnya ibu, perlu mengetahui perkiraan lahir sang buah hatinya. Dan untuk memperkirakan waktu kelahiran bayi ini bisa dilakukan dengan beberapa cara berikut.

Menghitung Haid Terakhir Cara paling sederhana yang bisa dilakukan untuk menghitung perkiraan lahir sang buah hati adalah dengan menghitung dari hari haid terakhir. Cara ini dikenal juga dengan istilah penghitungan Naegel.

Caranya, pertama-tama yaitu dengan menambahkan 7 angka dari tanggal hari pertama haid terakhir. "Jika misalnya sang ibu mengalami haid terakhir bulan Juni tanggal 1 sampai tanggal 5. Artinya, tanggal 1 ditambah angka 7, menjadi tanggal 8," ungkap Budi menjelaskan.

Lalu, dari bulan haid terakhir dikurangi 3 bulan. Jadi, jika haid terakhirnya jatuh di bulan Juni, perkiraan bulan kelahiran adalah bulan Maret. Dan langkah terakhir, dari tahun terlambat haid, ditambah angka 1. Jadi, bila haid terakhir terjadi di bulan Juni tahun 2008. Perkiraan lahir adalah bulan Maret 2009. Namun, Budi mengatakan, penghitungan secara matematis ini hanya bisa dilakukan pada para perempuan dengan siklus haid yang teratur, yaitu sekitar 28 sampai 30 hari. Hal ini mengingat, pembuahan hanya terjadi pada masa subur, yang diperkirakan 14 hari sebelum menstruasi datang.

Dengan siklus haid 28 hari, tentunya bisa diketahui, ketika terlambat datang bulan, artinya sang ibu sudah mengalami pembuahan selama 2 minggu. Sebaliknya, pada perempuan yang memiliki siklus haid tidak teratur, lanjut Budi, tentu saja tak bisa diprediksi dengan cara yang sama seperti ini.

Ultra Sonografi Melakukan USG (ultra sonografi) pada trimester pertama kehamilan, memiliki tingkat akurasi ketepatan perkiraan lahir yang tinggi. "Tingkat kesalahan USG yang dilakukan sejak dini bisa sangat kecil, sampai dibawah 10 persen. Jadi, begitu tahu sang ibu positif hamil, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter kandungan atau bidan, dan lakukan pemeriksaan dengan USG," ujar Budi mengingatkan.

Dengan USG, dokter akan mengukur CRL (crown rump length) atau ukuran panjang dari kepala hingga pantat janin, panjang tulang paha, juga diameter kepala janin, untuk menentukan usia kehamilan.

Dari hasil penghitungan usia kehamilan yang didapat, baru kemudian dibulatkan menjadi 37 minggu, atau perkiraan masa kehamilan ideal. Sehingga, didapat perkiraan kelahiran secara presisi.

"Tak perlu khawatir jika terlambat melakukan USG. Walaupun usia kehamilan sudah masuk trimester kedua, USG tetap akurat melakukan penghitungan perkiraan kelahiran. Jika melesat, ya sekitar 20 persen saja," papar Budi.

Awal Pergerakan Janin Sebagai calon ibu, pasti akan sangat memerhatikan perkembangan janin di dalam kandungan sejak awal. Walaupun tak bisa melihat secara langsung, setiap orang tua pasti ingin selalu memperhatikan tahap demi tahap perkembangan calon buah hatinya.

Hal inilah yang membuat calon orang tua begitu waspada pada setiap tanda-tanda yang ditunjukkan sang janin dari dalam kandungan.

Tanda-tanda dari dalam kandungan ini, menurut Budi, juga bisa dijadikan patokan usia kehamilan, sebagai tambahan penghitungan perkiraan kelahiran. "Saat kehamilan berusia sekitar 16 minggu, disinilah biasanya pertama kali seorang ibu merasakan gerakan janin untuk yang pertama kalinya," ungkapnya.

Posisi Puncak Rahim Pemeriksaan klinis yang dilakukan oleh bidan atau dokter kandungan dengan menghitung puncak rahim juga bisa dijadikan tambahan referensi penghitungan perkiraan lahir. Caranya, dengan melakukan pengamatan dan perabaan, untuk memperkirakan tinggi puncak rahim.

Ketika rahimnya sebesar telor bebek, diperkirakan kehamilannya berusia 8 minggu. Ketika tinggi rahim berada di tengah-tengah, antara pusat dan tulang kemaluan, artinya kehamilan sudah mencapai 16 minggu.

Jika puncak rahim sudah setinggi pusar, maka diperkirakan kehamilan sudah mencapai usia 24 bulan. Jika puncak rahim sudah mencapai posisi di tengah-tengah antara pusat dan tulang dada paling bawah, maka diperkirakan usia kehamilan sudah mencapai 28 minggu. Dan jika puncak rahim sudah mencapai tulang dada terakhir, artinya kehamilan sudah mencapai usia 36 minggu.

Namun, perkiraan dengan melihat puncak rahim ini sifatnya sangat teknis dan subyektif. Dan tidak bisa diberlakukan untuk menghitung waktu lahir pada kehamilan kembar, atau janin yang terlalu besar. Sehingga, sifatnya hanya sebagai konfirmasi saja. Tips Meminimalisasi Telat Lahir Agar masa kehamilan tidak terlampau jauh melewati tanggal perkiraan kelahiran sang buah hati, beberapa hal bisa saja diupayakan oleh calon ibu, antara lain:

1. SIKLUS HAID Catat tanggal menstruasi setiap bulannya, untuk meningkatkan akurasi penghitungan perkiraan kelahiran. Atau, untuk meminimalisasi keterlambatan perkiraan waktu lahir, berkonsultasila pada dokter kandungan atau bidan.

2. USG Segeralah berkunjung ke dokter kandungan, dan lakukan USG begitu sang ibu merasa sudah terlambat haid,. Hal ini juga berguna untuk meningkatkan akurasi penghitungan perkiraan kelahiran.

3. HUBUNGAN INTIM Berhubungan intim dengan pasangan di saat usia kehamilan sudah lewat trimester ketiga, bisa memancing timbulnya proses persalinan.

4. LAMAZE Senam hamil (lamaze) setelah usia kehamilan di atas 28 minggu juga disarankan untuk dilakukan. Selain bisa memberi manfaat untuk mempersiapkan persalinan, juga bisa membantu memperbaiki posisi bayi yang sungsang.

Jika Kelahiran Lewat Bulan Jika usia kehamilan sudah melewati 37 minggu tapi belum ada tanda-tanda persalinan, sebaiknya sang ibu perlu waspada. Sebab, jika kehamilan sudah lewat perkiraan, bisa menyebabkan timbulnya efek samping bagi janin yang dikandung. Biasanya, perkiraan kelahiran masih bisa ditoleransi hingga usia kehamilan 41 minggu.

"Dokter biasanya akan melakukan terminasi kehamilan ketika usianya sudah di atas 37 minggu. Karena, jika lewat dari 41 minggu, risiko kematiannya bisa lebih tinggi," ungkap Budi. Maka, jika usia kehamilan sudah lewat 37 minggu, ada beberapa hal bisa dilakukan oleh sang ibu.

1. Melakukan USG lebih intensif. Biasanya, jika sudah lewat 40 minggu masa kehamilan, dokter akan menyarankan melakukan USG lebih sering, sekitar 3 hari sekali. 2. Jika memungkinkan, lakukan USG dengan teknik doppler, yang dapat menghitung pula arus darah dari plasenta ke janin. Sehingga, dapat mendeteksi gawat janin sejak dini. 3. Perhatikan pula gerakan janin, apakah semakin melemah atau tetap aktif seperti biasa. 4. Menghitung cairan ketuban, serta merekam nafas dan aktivitas detak jantung janin (kardiotopografi), melalui cara ultrasonografi. 5. Berkonsultasi dengan dokter untuk kemungkinan dilakukannya induksi ataupun operasi caesar, sebagai alternatif untuk menyelamatkan buah hati dari risiko lewat bulan. Laili Damayanti

Foto: Fadoli Barbhatully/Nova