- Pada 17 persen pasangan tidur dari pasien sleepwalking mendapatkan kekerasan saat tidur dimana enam dari mereka sampai membutuhkan perawatan medis.
Para peneliti mendefinisikan perilaku kekerasan sebagai perilaku agresif secara fisik atau berpotensi berbahaya bagi pasien dan pasangan tidur.
Temuan ini tidak mengejutkan Dr Maurice Ohayon, seorang profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Stanford University, yang telah menerbitkan penelitian sendiri pada sleepwalking. Dalam penelitiannya, ia telah menemukan bahwa sekitar 4 persen dari populasi orang dewasa mengalami gangguan sleepwalking.
Hasil penelitian Ohayon memang tidak seekstrim Dauvilliers. Namun ia menemukan masalah ketergantungan obat tidur pada pasiennya yang disebabkan insomnia.
Mengatasi Sleepwalking
Menurut Dauvillier, orang harus menghindari pemicunya. Kasus yang parah mungkin bisa diatasi dengan mengkonsumi benzodiazepin, sejenis yang obat penenang.
Selain mengkonsumsi obat, Ohayon juga menyarankan pasien untuk memperhatikan kebiasaannya. Misalnya, mengurangi stres, menjaga jadwal tidur-bangun yang teratur, dan cukup tidur.
Untuk mengurangi cedera, pasien juga dapat meningkatkan keamanan lingkungannya. "Sebuah bel di pintu adalah ide yang baik, tetapi harus cukup keras untuk membangunkannya ketika pasien melewatinya," ujar Ohayon. Selain itu, pasien tidak dianjurkan tidur di lantai atas, membuat kunci ekstra pada pintu dan jendela, serta membuat alarm detektor gerakan.
Ester Sondang