Penghasilan Agung sebagai karyawan swasta memang tak besar. Tapi, Dinda yakin karier suaminya akan berkembang. Sayangnya, orangtua Dinda justru khawatir Dinda tak bahagia dengan keadaan yang terbatas. Perlahan orangtua Dinda menghadiahi pasangan baru ini dengan beragam fasilitas, mulai dari alat dapur hingga mobil. Di luar dugaan, Agung malah merasa mertuanya terlalu mengontrol.
Intervensi mertua yang dialami Dinda dan Agung, menurut psikolog dan konsultan dari FAME, Erin Mutiara, M.Psi., adalah masalah klasik di negara yang memiliki hubungan kekerabatan yang erat. "Ikatan antara anak dan orangtua tidak begitu saja tergantikan dengan ikatan suami-istri," ujar Erin.
Ikatan ini membuat orangtua merasa berhak dan bertanggung jawab terhadap hidup anaknya. Hal ini juga bisa saja membuat orangtua merasa berhak mengatur hidup anak dan menantunya. Alhasil kebiasaan ikut campur ini menjadikan hubungan antara anak dan orangtua menjadi kompleks. Sebut saja dilema kesetiaan. Di mana suami atau istri bingung harus berpihak pada siapa kala kedua belah pihak tersinggung.
Konflik ini juga bisa terjadi meski mertua atau orangtua murni berniat baik. Oleh karena itu, pasangan sebaiknya membuat kesepakatan ketika menerima sesuatu dari orangtua atau sebaliknya. Malah, kata Erin, kesepakatan seharusnya dibuat sebelum menikah.
Saat Menerima
Tak semua pemberian orangtua harus Anda berdua tolak, lho. Syaratnya, selama pemberian tidak menyinggung harga diri pasangan. Namun hal ini tidak bisa diukur dari nilai pemberian. Dampaknya juga dikembalikan lagi kepada pasangan. Ada pasangan yang tidak masalah menerima rumah dari mertua, tapi di sisi lain ada juga pasangan yang tersinggung meski itu hanya pemberian sederhana seperti makanan, misalnya.
Pemberian juga boleh diterima selama tidak mengganggu keseimbangan rumah tangga. Terutama karena Anda berdua adalah pemegang kendali rumah tangga. Urusan rumah, anak, pembantu, atau makanan adalah kewenangan berdua. Ketika mertua sudah mulai mengambil alih atau mencampuri keputusan harian, otomatis posisi suami atau istri mulai tergeser. Jika dibiarkan, pasangan bisa tersinggung.
Bagaimana jika orangtua memaksa? Usahakan Anda berdua ikut andil dalam proses pembelian ataupun pemeliharaan barang yang diberikan. Misalnya, menanggung biaya renovasi atau membayar rumah dengan mencicilnya setiap bulan. Jika Anda masih tinggal di rumah orangtua, Anda berdua bisa patungan menutupi kebutuhan rumah. Cara ini dapat mempertahankan harga diri suami dan Anda.
Ketika Menolak
Saat Anda berdua memutuskan menolak pemberian orangtua, tolaklah dengan halus dan bicarakan baik-baik agar perasaan orangtua tetap terjaga. Tekankan bahwa Anda menghargai maksud baik mereka tetapi harus menolak dengan alasan ingin lebih mandiri. Saat menolak, jangan pakai nama pasangan sebagai tameng karena akan membuat pasangan terlihat buruk.
Setelahnya, tetap jaga hubungan baik karena orangtua adalah sistem pendukung dalam kehidupan sehari-hari. Coba bayangkan bila Anda berdua bekerja dan tidak memiliki pengasuh atau asisten rumah tangga. Repot, kan? Pasti orangtua atau mertua juga yang sering diandalkan menjaga anak.
Cara lainnya, libatkan orangtua di bidang lain yang membuat ia bangga. Bagaimanapun, penting bagi orangtua untuk tetap merasa dibutuhkan meski anaknya sudah berumah tangga. Jika orangtua hobi mengirimi masakan, lakukan hal yang sama. Cara ini sangat berguna agar mereka sadar kalau ada teritori yang tidak bisa dicampuri.
Tetap Netral
Dari sisi pasangan, ketika orangtua atau mertua terlalu ikut campur, berikanlah empati dan pahami perasaan pasangan. Dengarkan juga isi hati dan perasaannya. Usahakan Anda tidak berupaya membela diri atau orangtua di hadapan pasangan. Sebab seringkali yang diperlukan pasangan hanyalah dimengerti.
Kata-kata seperti, "Mama dan Papa memang begitu. Sudahlah tidak usah diambil hati," terkadang membuat pasangan merasa kita tidak membelanya. Sedangkan kalimat, "Ini hanya masalah kecil, tidak perlu dibesar-besarkan!" justru bisa membuat pasangan naik pitam dan merasa disalahkan.
Akan lebih baik jika Anda hanya mendengar dan menghargai perasaannya. Komentar seperti "Saya paham perasaan kamu. Maaf ya, kamu jadi merasa seperti ini," lebih bisa meredakan emosi pasangan tanpa kita perlu membela siapapun. Tindakan ini penting dilakukan sebab pasangan dan orangtua harus tahu kalau Anda mampu bersikap netral dan menyayangi kedua belah pihak.
Ester Sondang