Main, Yuk!

By nova.id, Selasa, 15 Mei 2012 | 06:36 WIB
Main Yuk (nova.id)

Main Yuk (nova.id)

"Foto: Getty Images "

Mainan dan permainan bukan sekadar hiburan bagi balita sebab dua hal ini ternyata dapat merangsang otak dan alat indera. Sementara di masa tumbuh kembang, mainan dan permainan melatih pertumbuhan fisik, kognitif, dan afektif selama masa tumbuh kembang. Indra penglihatan bayi yang biasanya masih buram, misalnya. Mainan berwarna akan membantunya mengenali lingkungan sekitarnya. "Begitu juga dengan suara-suara yang bisa merangsang indra pendengarannya. Oleh karena itu,  sangat baik apabila orangtua bisa mengenalkan mainan/permainan yang memenuhi rangsangan visual serta auditori balita," kata Reynitta Poerwito, Bach. of Psych., M.Psi.

Mengenai pemilihan jenis mainan, balita sebaiknya dibiarkan memilih sendiri. Jika ia merasa nyaman, biarkan ia bereksplorasi. Selain itu, kenalkan juga balita dengan berbagai macam mainan yang bisa merangsang kebutuhan kognitif, fisik, dan afektif. Contohnya musik, olahraga (lempar-tangkap bola, mini golf, berenang) untuk melatih motorik kasar. Atau, bermain clay, menggambar, belajar memegang pensil untuk melatih motorik halus dan puzzle untuk melatih daya imajinasi.

Role-playing games seperti menjadi dokter, guru, ibu atau bapak juga dapat melatih afeksi dan mengenalkan anak pada tanggung jawab, serta melatih sensitivitas anak pada lingkungan. Pengenalan anak pada binatang juga merangsang sisi sensitivitas dan memenuhi rasa ingin tahu anak terhadap lingkungan.

Sesuai Karakter

Bicara mengenai kriteria mainan yang cocok untuk anak, maka ditilik dari aspek psikologis, mainan/permainan harus dapat memenuhi kebutuhan fisik dan mental anak selama masa tumbuh kembangnya. Artinya, mainan/permainan juga harus disesuaikan dengan karakter anak.

"Mainan/jenis permainan untuk anak yang berkarakter aktif jelas berbeda dengan mainan/jenis permainan pada anak yang memiliki karakter pasif," lanjut psikolog klinis dari Eka Hospital, BSD City ini. Contohnya, anak yang aktif lebih dapat berkembang dengan mainan/permainan yang dapat menyalurkan kebutuhan fisik dan mentalnya. Contohnya, permainan yang mengarah ke olahraga atau permainan yang memenuhi kebutuhan rasa ingin tahu yang tinggi seperti puzzle.

Sementara pada anak yang cenderung pasif, pilih mainan/permainan yang tidak terlalu melibatkan interaksi fisik namun merangsang imajinasi, kreativitas, dan konsentrasi. Sebut saja role playing games atau permainan bergiliran seperti congklak, bekel, dan tebak gambar. Lain lagi dengan anak pendiam. Ia akan memerlukan waktu lebih banyak untuk berinteraksi dengan lingkungan. Oleh karena itu, menurut Reynitta, orangtua, pengasuh, dan guru di sekolah sebaiknya memberi anak lebih banyak waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan bermain. Selain itu, orangtua juga harus lebih sensitif dan segera membantu anak jika anak terlilhat tidak nyaman ketika dihadapkan pada sebuah mainan atau permainan.

Atur Tingkat Kesulitan

Dari aspek tingkat kesulitan, sebaiknya anak diperkenalkan dari tingkat yang mudah dulu. Lalu, sesuai dengan sifat dan kebutuhan anak, kesulitan bisa ditambahkan. "Jadi, pada anak yang selalu menantang dirinya sendiri untuk berhasil, pengenalan tingkat kesulitan juga bisa diberikan sesuai kebutuhan," kata Reynitta. Tapi, jangan sampai tingkat kesulitan mainan membuat anak tertekan atau stres.

Di lain sisi, tingkat kesulitan juga berperan penting dalam pengenalan anak terhadap beberapa sifat penting. "Antara lain tanggung jawab, belajar menerima kegagalan, merasakan keberhasilan, melatih kegigihan, melatih kesabaran  dan bagaimana menghadapi tekanan sehingga bisa mencari solusi yang paling tepat," ujar Reynitta.

Permainan Tradisional