Selain resume, hasil tes laboratorium dan rontgen juga bisa menjadi rekam medis yang langsung dimiliki pasien. Kumpulkan saja hasil tes-tes tersebut dalam satu folder. Begitu juga riwayat kehamilan dan kelahiran, riwayat tumbuh kembang anak, termasuk saat ia mulai bersekolah.
Percayalah, kumpulan catatan medis ini pasti berguna di masa depan. Dokter yang akrab dipanggil Asti ini juga menegaskan, "Satu keluarga idealnya mempunyai buku kesehatan ibu, bapak, anak. Hal ini penting diturunkan pada anak agar belajar tidak menggampangkan sakit dan makin membuat kita sadar bahwa kesehatan itu penting untuk dijaga dengan baik."
Rutin Checkup
Selain mencari tahu dan mencatat jenis penyakit yang kita dan anggota keluarga lain alami, obat-obatan yang diminum rutin, catatan berat badan, dan lingkar perut kita juga harus menyimpan hasil medical checkup. "Tiap individu, setahun sekali harus ingat checkup di hari ulang tahunnya. Gunanya penting sekali untuk mengetahui kondisi kesehatan seiring penambahan umur," ujar Asti.
Ia pun menegaskan, "Harus ada kesadaran dan deteksi dini agar tidak menunggu sakit dulu, baru ke dokter. Melainkan rutin checkup memelihara kesehatan." Apalagi, saat checkup berlangsung, ada edukasi dari dokter yang bersifat pencegahan. "Agar pasien tidak menggampangkan sakit dan tergantung obat," tegasnya.
Dokter Keluarga
Ada kalanya Anda sudah percaya dengan dokter tertentu ketika jatuh sakit. Sehingga, apa pun keluhannya, Anda langsung menghubunginya. Inilah yang dinamakan dokter keluarga atau dokter dengan pendekatan kedokteran keluarga yang berpraktik di fasilitas kesehatan primer seperti klinik atau puskesmas.
Saking dekatnya, dokter keluarga juga umumnya memiliki hubungan jangka panjang dengan pasien. Ia bahkan mampu menjadi penyambung lidah antara dokter spesialis atau rumah sakit lain yang menjadi rujukan.
Menurut Asti, dokter umum yang berpraktik di fasilitas layanan primer di Indonesia sebaiknya melakukan pendekatan kedokteran keluarga dengan memandang pasien sebagai bagian dari lingkungan keluarga, rumah, dan pekerjaannya. Sayangnya, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memiliki dokter keluarga.
Alasannya, belum bertemu dokter yang tepat dan dapat dipercaya. Selain itu, sistem kesehatan di Indonesia juga belum mengharuskan masyarakat datang ke fasilitas layanan primer sebelum ke dokter spesialis. Alasan terakhir ini, bisa dilihat ketika, misalnya, seseorang mengeluhkan sakit mata dan langsung menemui dokter mata karena menganggap dokter umum hanya bisa menangani batuk dan pilek. Hal ini tentu keliru sebab ada kompetensi minimal untuk penanganan penyakit akut dan kronis sebelum dirujuk bila diperlukan.
"Melalui dokter umum, kondisi pasien bisa dilihat secara holistik. Mulai dari latar belakang, keluarga, kebiasaan sehari-hari serta lingkungan pekerjaan. Sehingga bisa dianjurkan pencegahan dan nasihat praktis untuk dilakukan pasien," papar Asti. Selain itu, mendatangi fasilitas layanan primer juga akan membuat biaya kesehatan lebih efektif dan efisien.
Pahami Siklus Hidup