Pernahkah masalah tinggi badan menimpa Anda atau anak Anda? Misalnya, si kakak lebih "mungil" dibandingkan adiknya, atau bahkan teman sebayanya? Jika ya, penjelasan dokter spesialis anak berikut ini dapat membantu Anda.
Mela dan Irma adalah kakak beradik yang kompak, namun belakangan keduanya kerap saling menjauh. Permasalahan ini berawal ketika banyak orang bertanya, mana yang kakak, Mela atau Irma? Lalu berlanjut dengan pertanyaan, "Kok, kakaknya lebih kecil dari adiknya, sih?" Ya, Irma memang jauh lebih tinggi daripada kakaknya, meskipun usia mereka terpaut lumayan jauh.
Di sekolah pun Mela mengalami hal serupa. Di antara teman-teman sekelasnya, tubuh Mela paling kecil. Hal inilah yang membuat Mela kesal sekaligus kehilangan kepercayaan diri. Ibunya pun khawatir karena tinggi badan anaknya tak kunjung bertambah. Kalaupun bertambah, prosesnya lebih lambat. Sebenarnya, apa yang terjadi dengan Mela?
Berdasarkan penjelasan dr. Endang Triningsih SpA, spesialis anak dari RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat, hal ini berhubungan erat dengan normal tidaknya pertumbuhan seorang anak. Oleh sebab itu, lebih lanjut Endang menjelaskan pentingnya orangtua mengawasi pertumbuhan anak-anaknya.
"Misalnya melihat dari tinggi badan, berat badan, lingkar lengan, dan lingkar kepalanya," jelasnya. Dari faktor-faktor tadi, lanjutnya, para orangtua dapat mengetahui apakah pertumbuhan anaknya normal, asupan gizinya memadai, ketebalan lemaknya sesuai usia, sampai volume otaknya yang sesuai usia.
Pertumbuhan anak dengan jenis kelamin berbeda, ujar Endang, jelas tak dapat disamaratakan. Biasanya, anak perempuan lebih dulu cepat tumbuh dibandingkan anak laki-laki. "Biasanya, pertumbuhan anak dimulai di usia 9 tahun dan berhenti lebih cepat di usia 14-15 tahun. Sementara, anak lelaki lebih lambat tapi bisa tumbuh terus sampai usia 18-20 tahun," urai ahli kesehatan anak ini. Walaupun perempuan lebih cepat tumbuh, tetapi pada akhirnya tetap badan laki-laki yang akan lebih tinggi.
USIA TULANG Lantas, bagaimana caranya jika orangtua ingin mengetahui apakah anaknya telah tumbuh secara normal atau tidak? Caranya, sebenarnya sederhana saja yaitu dengan menggunakan tabel yang menunjukkan tinggi badan ideal anak sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya, yang biasa terdapat di klinik kesehatan anak. Melalui cara ini, orangtua dapat melihat apakah anaknya memiliki tinggi badan sesuai usianya atau tidak.
Cara lain untuk memperkirakan berapa tinggi badan sang anak adalah dengan menggunakan rumus sederhana bernama Prediction Final Height (PFH), atau prediksi tinggi badan akhir. "Tinggi badan anak bisa diduga dari tinggi badan Ibu dan Ayahnya. Karena kakak dan adik berhubungan secara genetik, sehingga seharusnya potensi tingginya pun sama," papar Endang.
Akan tetapi, jika ternyata hasil yang didapat jauh berbeda dari PFH-nya, maka ada kemungkinan pertumbuhan si anak tidak normal. Ini bisa terlihat jika tubuh sang anak lebih kecil daripada adiknya, atau teman-temannya. "Untuk mengetahuinya secara pasti, ada pemeriksaan awal yaitu dengan bone age," kata Endang.
Melalui bone age atau rontgen tulang tangan kiri, maka orangtua dapat mengetahui normal atau tidaknya pertumbuhan tulang sang anak. "Tulang ini tumbuh semua dan ada atlasnya, jadi tinggal disesuaikan dengan usianya," jelas Endang lagi.
Jika yang terjadi, misalnya, anak berusia 8 tahun tetapi hasil Rontgen tulang tangan kirinya menunjukkan tulangnya berusia 5 tahun, hal ini menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan.
"Jika pertumbuhan tulang tidak sesuai dengan usianya, kita akan tes hormon pertumbuhan (growth hormone), hormon tiroid, dan hormon seks-nya (sex hormone). Karena kedua hormon ini memengaruhi pertumbuhan seseorang. Tentu saja melalui pemeriksaan gizi, dan lainnya," papar Endang.
Seperti yang telah diketahui, hormon merupakan zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin yang mempunyai efek tertentu pada aktivitas organ-organ lain dalam tubuh. Hormon pertumbuhan adalah hormon yang berperan dalam mengendalikan pertumbuhan tulang, otot dan organ, serta memengaruhi kecepatan pertumbuhan tubuh.
DAPAT DIOBATI Hingga saat ini, belum ada penjelasan pasti mengapa seseorang bisa mengalami kekurangan kadar hormon pada tubuhnya, namun menurut Endang, semua ini bisa diakali dengan memberikan asupan gizi yang cukup.
"Makanan yang sehat itu bagus semua untuk pertumbuhan." Namun, jika hasil tes hormon menunjukkan sang anak kekurangan jenis-jenis hormon tadi, jangan dulu berkecil hati. Pasalnya kekurangan hormon ini bisa diobati, kok. Nantinya, menurut Endang, hormon yang kurang tadi dapat diobati dengan menyuntikkan hormon yang sesuai dengan kekurangannya.
Lalu, kapan waktu yang tepat untuk memeriksakan sang anak yang pertumbuhannya diduga tak normal? "Secepatnya. Sebenarnya paling bagus adalah sebelum anak mengalami pubertas," tegas Endang. Hal ini dikarenakan hormon seks yang mengatur pubertas dapat menghambat hormon pertumbuhan. "Pokoknya, jangan sampai terlambat. Karena, nanti sayang jika diobati tapi terhambat oleh hormon seks tadi."
Jangka waktu pengobatan pun sangat bervariasi, tergantung pada hasil tes bone age hasil pemeriksaan hormon. Misalnya jika anak berusia 8 tahun, tapi tulangnya baru berusia 5 tahun, itu artinya pengobatan harus dilakukan. "Dosis suntik hormonnya ditentukan lewat tinggi, berat badan, dan luas permukaan tubuhnya," jelas Endang. Selanjutnya, orangtua dan dokter tinggal menentukan berapa kali penyuntikan hormon dilakukan. "Idealnya disuntikan setiap hari."
Mengenai biaya, tes bone age ini memang tidak main-main. Sebagai perkiraan, biaya untuk sekali suntik hormon bisa mencapai 500 ribu rupiah. Namun, Endang mengingatkan, jangan sampai orangtua terpaku dengan masalah hormon ini jika pertumbuhan anak terhambat.
"Jangan lupa, anak yang tinggi badan dan berat badannya kurang, jangan langsung berpikir itu karena hormon. Bisa saja karena asupan gizi yang kurang, atau anak yang akit juga bisa menghambat pertumbuhan, " paparnya panjang lebar.
Bone Age, Apakah Itu? Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bone age bisa menjadi salah satu cara untuk mengetahui apakah seorang anak tumbuh normal atau tidak. Lantas, apa sebenarnya bone age? "Bone age adalah biological age, usia tulang," jelas Endang.
Selain itu, bone age juga dapat didefinisikan sebagai sebuah metode untuk menentukan tingkat pertumbuhan tulang yang mengalami perubahan ukuran dan bentuk, sejak seseorang masih dalam masa kanak-kanak, puber, hingga pertumbuhannya terhenti, yaitu saat ia dewasa.
Melalui tes bone age, dapat diketahui sejauh mana pertumbuhan sistem kerangka seorang anak dibanding anak lainnya, pada umur yang sama. Tes yang dilakukan pada tulang tangan kiri dengan menggunakan rontgen X-Ray ini bisa memberitahu apakah pertumbuhan sang anak cepat atau lambat, dan dapat memperkirakan berapa tinggi badan idealnya pada usianya, juga nanti saat dia dewasa.
Ayo Cek! mudah saja, kok, mengetahui pertumbuhan anak normal atau tidak. Gunakan rumus PFH (Prediction Final Height) di bawah ini. Hasilnya sesuai dengan PFH, jika:
Untuk anak laki-laki= (Tinggi Ibu + 13) + Tinggi Ayah (dalam cm) ± 8,5 cm dibagi 2 Untuk anak perempuan = (Tinggi Ayah - 13) + Tinggi Ibu (dalam cm) ± 8,5 cm dibagi 2
ASTRID ISNAWATI