Membaca Kekecewaan Bayi

By nova.id, Senin, 24 Oktober 2011 | 22:45 WIB
Membaca Kekecewaan Bayi (nova.id)

Perhatikan kebutuhan apa yang sedang diinginkannya saat ini. Jika orangtua memang tidak bisa memenuhi keinginannya, antara lain minta digendong terus, maka segera alihkan perhatiannya saat ia ditaruh dalam boks. Jangan biarkan ia merasa sendirian. Jika kebutuhannya saat itu adalah melegakan rasa hausnya, maka sesegera mungkin langsung susui. Jika tidak memungkinkan atau perlu waktu ekstra untuk menyiapkan ASI perah dari lemari es, maka lakukan sesing-kat mungkin. Kalau perlu, siapkan begitu jam menyusuinya tiba.

* Ungkapkan kasih sayang

Bisa lewat sentuhan maupun kata-kata bernada lemah lembut. Selain tindakan, beri juga penjelasan yang mudah dan sederhana. Meski bayi belum mengerti sepenuhnya namun ia pasti dapat menang-kap kasih sayang tersebut sambil mengembangkan kemampuan berbahasanya. Kata-kata lembut dari orangtua akan menghibur perasaannya yang kecewa. Ia pun merasakan bahwa orangtuanya tetap mengerti dan memahami kebutuhannya.

* Beri kesempatan beradaptasi

Jangan membiarkan bayi merasa marah dan kesal dalam waktu lama akibat perubahan tiba-tiba yang mengagetkannya. Tanpa ba-bi-bu langsung menurunkannya dari gendongan, contohnya, yang pastinya mem-buat bayi merasa tak nyaman. Ini bisa dimengerti karena bayi jadi tak punya waktu untuk menyesuaikan diri dengan kondisi dadakan tersebut.

Akan sangat berbeda hasilnya jika si kecil diberi kesempatan untuk beradaptasi secara perlahan. Memberi objek pengganti dan mengajaknya bicara akan membantu bayi terkondisikan dengan perubahan yang terjadi. Misalnya, kala mengambil mainan yang kita anggap kotor, kita katakan, "Sini, Mama bersihkan dulu." Atau, "Ini kotor, jadi tidak boleh kamu masukkan ke mulut. Kalau yang ini boleh," sambil menyodorkan mainan pengganti yang bersih. Begitu juga ketika harus menurunkannya dari gendongan, katakan, "Bunda ke dapur dulu ya, mau angkat air panas. Kamu di sini dulu." Atau ketika melepasnya untuk pergi kerja, jangan langsung bergegas meninggalkannya. Melainkan sempatkan untuk main sebentar sebelum berpamitan dengannya meski posisi bayi dalam gendongan pengasuh.

DAMPAK AKUMULASI KECEWA

Dampaknya mungkin belum begitu tampak di usia bayi karena biasanya akan muncul di tahapan usia-usia berikutnya, bahkan hingga dewasa:

· Sulit mengontrol emosi

Setiap individu lahir dengan temperamen bawaan. Bayi yang sering mengalami rasa kecewa, maka perkembangan emosinya bisa terganggu. Ia pun tidak mampu mengelola emosinya dengan baik karena memang tidak dibiasakan untuk mengekspresikan perasaan secara sesuai dan tak diajarkan cara mengatasinya. Ia tidak tahu mengungkapkan kekecewaan secara tepat. Kalaupun marah, sering kali dalam porsi yang tidak proporsional. Emosi yang sering dirasakan juga cenderung negatif.

· Pribadi yang pesimis

Kebutuhan bayi yang tidak terpenuhi dengan baik akan menumbuhkan mistrust alias ketidakpercayaan terhadap lingkungan. Lebih lanjut ketidakpercayaan ini akan menempanya menjadi individu yang tidak percaya pada dirinya sendiri selain lingkungan. Ia cenderung menganggap apa saja yang dilakukannya selalu tak membuahkan hasil memuaskan. Tak heran kalau nantinya yang bersangkutan akan tumbuh menjadi individu yang pesimis. Lain halnya jika lingkungan peka dan peduli terhadap kebutuhan anak. Ia akan tumbuh menjadi pribadi yang penuh percaya diri dan optimis.