Menyikapi Si Penuntut

By nova.id, Kamis, 20 Oktober 2011 | 22:54 WIB
Menyikapi Si Penuntut (nova.id)

Menyikapi Si Penuntut (nova.id)

"Ilustrasi "

Berdasarkan pengamatan psikolog Sri Razwanti Suciyati, dari Essa Consulting Group ada banyak hal lain yang biasa menjadi objek tuntutan suami terhadap istri, antara lain penampilan, tanggung jawab mendidik anak, dan pengelolaan keuangan. Namun, sebenarnya bukan cuma suami yang bisa bersikap seperti itu. Tidak sedikit pula istri yang menuntut suaminya pol-polan mencari nafkah, memberikan perhatian, dan memimpin keluarga.

Sang penuntut umumnya merasa memiliki "kekuatan" lebih ketimbang pasangannya. Kelebihan itu misalnya posisi penting sebagai pencari nafkah satu-satunya dalam keluarga, keturunan keluarga terpandang, memiliki kelebihan fisik yang diakui banyak orang, pendidikan yang lebih tinggi, penghasilan yang lebih besar jika suami dan istri sama-sama bekerja, dan lain-lain. Dengan kelebihannya itulah seseorang bisa mendominasi.

MENGATASINYA

* Berpikirlah dari sisi positif, bahwa tuntutan yang tinggi dapat mendorong suami/istri berbuat yang terbaik untuk kerekatan keluarga.

* Jika berpikir positif sendirian tidak memungkinkan lagi, cobalah membicarakan secara terbuka tentang apa saja keluhan selama ini. Carilah waktu yang tepat agar komunikasi berlangsung lancar.

* Bicaralah dari hati ke hati agar yang keluar dari mulut Anda adalah kata-kata halus dan lembut mengenai semua sikap yang menjengahkan tersebut. Kemukakan juga kesulitan dan hambatan saat melakukan tanggung jawab itu, umpamanya, sulit menjaga kerapian rumah karena Anda berdua memiliki anak batita yang belum paham aturan.

* Jelaskan dampak sikap penuntutnya terhadap kondisi psikis Anda. Utarakan, cara yang dilakukan pasangan terlalu berlebihan dan membuat Anda tertekan.

* Tanyakan mengapa dia bersikap seperti itu tapi hindari sikap memojokkan pasangan. Apalagi sampai menjatuhkan harga dirinya.

* Yakinkan pasangan tujuan Anda membicarakan sikapnya karena ingin hubungan bertambah erat.

* Jika komunikasi berdua tidak berhasil, pasangan tetap banyak menuntut bahkan sikapnya semakin menjadi-jadi, cobalah meminta bantuan pihak ketiga yang bisa dipercaya, entah orangtua maupun teman dekat untuk memberi masukan kepada si penuntut.

* Jika jalan buntu masih menghadang, tidak ada pilihan lain, carilah pakar yang bisa menangani masalah keluarga, misalnya, psikolog keluarga. Mereka umumnya kompeten menangani aneka problema keluarga. Psikolog akan berusaha mengatasi gangguan psikologis atau kepribadian yang mungkin dialami pasangan. Entah dengan terapi perilaku maupun tindakan lainnya.

Saeful