Usai minum kopi, tiba-tiba saja Sandra muntah dan mengeluarkan seluruh isi perutnya. Sandra meyakini kopi yang ia minum adalah penyebab muntah. Apalagi ia memang mengidap penyakit mag. Tanpa berkonsultasi dengan dokter, Sandra pun membeli obat-obat di pasaran untuk menghilangkan rasa nyeri. Benarkah tindakan yang dilakukan Sandra?
Asam Lambung Naik
Menurut Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP,. Sandra mengalami penyakit yang berhubungan dengan asam lambung atau Gastroesophageal Reflux Disease atau GERD. "Penyakit ini terjadi saat asam lambung berlebihan dan naik ke atas atau berbalik arah. Masuknya makanan, kan, dari mulut, kerongkongan, lambung, lalu usus dua belas jari. Jika mengalami GERD, asam lambungnya balik ke atas," jelas Ari.
Nyeri lambung bisa dirasakan mulai dari mengalami perlukaan di tukak yang ada di usus 12 jari. Umumnya, berhubungan dengan seringnya orang mengonsumsi obat-obatan. "Orang yang mengonsumsi obat rematik dan obat sakit kepala bisa mengalami perlukaan pada lambungnya."
Obat rematik dan obat sakit kepala memang bisa merusak lambung secara langsung hingga membuat dinding lambung menipis. Penipisan juga bisa terjadi karena ada asam lambung berlebihan hingga merusak dinding tipis itu. "Normalnya dinding memiliki ketebalan tertentu. Tapi, karena menelan obat-obat tersebut, lama-lama dindingnya menjadi tipis," urai Ari.
Ari juga menegaskan bahwa penyakit GERD berbeda dengan sakit mag. "Sakit mag berarti sakit di lambung atau ulu hati. Kalau ada masalah di lambung berarti terjadi sakit mag. Tapi, penyebabnya bisa saja bukan dari lambung, tapi bisa dari usus dua belas jari, batu empedu, pankreas atau liver," papar Ari.
Bisa Dipicu Stres
Penyakit GERD memiliki berbagai penyebab. Di antaranya, stres fisik dan stres psikis. Penyebab stres karena fisik seperti beban kerja yang banyak hingga kurang tidur, kecapekan, lemah, lelah, dan kurang isitrahat. Sementara stres psikis bisa disebabkan masalah keluarga, pekerjaan, atau sekolah.
Selain stres, makanan juga bisa menimbulkan GERD. Di antaranya, makanan yang merangsang langsung dan makanan yang meningkatkan produksi asam lambung. "Hindari makanan yang merangsang langsung seperti asam, pedas, atau makanan yang mengandung gas karena bisa meningkatkan produksi gas. Contohnya, kol, sawi, ragi, soda, keju, dan cokelat," ujar Ari.
Makan cokelat, misalnya, bisa mengakibatkan pengosongan lambung terlambat sehingga kontak makanan dengan lambung menjadi lebih panjang. "Gejalanya mengakibatkan begah, cepat kenyang, sendawa, perih di ulu hati, sampai-sampai bisa menimbulkan luka di kerongkongan," papar Ari.
Ada juga beberapa makanan tertentu yang meningkatkan produksi asam lambung seperti kopi. "Minum alkohol dan merokok juga harus dihindari," tandas Ari. Pasalnya, rokok dapat menurunkan kondisi lambung dan saluran-saluran tubuh yang berhubungan serta dapat mengurangi kesehatan tubuh.
Pencegahannya sangat mudah, kok. Dimulai dari hidup dan makan teratur, istirahat yang cukup, tidak stres, mengendalikan diri, dan menghindari makanan yang merangsang dan obat-obatan.
Ari pun angkat bicara mengenai obat untuk GERD. "Kalau perih di ulu hati, orang cenderung minum antacid yang menetralkan asam lambung. Tapi, ada juga yang ulu hatinya sakit, lalu makan obat penghilang sakit, ternyata malah tambah sakit. Awalnya, sih, saat minum obat anti nyeri tersebut masih terasa enak, tapi selanjutnya malah menyebabkan nyeri ulu hati."
Tiga Jenis Obat
Anda juga harus mengenali dan memahami obat-obat penyakit GERD ini yang terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama, obat yang menetralkan asam lambung atau antacid. "Tapi, obat ini tidak mengobati sakitnya, karena produksi asam lambung terus diproduksi."
Kedua, obat-obatan yang bekerja menekan produksi asam lambung. "Obat ini membuat produksi asam lambung dikurangi. Lewat obat ini, perih atau luka karena asam lambung berlebihan atau ada penipisan asam lambung bisa berkurang. Kondisi lambung pun akan membaik," tutur Ari. Obat ketiga adalah obat yang mempercepat pengosongan lambung.
Jangan Dicampur
Namun, menurut Ari, 60% - 70% GERD disebabkan faktor fungsional seperti stres. "Meski faktor penyebabnya macam-macam, namun saat dievaluasi tidak terdapat luka karena faktor penyebabnya stres," ujar Ari.
Untuk mengatasi hal ini, di tahap awal tetap dibutuhkan obat karena asam lambungnya perlu dikontrol. "Meskipun sifatnya hanya sementara, karena jika faktor-faktor yang membuat stres atau faktor-faktor fungsionalnya bisa dikendalikan, kebutuhan obatnya berkurang."
Ari pun menandaskan kembali, penderita GERD harus mengurangi konsumsi obat sakit kepala dan rematik atau bahkan jamu. "Prinsipnya tentu saja tidak boleh minum obat dicampur jamu. Kalau memang ingin minum jamu, cukup sekali dan jangan sampai berulang-ulang."
Butuh Kontrol
Penyakit GERD juga bisa diobati secara alami tapi membutuhkan pengendalian diri. "Namun, dari sisi medis tetap harus pakai obat untuk menekan asam lambungnya. Apalagi, ditambah kondisi lambung yang sakit dan perih, akan susah sembuh jika tidak memakai obat."
Belum lagi, saat nyeri datang ditambah stres, sakit pun bertambah parah. "Makanya harus diputus dulu mata rantainya. Cari apa yang menyebabkan nyeri atau sakit tersebut," kata Ari. Oleh karena itu, saat muntah, Anda harus mencari tahu pencetus muntah tersebut, lalu menghindarinya. "Kalau sudah telanjur muntah, cairan yang dikeluarkan harus diganti. Sambil diberikan obat anti muntah," pungkas Ari.
Tips
Berikut tips dari Ari untuk menangani penyakit asam lambung:
1 Meski penyakit asam lambung sudah tak asing, jangan menjadi dokter sendiri. Misalnya, sakit di ulu hati langsung menyimpulkan sakit mag, padahal belum tentu mag. "Bisa saja sakit di ulu hati karena penyakit jantung, empedu, atau pankreas. Sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mencari tahu permasalahan sebenarnya."
2 Jangan buru-buru membeli obat yang beredar di pasaran karena jenis obat ini hanya bersifat sementara alias tidak mengobati secara jangka panjang.
3 Ketahui penyebab penyakit asam lambung terlebih dulu. Di antara faktor pemicu yang beragam, bisa saja GERD terjadi karena faktor stres, makanan, minuman, atau rokok. Lalu, hindari semua makanan yang mengandung asam dan pedas. "Sebaiknya minum obat yang diberikan sesuai aturan dan ketentuan dokter. Minum antacid pun tidak boleh berlebihan karena yang namanya obat selalu ada efek sampingnya," tegas Ari.
Jaga Makanan Anak
Jangan heran, ada juga pasien Ari yang berusia 12 tahun tapi sudah mengalami GERD. "Banyak permasalahan lambung yang dialami anak kecil karena makanan yang terlalu asam, pedas, dan bersoda. Pasalnya, orangtuanya senang memberikan padahal sudah tahu itu tidak sehat. Seharusnya, makanan disesuaikan dengan kebutuhan. Memang, di awal-awal tidak akan bermasalah, tapi selanjutnya pasti akan bermasalah."
Orangtua zaman sekarang hanya memiliki satu atau dua anak dan, menurut Ari, membuat tuntutan terhadap anak terlalu tinggi, "Sementara mereka tidak pernah 'mengurus anak' karena harus bekerja. Kerja sepanjang hari, hanya ketemu pagi atau malam hari, dan akhir pekan. Mereka tidak melihat kehidupan sehari-hari Sang Anak. Jadi, ketika dievaluasi, Si Anak tidak ada penyakit apa-apa. Ternyata, masalahnya hanya karena anak butuh perhatian dari orangtuanya."
Noverita K. Waldan