Beladiri
Ingat, dalam mengontrol keseimbangan tubuhnya sendiri saja, bocah batita belumlah oke. Buktinya? Gerakan meloncat yang dilakukannya sama sekali belum sempurna, bergerak cepat dengan dua kaki masih sering keserimpet dan terkesan "mabok". Begitu juga dengan koordinasi tangan-kaki dan mata yang belum dia kuasainya. "Jadi, bagaimana dia bisa ikutan kursus beladiri?" sergah Ceti.
Orangtua pun seharusnya mempertanyakan apa manfaat mengikutkan si kecil les beladiri. Adakah makna lebih yang bisa diperolehnya? Bagaimana dengan kesiapan mental si anak sendiri? "Oke kalau diikutkannya sebatas untuk pengenalan. Tapi apa iya pengenalan harus dengan mengikutkannya kursus?" Sambil main di rumah, kan, bisa. Atau cukup mengajaknya "nonton'" kakak-kakak yang sedang latihan beladiri.
Golf
Olahraga ini menuntut koordinasi motorik yang sangat baik antara gerak tangan, mata, dan feeling yang baik. "Coba bayangkan apa jadinya anak yang keterampilan motoriknya saja masih sangat sederhana, baru belajar mengoordinasikan gerak anggota tubuh, pola pikirnya pun masih konkret operasional, harus mengaktifkan kemampuan feeling dan koordinasi visual serta motoriknya secara bersamaan?" Jika kita saja berpersepsi itu merupakan sesuatu yang berat, bagaimana dengan anak? Akan tetapi jika kita cuma mengajaknya sesekali latihan di driving course, syukurlah kalau ia mau ikut-ikutan memukul bola. Kalaupun dia memilih nendang-nendang bola, tak apa-apa, kan.
Renang
Untuk ikut olahraga ini, silakan saja. Yang satu ini baik dan sangat membantu perkembangan anak, khususnya motorik dan koordinasi motorik. Malah ada sebagaian ahli yang berpendapat berenang bisa membuat anak pintar. Akan tetapi secara pribadi Ceti kurang setuju jika mengikutkan anak pada kursus renang yang menerapkan target berupa uji kemahiran. Ini sangat bertentangan dengan kealamian usia batita. "Anak batita bisa saja diikutkan kursus renang, tetapi dengan catatan tidak ada target ini-itu dan aturan yang kaku."
Musik
Selama kursus musik, anak akan belajar mengenai simbol-simbol nada. Jadi, kursus ini paling pas bila diikuti oleh anak usia 3 tahun ke atas. Namun, jika programnya adalah pengenalan ritme dan bentuk alat-alat musik, sah-sah saja. Begitu juga dengan memperdengarkan suara-suara instrumen dan menirukan nada-nada tertentu. Itulah mengapa, kalaupun orangtua ingin mendaftarkan buah hatinya ke kursus ini, sebaiknya tinggalkan pen-capaian target ataupun harapan muluk-muluk bahwa selepas kursus anak pasti akan pintar menyanyi atau mahir memainkan alat musik.
Bahasa asing
Di usia ini perkembangan bahasa anak berada dalam proses menuju kematangan. Anak diharapkan mampu berkomunikasi lancar dengan bahasa ibu, yakni bahasa yang biasa digunakan sehari-hari oleh keluarganya maupun lingkungan terdekatnya. Kalaupun berniat mengikutkannya pada kursus bahasa asing, semisal Mandarin, pencapaiannya hanyalah sekadar kenal tetapi tidak terlalu banyak membantu mengoptimalkan kematangan berbahasanya. Lain hal jika anak memang memiliki kecerdasan bahasa yang luar biasa.
Matematika/aritmatika dan sejenisnya
Tidak mengapa anak ikut kursus ini jika ia memang sudah paham mengenai konsep jumlah, warna, maupun bentuk-bentuk dengan baik. "Akan tetapi kalau si kecil memperlihatkan ketidaksukaan, ya jangan dipaksakan." Satu hal lagi, kata Ceti, jangan menargetkan anak untuk terus naik ke level yang tinggi. Ditakutkan dia akan mengalami kebosanan jika sudah mencapai level yang tinggi selagi usianya masih balita. Toh masih banyak cara lain mengenalkan bidang ini pada anak. Jadi, sebaiknya kursus-kursus sejenis ini hanya menjadi variasi kegiatan yang boleh ditinggalkan kapan saja.
JANGAN LUPAKAN Sisi Lain
Dikatakan Ceti, dalam diri anak setiap saat terjadi proses tumbuh dan berkembang pada organ tubuhnya, syaraf-syarafnya, otaknya, dan sensitivitasnya. Dengan demikian pemberian stimulasi pada anak batita sebaiknya disesuaikan dengan usia. Orangtua hendaknya memiliki pengetahuan mengenai tahap tumbuh kembang anak sehingga stimulasi yang diberikan pas dan hasilnya optimal.
Gazali