Menanam Kepekaan Sosial

By nova.id, Kamis, 18 Agustus 2011 | 23:43 WIB
Menanam Kepekaan Sosial (nova.id)

Bila setiap keluarga telah memiliki pemahaman yang sama tentang kepekaan sosial yang wajib diberikan kepada anak, niscaya akan memudahkan pada saat anak belajar. Saat bermain bersama, berarti nilai-nilai kepekaan yang ditanamkan pun sama.

BERI KESEMPATAN BERSOSIALISASI

Untuk menanamkan kepekaan sosial, orangtua tak bisa hanya sekadar melalui kegiatan membacakan dongeng atau berbicara dari hati ke hati dengan anak. Bila hanya melalui dongeng, maka cuma sekadar menambah pengetahuan atau meningkatkan kemampuan kognitif si prasekolah. Sementara dari kognitif sampai kepada perilaku, membutuhkan waktu yang panjang. Contoh, tidak mau berbagi adalah sikap yang tidak baik. Anak hanya mengetahui itu, tapi ia tidak tergerak untuk melakukannya saat bersosialisasi. Ia pun tidak memahami, bila tidak mau berbagi, bisa-bisa ada temannya yang tidak mau lagi bermain dengannya atau malah dipukul oleh temannya.

Karena itu, cara yang paling tepat adalah memberikan kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi. Melalui sosialisasi dengan teman di lingkungan rumah, si prasekolah lebih kaya akan pengalaman. Hasilnya akan berbeda bila ia hanya bersosialisasi dengan anggota keluarga di lingkungan rumah saja, karena di masa kini anggota sebuah keluarga tidaklah terlalu banyak. Umumnya hanya 2 anak dengan orangtuanya, sehingga tak banyak tantangan atau pengalaman baru yang akan diperoleh.

Cara lain yang dapat diterapkan adalah melalui kegiatan sehari-hari. Libatkan anak dalam berbagai aktivitas sehari-hari di rumah. Kemudian, berikan penjelasan yang mudah dipahami dengan bahasa sederhana, mengapa ia diminta melakukan itu. Misal, untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab, libatkan anak dalam kegiatan sehari-hari. Contoh, membersihkan kamar. Beri kepercayaan kepada anak untuk membersihkan sendiri kamarnya. Jika anak berhasil melakukan tugasnya dengan baik, berikan penghargaan. Sikap memberikan penghargaan ini akan menumbuhkan kepekaan menghargai sesama di kemudian hari.

Begitu juga ketika anak bertanya sesuatu, orangtua harus menanggapinya dengan serius agar sikap kritis dan kepekaan bisa berkembang secara wajar. Memahami alasan-alasan dan sebab dari perbuatan seseorang akan memupuk kepekaan watak sabar. Orangtua hendaknya juga jangan terlalu memanjakan anak, akibatnya ia tak akan peka dengan kebutuhan dan hak orang lain. Bisa-bisa ia menjadi egois.

ORANGTUA MENDAMPINGI

Tentunya, anak butuh pendampingan saat bersosialisasi, sehingga orangtua atau si pendamping dapat langsung menyampaikan tentang nilai-nilai kepekaan yang diperoleh pada saat itu. Pasalnya, anak lebih mudah mengingat dan memahami bila diberitahukan pada saat kejadian berlangsung. Karenanya, penting adanya kesamaan pemahaman tentang nilai-nilai kepekaan yang akan ditanamkan kepada anak antara orangtua dan pengasuh. Terutama untuk orangtua yang tidak mampu mendampingi anaknya bersosialisasi, sehingga si pengasuh tidak sekadar asal menemani anak bermain.

Lagi pula, dengan mendampingi anak bersosialisasi, maka si pendamping dapat memanfaatkan peristiwa atau kejadian saat itu sebagai referensi dalam menanamkan nilai-nilai kepekaan. Umpama, Ati jatuh karena didorong temannya. Ia merasa kesakitan. Peristiwa itu dapat dijadikan sebagai acuan untuk memberikan penjelasan bahwa asal mendorong teman dapat menyebabkan temannya kesakitan.

Utami