Anak Sulung: Harapan Orangtua

By nova.id, Rabu, 10 Agustus 2011 | 18:59 WIB
Anak Sulung Harapan Orangtua (nova.id)

POLA ASUH DAN PRIBADI ANAK

Jadi, bagaimana pola asuh orang tua akan berpengaruh terhadap pembentukan si sulung. Bila orang tua mengerti kebutuhan anak dan tak membedakan perlakuannya pada masing-masing anak, misal, tak selalu membebankan tanggung jawab pada si sulung saja atau jika ia gagal dalam melakukan tugasnya tak selalu disalahkan, maka sedikit banyak sikap negatifnya bisa dihilangkan. Dengan kata lain, anak takkan merasa terbebani, terhambat masa kanak-kanaknya, iri atau memusuhi adik.

Selain pola asuh, pribadi si anak pun ikut menentukan karena tiap anak punya pribadi berbeda. "Ada anak yang mengikuti apa saja yang diperintahkan atau dibebani orang tua padanya, walau mungkin di dalam dirinya terjadi pergolakan karena ia pun ingin bebas tanpa beban apa-apa. Sebab, layaknya anak balita, ia pasti butuh kebebasan bermain atau kumpul bersama teman-temannya." Jadi, ia penurut tapi tak berani mengekspresikan keinginannya atau pendapatnya kepada orang tua. "Celakanya, orang tua malah senang mempunyai anak sulung seperti itu, tanpa sadar bahwa sebenarnya si sulung yang dibanggakannya itu tersiksa."

Nah, bahayanya jika si anak gagal dalam mengemban tugas, ia jadi makin tak berani mengeluarkan pendapat, memiliki konsep diri negatif, tak percaya diri atau malah merasa menjadi anak tak berguna.

Apalagi jika kegagalan itu membuat orang tua sampai marah besar, makin memperparah keadaan anak. Ia jadi tambah stres atau depresi. Hingga, akhirnya bisa muncul pemberontakan dalam bentuk pasif. Misal, saat ibu atau ayahnya memberi pesan, "Nak, kamu jangan main hujan-hujan, ya, nanti Adek kamu ikutan." Ia akan mengiyakan tanpa ia sendiri mempedulikan apa yang dipesankan.

Lain halnya jika kepribadiannya ekspresif, pasti ia akan langsung menentang apa yang ditugaskan orang tuanya dengan ucapan atau perlakuan, "Enggak, ah, aku enggak mau jagaiinAdek, aku mau main saja dengan teman-teman." Jikapun ia mau menurut, pasti setelah si orang tua melakukan hal yang membuatnya takut, seperti memarahi. "Ini pun berdampak tak baik, sebab anak melakukannya secara terpaksa." Bila cara ini terus berlanjut, bisa jadi akan timbul dendam pada diri anak "Biasanya tercetus saat anak menjelang remaja, yang dapat menyebabkan hubungan dengan orang tua jadi tak baik. Anak pun jadi cenderung dekat dengan teman-temannya. Syukur kalau teman-temannya itu baik, tapi kalau sebaliknya, celakalah."

Gazali Solahudin/nakita