Belakangan ini, Meidi sibuk sekali mempersiapkan acara pernikahannya. Dari mulai cincin, katering, hingga urusan gedung, semua tak luput dari perhatiannya.
Yang paling membuatnya pusing adalah soal biaya. Sudah bolak-balik ia mengulang perhitungan biaya, tapi tetap saja jumlahnya yang harus disiapkannya tidak berkurang dan malah membengkak. Meidi seakan lupa bahwa selain acara pernikahan ia juga harus mempersiapkan fisik, mental, dan psikologisnya sebelum benar-benar menjadi seorang istri.
Ratna Mardiati, Psikiater perkawinan menegaskan, "Saya setuju persiapan yang baik, logis dan realistis. Banyak orang yang mengeluarkan (dana) besar sekali pada saat menikah untuk sekadar menunjukan mereka orang mampu, tapi setelah itu mereka meninggalkan banyak utang. Selain itu, berharap mendulang untung dari angpau dengan mengundang banyak tamu. Itu tidak mungkin!"
Dari Fisik Hingga Tekanan
Sebenarnya, apa yang membuat seseorang ingin menikah? Menurut Ratna, alasan seseorang ingin menikah adalah agar dapat memenuhi kebutuhannya secara fisik, sosial, dan psikologi.
Kebutuhan fisik sendiri terdiri dari seks namun bukan nafsu belaka, melainkan dari segi hormon. Aspek lainnya adalah keinginan untuk dilindungi sehingga seseorang memutuskan melepas masa lajangnya. Wanita biasanya berharap lelaki bisa memberikan rasa aman dengan mendampinginya setiap saat. Sedangkan lelaki butuh wanita untuk "tempat pulang". Maksudnya, dengan adanya istri, suami mempunyai alasan kuat untuk pulang ke rumah. Kebutuhan fisik lainnya adalah reproduksi alias mempunyai keturunan.
Sementara kebutuhan sosial meliputi keuangan, status, hingga tekanan keluarga. Keuangan misalnya, biasanya para wanita merasa memiliki jaminan hidup lebih aman ketika ia menikah. Status dan tekanan keluarga juga bisa dijadikan alasan menikah. Apalagi jika keluarga termasuk konservatif, sehingga apapun pencapaian karier atau prestasi yang Anda dapatkan, tak akan ada artinya jika Anda belum menikah.
Sedangkan kebutuhan psikologi dalam hal ini, kebutuhan untuk dicintai-mencintai dan dimiliki-memiliki. Ketika seseorang merasa ada orang lain yang mencintai serta memilikinya dan ia bisa mencintai juga memiliki orang lain, ia akan merasa sangat berharga dan dibutuhkan. Meskipun secara fisik pasangan tersebut terpisah oleh jarak, tapi dengan menikah secara psikologis, ia akan merasa nyaman karena adanya ikatan saling membutuhkan.
Pentingnya Bimbingan Pranikah
Di antara tumpukan rincian biaya resepsi hingga desain gaun pengantin, bimbingan pranikah sering terlupakan. Padahal tujuan dan manfaatnya tak sepele, lho. Selain untuk mengetahui tujuan mereka menikah, konselor juga bisa mengetahui dan mengatakan kepada kedua pasangan seperti apa karakter mereka masing-masing.
Bimbingan pranikah juga memberitahu strategi apa yang bisa diterapkan keduanya saat diperhadapkan pada masalah-masalah rumah tangga. Entah itu soal keuangan, keturunan, keluarga besar, atau kesehatan. Layak dicoba, kan?