Bila Istri Bergaji Lebih Tinggi

By nova.id, Minggu, 10 Juli 2011 | 17:01 WIB
Bila Istri Bergaji Lebih Tinggi (nova.id)

Suami yang enggak PD jelas akan minder. Istri yang doyan ngomel dan dominan juga berpeluang memunculkan konflik. Perlu kedewasaan dan relasi yang baik.

Seringkali, istri bergaji lebih tinggi menimbulkan persoalan pada suami. Apalagi di dunia timur tempat kita berpijak masih menganut nilai-nilai bahwa lelaki adalah pemimpin dan perempuan cuma pengikut. Hingga, dalam kehidupan perkawinan, suami menempati "kedudukan" tertinggi, yakni sebagai kepala keluarga dan bertugas mencari nafkah, sedangkan istri mengurus anak dan keluarga. Sekalipun tuntutan jaman sudah bergeser ­istri pun harus mampu mencari nafkah dan suami mampu mengurus keluarga-, tapi nilai-nilai lama tersebut tak lantas menjadi luntur atau hilang sama sekali.

Itu sebab, bagi kebanyakan suami, penghasilan jadi amat berarti, bahkan identik dengan harga dirinya sebagai kepala keluarga. Hingga, penghasilan istrinya yang lebih tinggi membuatnya khawatir tak memperoleh pengakuan dari dunia, dan bukan tak mungkin menjadikannya ngotot untuk mendapatkan penghasilan maksimal. Sementara bekerja buat istri bukan semata-mata untuk memperoleh penghasilan, hingga beban dan tuntutannya pun tak seberat yang disandang suami. Jadi, bisa dimaklumi bila soal gaji istri yang lebih tinggi amat sensitif untuk suami, sampai-sampai mengganggu hubungan antara suami-istri itu sendiri.

Padahal, bilang Sri Triatri, Psi., penghasilan istri yang lebih tinggi harus disyukuri sebagai berkah bagi peningkatan kesejahteraan keluarga. Dalam bahasa lain, suami tak perlu minder atau malah berkembang menjadi bibit konflik berkepanjangan di antara mereka. "Banyak juga, kan, suami-istri yang bisa tetap hidup rukun dan damai meski jelas-jelas si istri bergaji lebih tinggi?" ujar pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta, ini. Hanya memang, untuk sampai ke situ diperlukan relasi yang positif antara suami-istri dan kedewasaan dari kedua belah pihak. Hingga, tuntutan sosial tadi tak jadi bumerang buat si suami.

TAK PERCAYA DIRI

Intinya, minder-tidaknya suami amat tergantung dari kepribadian suami-istri itu sendiri dan sikap serta perlakuan masing-masing terhadap pasangannya. "Kalau istri rajin mengomel dan gemar mencerca, suami yang normal pun lama-lama akan minder. Sementara suami yang kurang PD alias tak percaya diri tetap saja dibayangi rasa rendah diri, kendati istrinya sama sekali tak pernah mempersoalkan gajinya yang lebih tinggi," tutur Tya, sapaan akrab psikolog ini.

Jadi, suami yang kurang atau malah tak memiliki rasa percaya diri dan konsep harga dirinya rendah, umumnya juga kurang mampu membina hubungan interpersonal yang baik dengan siapa saja, bukan cuma dengan istrinya. Pria tipe begini, lanjut Tya, bila memiliki istri berkedudukan/bergaji lebih tinggi, biasanya akan menjadikan dirinya makin merasa tak berarti. Celakanya, dalam keadaan seperti itu tiap manusia, termasuk suami, memiliki beragam defense untuk mempertahankan harga dirinya yang bisa berkembang menjadi konflik tak terselesaikan.

Sementara istri yang cenderung meremehkan suami, menurut Tya, boleh jadi karena sejak kecil tak pernah melihat banyak uang atau merasakan kemewahan. Hingga, di saat mendapat kelimpahan materi, ia cenderung gampang lupa. Meski bukan tak mungkin suami-istri tersebut sebetulnya memang sudah bermasalah dan enggan mencari solusi yang sehat. Hingga, si istri sengaja menggunakan kesempatan dan cara-cara tersebut untuk balas dendam atau menyakiti suaminya. Padahal, "kalau ada sesuatu yang tak beres, kan, harusnya dikomunikasikan, bukan malah mencari jalan keluar ngawur semacam itu."

Faktor lain, istri dominan. "Istri model ini umumnya memiliki need of power yang tinggi dan tak bisa mengendalikan emosi." Hati-hati, lo, Bu, dominasi istri, menurut Tya, bisa mendorong suami mencari perempuan lain yang membuat dirinya merasa dihargai sebagai lelaki. Sekalipun ia mesti menghamburkan uang untuk "membeli" pengakuan tadi, misal.

Namun, Tya yakin, jika masalah di antara suami-istri cuma sebatas gaji, dampaknya takkan separah itu. "Seberapa pun harga dirinya tersinggung, suami yang bersikap dewasa pasti mampu mengontrol dirinya, hingga takkan melakukan cara-cara liar seperti tadi sebagai jalan keluar. Ia malah akan lebih concern untuk bicara pada istrinya kala si istri mulai menampakkan perilaku yang kurang menyenangkannya." Begitu juga istri yang dewasa, akan menegur dengan gaya bicara yang menyenangkan saat merasa tak nyaman dengan kondisi suaminya. "Jadi, bukan berupa kritik pedas yang menyudutkan apalagi menjatuhkan atau menghancurkan."

JANGAN MEMBANDINGKAN

Sebetulnya, bilang Tya, istri bisa "membaca" kondisi hati suami yang tersinggung; dari kata-kata terkesan lebih ketus, wajah yang kelihatan tegang, sampai penampilan yang lebih murung, diam dan cenderung menarik diri. Nah, bila menemukan tanda-tanda seperti itu tanpa sebab jelas, atau mengomel tentang kondisi di luar dirinya, itulah saat istri introspeksi diri. "Pasti ada ketaknyamanan dalam diri suami yang bisa ditelusuri sumbernya, apakah dari dalam dirinya, dalam keluarga atau pekerjaan di kantor."