Hati-Hati Si Kecil "Hilang" Di Mal

By nova.id, Jumat, 8 Juli 2011 | 21:45 WIB
Hati Hati Si Kecil Hilang Di Mal (nova.id)

Tentu sebelumnya, ia perlu dibekali berbagai informasi. Sejak anak mulai bisa bicara pun sudah bisa dilakukan. Sambil melatih kefasihannya melafalkan kata-kata dan memperbanyak kosa katanya, ia bisa diarahkan untuk belajar menyebut siapa namanya dan nama ayah-ibunya, serta alamat rumahnya. Cuma batasi pada informasi penting-penting saja alias tak usah kelewat njlimet mengharuskan anak bisa menyebut RT/RW, nomor telepon dan sejenisnya yang hanya akan membuatnya bingung.

Selain itu, ajarkan/kenalkan pula tentang apa, siapa, dan di mana tiap kali anak diajak ke tempat baru. Saat diajak ke toko buku, misal, tunjukkan padanya, "Kita sekarang mau ke toko buku Gramedia. Ini namanya tempat parkir dan itu pintu masuk ke toko. Kakak lihat, kan, orang yang berseragam biru putih di sana? Itu namanya Pak Satpam." Kemudian, setibanya di dalam toko, tunjukkan pula, "Itu namanya kasir, tugasnya melayani pembeli yang mau membayar," misal. Ia pun perlu diajak bertanya kepada petugas di bagian informasi atau customer service, misal. Dengan begitu, selain kita memupuk keberaniannya, rasa ingin tahunya pun bisa terpuaskan.

UJI KEMAMPUAN ANAK

Sekalipun saat itu anak batita belum bisa menangkap seluruh informasi yang kita sampaikan, menurut Itje, tak perlu khawatir. Setidaknya, pengertian-pengertian itu sudah masuk dalam memorinya dan diharapkan akan makin melekat bila kita rajin mengasahnya dengan mengulanginya di lain waktu. Bukankah bila sudah sering berkunjung ke tempat tertentu, anak akan hapal di mana pintu gerbang, tempat parkir, toilet, dan tempat-tempat strategis lainnya.

Kemudian, sesekali ujilah kemampuan anak, "Kita di mana, ya, Kak?" atau, "Kalau mau pulang, kita mesti belok atau lurus, nih, Dek?" Kendati saat itu ia mungkin belum tahu konsep kanan dan kiri, latih ia untuk menunjukkan arah yang benar karena ingatannya tentang hal-hal semacam itu sebetulnya sudah ada tapi masih terbatas dan sangat sederhana.

Ia pun perlu diyakinkan bahwa ia mampu mengatasi kesulitan. "Sedini mungkin biasakan anak untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Anak kecil, kan, sering frustrasi jika mainannya sulit, 'Aduh susah, Ma. Aku enggak bisa," sambil membanting-banting mainannya. Nah, yakinkan, 'Kamu pasti bisa,' sambil berikan dampingan, hingga ia pun belajar banyak." Bila kebiasaan ini diberlakukan dalam berbagai bidang, dari mandi, ganti pakaian, makan, merapikan mainan, dan lainnya, akan membantu memupuk rasa percaya diri anak.

Buat si prasekolah, kita juga bisa memberi kebebasan untuk menentukan pilihan sendiri, tapi tetap pesankan agar tak jauh-jauh dari orang tua. Jadi, hanya terpisah sekian meter tapi setiap beberapa menit, kita tetap mesti melongok keberadaannya. Latihan ini akan menguatkan kemandirian dan rasa percaya dirinya. Tapi ingat, jangan dilepas sama sekali. "Dunia ini, kan, begitu beragam dan kita tak tahu persis mana orang yang baik dan mana pula yang bermaksud buruk." Jadi, sekalipun anak sudah dibekali dengan berbagai informasi, tegas Itje, jangan pernah beranggapan, "Ah, dia, kan, sudah tahu namanya, nama bapaknya, dan alamatnya. Enggak apa-apa, deh, sesekali hilang," misal.

"Ingat, secara fisik, anak balita tak bisa berbuat apa-apa bila tiba-tiba ada orang berniat jahat yang merangkulnya dan mengiming-iminginya permen atau mainan," bilang Itje. Itu sebab, kita tetap harus mengawasinya. Selain, anak pun perlu diajarkan bagaimana menghadapi orang yang bermaksud jahat padanya. Misal, "Kalau kamu diajak pergi oleh siapa pun, harus bilang dulu sama Ayah atau Bunda, ya."

 Sengaja Nyasar

Menurut Itje, ada pula anak yang sengaja menghilangkan diri hanya lantaran ingin "menikmati" kepanikan orang tuanya mencari-cari dirinya. Bila demikian, tak apa-apa kita biarkan ia sesekali nyasar, tapi tetap kita awasi. Misal, dengan bersembunyi di tempat yang memungkinkan kita memantau berbagai ekspresinya. Nah, di saat terlihat sedih dan nyaris putus asa mencari-cari, itulah saatnya kita keluar dari persembunyian dan ia tetap harus dinasehati baik-baik agar pengalaman itu begitu merasuk dan membuatnya kapok untuk mengulangi.

Ulah begini, bisa juga ditujukan untuk mengukur kemampuan dirinya. Buat anak sukses besar, lo, kalau bisa menemukan orang tuanya kembali setelah terpisah.

Sejumlah Langkah Yang Perlu Dilakukan