Bila di dalam rumah saja sudah kaya akan sumber belajar, apalagi di luar rumah. Pendek kata, di setiap tempat dengan kegiatan apa pun, bisa digunakan sebagai sumber belajar. Tetangga sebelah rumah atau si bapak RT, juga bisa digunakan sebagai sumber belajar. Begitu pun ibu penjual sayur, mbok pemilik warung, atau tante dokter.
Akan lebih baik bila kita juga bertindak sebagai fasilitator. Misal, "Kak, kasihan, ya, Mbok itu dengan 3 orang anaknya hanya tinggal di warung yang sebesar kamar Kakak. Bagaimana, ya, rasanya menurut Kakak?" Dengan begitu ia juga belajar memikirkan masyarakat lain yang berbeda dengannya.
Manfaatkan pula kegiatan yang sering dilakukan. Kala berlibur ke pantai, misal, bukankah kita bersama si kecil bisa mencari berbagai jenis binatang yang hidup di sekitar situ? "Kak, ini binatang yang hidup di pasir. Yang ini binatang yang hidupnya selalu di air, dan yang itu bisa hidup di darat maupun di air," misal. Atau, kita bisa mengumpulkan kerang atau batu-batuan yang ada di sana.
Jika ayah sedang ke bengkel pun, si kecil juga bisa ikut, lo. Di sana pasti ia menemukan banyak pertanyaan yang menggugah rasa ingin tahunya. "Apa saja, sih, yang dikerjakan montir di bengkel?" atau "Ayah, kenapa, sih, orang itu tiduran di kolong mobil, terus ngapain dia, kok, keluar-masuk?" Dengan begitu, ia tahu apa saja yang bisa dikerjakan montir. Malah, mungkin ia juga mengerti istilah-istilah yang biasa digunakan di bengkel seperti spooring atau balancing. Jadi, anak sudah knowledgeable. Mungkin saja dari situ, ia lantas senang utak-atik mobil, hingga setelah besar jadi montir kenamaan atau pembalap mobil. Bisa juga, ia jadi seorang ahli hukum yang sekaligus memiliki auto shop. Ini, kan, merupakan nilai lebihnya. "Mungkin awalnya, ketika melihat anak bermain, kita tak menyangka 'Ah, mana bisa dia mengerti mesin, wong, dia masih kecil'. Tapi jangan lupa, semua itu memerlukan waktu. Kalau minat dan model yang diberikan baik, tak menutup kemungkinan pengetahuan si kecil pun akan berkembang menjadi baik."
Tempat lain yang baik sebagai sumber belajar adalah pasar swalayan. Di sini anak dapat belajar klasifikasi berbagai jenis makanan dan benda-benda lain, misal, sayuran, buah, daging hingga bumbu dapur. Ia pun bisa belajar tentang matematika. "Kak, besok Rara dan Adit mau datang ke rumah, jadi kita perlu cokelat berapa buah, ya?", misal. Jadi, gunakan dengan baik kesempatan setiap pergi ke swalayan untuk pembelajaran ini. Manfaat lainnya, menjaga agar anak tak lari kemana-mana. Tentunya, ciptakan kondisi hingga anak tertarik, misal, anak didorong dalam kereta, "Pelan-pelan saja, ya, Kak, soalnya Bunda mau melihat sayuran apa saja yang bisa dibeli. Kakak bantu, ya, dengan menyebut nama sayuran yang Kakak lihat. Nah, kalau Kakak enggak tahu namanya, bilang ke Bunda, nanti kita cari tahu bersama namanya."
Tentu kita tak harus terus-menerus memberi informasi jika si kecil sudah tahu nama sayuran, cukup yang kita pikir ia belum mengetahui. "Kak, ini sayur juga, lo, walaupun warnanya ungu kayak buah. Namanya terong. Nah, sayur yang ini namanya apa, ya? Mama juga enggak tahu, coba kita baca, oh ternyata squash, agak susah, ya, ngomongnya?" Agar bahasa yang kita gunakan lebih bermakna, kita pun bisa mengaitkan sayuran tadi dengan hal lain, misal, "Kak, kalau kita buat sayur terong, pasti Nenek senang banget, karena sayur terong, kan, kesenangan Nenek."
Ternyata, kita tak perlu repot-repot untuk menyediakan sumber belajar buat si kecil, ya, Bu-Pak? Karena semua yang ada di sekitar kita bisa dimanfaatkan.
Mengenalkan Abjad
Menurut Anggani, anak usia prasekolah bisa mulai dikenalkan dengan abjad, asal caranya tepat. Cara lama seperti menggunakan ba-bi-bu-be-bo, atau ini huruf A, ini B, ini C, dan seterusnya, sudah tak digunakan lagi. Sarannya, gunakan gambar yang memiliki huruf depan sama. Misal, kita ingin mengenalkan huruf B, ambil saja gambar baju, ban, bangku, dan benda lain berawalan huruf B, lalu katakan, "Lihat, deh, Kak, semua benda-benda ini berawalan huruf yang sama, yaitu B."
Nah, dari membaca biasanya akan dilanjutkan dengan belajar menulis. Awalnya, si kecil pasti corat-coret dengan gerakan menulis, tapi akan bilang, "Bunda, aku sedang menulis, nih!" Jika ia melakukan hal demikian, orang tua harus mendukung dan tak mengecilkan hatinya. Jadi, katakan, "O, ya, Kakak sedang menulis, ya?" Akan lebih baik lagi sediakan sarana, seperti kertas (bekas) dan media lain semisal spidol, cap, pinsil, dan lainnya. Dengan menggunakan beberapa media, anak bisa leluasa mengekspresikan diri.
Salah satu kegiatan lain yang amat digemari si kecil adalah menggambar. Coba jadikan menggambar sebagai kegiatan sehari-hari, jadi tak ada alasan lagi si kecil merasa dirinya tak bisa menggambar. Salah satu caranya, ajak ia mengekspresikan apa yang dilihatnya sehari-hari dengan menggambar. Ingat, lo, si kecil tak perlu dibantu. Bila sudah selesai, tak perlu membetulkan gambarnya tapi pujilah seperti apa pun hasilnya.
Menggunting Dan Menempel