Boleh, Kok, Anak Tidur Larut Malam

By nova.id, Sabtu, 18 Juni 2011 | 22:45 WIB
Boleh Kok Anak Tidur Larut Malam (nova.id)

Asalkan kualitas tidurnya terpenuhi, tak masalah. Hanya saja, keseringan tidur larut malam bisa menganggu perkembangannya. Jadi, sebaiknya memang tak dibiasakan tidur larut malam.

Sering, kan, kita mengeluh si kecil baru bisa tidur larut malam. Bahkan, acara TV sudah habis pun matanya masih membulat. Segala usaha sudah kita lakukan, seperti memberinya minum susu, membuatnya capek dengan melakukan suatu aktivitas, membacakan buku cerita, dan sebagainya. Hasilnya, tetap saja ia tak bisa tidur.

Jangan dulu langsung menuduh si kecil punya penyakit insomnia (sulit tidur), lo. Soalnya, banyak sekali faktor yang mempengaruhi anak selalu tidur larut malam. Antara lain, faktor biologis (sakit), psikologis (stres dan kecemasan), lingkungan (orang tua yang selalu tidur malam atau selalu membangunkan anaknya di waktu malam kala anak sedang tidur hanya untuk melepas rasa kangen orang tua), atau karena memang si kecil punya pola tidur tertentu (lain dari biasanya).

Selain, bisa juga disebabkan kelainan/gangguan yang diderita anak seperti autis dan hiperaktif, atau karena anak telah mengkonsumsi obat yang menyebabkannya sulit tidur.

Jadi, benar-benar bukan lantaran penyakit insomnia, ya, Bu-Pak. Seperti dijelaskan dokter spesialis anak konsultan pada SubBagian Neurologi Anak FKUI RSUPN CM, dr. Dwi P. Widodo, Sp.A(K), MMed., "Insomnia merupakan gangguan terhadap kualitas tidur. Sedangkan anak yang selalu tidur larut malam hanya waktu tidurnya saja yang tak umum, sementara dari segi kualitas tetap tak masalah."

LIMA TAHAPAN TIDUR

Lebih jauh dijelaskan Dwi, tiap orang tak terkecuali anak- di saat tidurnya harus memenuhi 5 tahapan tidur. Bila tidak, berarti ia mengalami gangguan tidur.

Tahap ke-1: sewaktu siap untuk tidur, kita terbaring rileks, tonus otot mulai menurun tapi mata masih terbuka. Gelombang listrik pada otak memperlihatkan gelombang alfa dengan penurunan voltase.

Tahap ke-2: bila timbul sekelompok gelombang berfrekuensi 14-18 siklus per detik (gelombang tidur/sleep spindle). Tahap ini terdeteksi bila mata mulai berhenti bergerak, tapi tonus otot masih terpelihara. Di tahap ini kita masih akan terbangun oleh suara-suara berisik.

Tahap ke-3: cukup pulas dan rileks, karena tonus otot telah lenyap sama sekali. Bila dilakukan EEG akan memperlihatkan gelombang lambat delta 20-50 persen.

Tahap ke-4: tidur nyenyak, tanpa mimpi, dan kita pun sulit dibangunkan.

Tahap ke-5: bola mata mulai bergerak cepat, detak jantung dan napas bertambah cepat, tekanan darah naik, otot-otot anggota gerak dan badan tegang kembali (cirinya, kita menggerakkan badan di tempat tidur). Kendati terdapat aktivitas, kita masih tertidur lelap dan sulit terbangun.