8 Mitos Anak Kembar

By nova.id, Selasa, 31 Mei 2011 | 17:06 WIB
8 Mitos Anak Kembar (nova.id)

8 Mitos Anak Kembar (nova.id)
8 Mitos Anak Kembar (nova.id)

"Foto: Getty Images "

Rasa senang ketika tahu akan mendapatkan bayi kembar biasanya diiringi mitos-mitos menyesatkan dari sekitar. Jangan panik, justru ibu harus tenang dan mencari tahu sekaligus mengerti penjelasannya.

1. Mitos: Mana kakak, mana adik?

Fakta: Mitos lokal yang mengatakan, bayi kembar yang lahir (keluar dari rahim) lebih dulu adalah adiknya, bukan kakak. Alasannya, karena Si Kakak "membantu" adiknya untuk keluar. Padahal, dunia kedokteran sepakat menyatakan, bayi yang lahir lebih dulu (berdasarkan tanggal dan waktu) adalah kakak, berikutnya baru adik.

2. Mitos: Si Baik Vs Si Jahat.

Fakta: Dalam mitologi lama, Si Kembar selalu digambarkan sebagai Si Baik dan Si Jahat atau pemimpin (biasanya yang lebih tua) dan pengikut. Katanya, ini terjadi karena salah satu dari mereka jenuh selalu dikait-kaitkan hingga ingin lebih unggul dari kembarannya, serta ingin mendapatkan perhatian lebih dari orangtua dan orang di sekitarnya.

Padahal, tidak pernah ada bukti ilmiah yang menunjukkan kalau kepribadian kembar sebagai bentuk jenis persaingan. Yang biasanya terjadi, anak kembar justru memiliki kepribadian dan talenta yang unik serta selalu ingin saling melengkapi. Misalnya, yang satu pintar di bidang akademik, yang lain lebih jago di olahraga.

3. Mitos: Anak kembar tidak boleh satu sekolah karena bisa mengganggu prestasinya.

Fakta: Ada beberapa sekolah yang menerapkan peraturan standar bahwa anak kembar tidak boleh ditempatkan di kelas yang sama. Alasannya, agar anak dapat mengembangkan identitas independen mereka dan tidak tergantung kembarannya. Malah, alasan lainnya lebih konyol, yaitu menjauhkan dari kemungkinan keduanya akan gagal jika berada di kelas atau sekolah yang sama.

Beberapa ahli justru menyarankan anak kembar untuk selalu bersama agar karakter, emosi, dan pertumbuhannya dapat berkembang lebih baik. Jika pemisahan dilakukan, malah dapat merusak pengalaman pendidikan mereka. Dari sisi psikologis, setiap anak kembar biasanya merasa nyaman berada di dekat kembarannya. Dan, ketika salah satu dari mereka menghadapi masalah (pelajaran atau pertemanan), tentunya mereka akan lebih mudah untuk saling mendukung.

Yang jelas, orangtua yang memiliki anak kembar, harus mempertimbangkan dan mengevaluasi pemilihan sekolah yang bisa memajukan kemampuan masing-masing anak, termasuk dinamika hubungan dan individu gaya belajar anak. Caranya, kenali kebutuhan dan kepribadian anak kembar Anda, juga hubungan mereka berdua. Selanjutnya, ajak mereka berdiskusi mengenai pilihan sekolahnya. Apakah ingin sekolah di tempat yang sama atau yang berbeda?