Selain faktor internal, terlalu rajin belajar sampai melupakan lingkungan sekitarnya, bisa juga disebabkan faktor eksternal, yaitu:
Tingginya harapan orangtua
Meski anak Anda cerdas, jangan pernah mengeluh saat nilainya turun. Sebaliknya, jika kemampuannya termasuk biasa saja, jangan marah atau memaksanya ikut les atau bimbingan belajar untuk mendongkrak nilai rapornya. Hati-hati, tuntutan Anda dapat membuat anak terbebani.
Pengaruh teman sekolah
Anak termotivasi belajar karena teman sekelasnya juga senang belajar. Agar ia tidak kalah dan malu dari temannya, anak merasa perlu belajar lebih keras. Pada dasarnya, anak-anak memang senang meniru, terlebih jika apa yang ditirunya menghasilkan nilai bagus dan pujian.
Pengalihan perhatian
Anak belajar untuk mengalihkan perhatiannya dari masalah, seperti kurang perhatian orangtua, sulit bergaul, dan lain-lain. Dengan belajar, ia dapat melupakan sejenak masalahnya sekaligus memenuhi tuntutannya sebagai anak sekolah yang memang harus belajar.
Memforsir Diri
Selain terlalu rajin belajar, anak yang mulai terobsesi dengan kegiatan ini juga mempunyai ciri-ciri lain. Sebut saja, memforsir dirinya untuk terus belajar meski sudah kelelahan, mudah tersinggung dan sensitif saat lupa membuat tugas, perhatiannya akan hal lain menurun, dan sering sakit.
Pola pikirnya juga menjadi terlalu teoritis dan memiliki ketakutan berbuat kesalahan jika melakukan hal yang tidak sesuai dengan apa yang dibacanya. Akibatnya, anak juga menjadi kurang kreatif, terlalu serius, dan tidak luwes dalam pergaulan, serta merasa tak cocok bermain dengan temannya karena merasa pikirannya lebih maju.
Positif Vs Negatif
Psikolog dari Klinik Smart Mind Center ini juga menuturkan efek positif yang didapat ketika anak hobi belajar, selain tumbuh menjadi mandiri, anak juga berpikir sistematis. "Apalagi jika yang dibacanya memiliki alur yang jelas, seperti prosa, biografi, dan karangan ilmiah," ujar Fika.