Penggemar kuliner bebek tentu sudah tak asing saat mendengar ramainya kampung bebek di kawasan Kartasura, Jateng. Ya, menu bebek goreng yang kini menjadi tren kuliner di berbagai kota, ternyata sudah lama berkembang di kota yang letaknya tak jauh dari jantung kota Solo ini. Sajian bebek goreng yang dikenal gurih dan empuk itu, terasa sempurna di lidah dengan kepedasan sambal koreknya.
Sekitar 50 pedagang bebek goreng di Kartasura siap memanjakan lidah para penggemar wisata kuliner. Soal rasa, silakan tanya warga setempat. Mereka akan mengatakan, menu bebek goreng Kartasura memang menjadi jawaranya. Nah, salah satu pedagang bebek yang termasuk legendaris adalah Bebek Goreng Pak Ndut. Sang pemilik Sri Sabianti (57) menceritakan perjuangannya 20 tahun silam saat mulai berjualan bebek goreng.
"Dulu cuma ada tiga penjual, yaitu saya, Pak Slamet, dan Bebek Goreng Sari Asli. Saya juga masih berjualan di warung yang kecil. Alhamdulillah sekarang bebek goreng disukai di mana-mana. Bebek goreng Pak Ndut pun sudah bisa dinikmati di berbagai kota. Nah, di Solo, bebek goreng Pak Ndut jadi satu tempat wisata kuliner yang ramai pengunjung," ujar ibu empat anak dan nenek 8 cucu ini.
Selalu Dipadati Pengunjung
Soal nama Pak Ndut, menurut Sri, tidak ada arti khusus. Ia mengaku mendapatkannya saat berdoa. "Saya kayak dapat ilham nama Pak Ndut," kata Sri yang memang hobi memasak.
Saat ditanya kelebihan bebek goreng olahan miliknya, Sri dengan nada merendah mengatakan hanya mempertahankan resep tradisional yang meramu banyak bumbu. "Ya, saya pakai banyak bawang, jadi lebih sedep. Saya sampai sekarang turun langsung ke dapur untuk membagi bumbu agar tidak berubah rasanya."
Menurut Sri, ada beberapa menu favorit pelanggan. "Ada bebek sambal sangan, bebek remuk sambal korek, sambal ijo, ada juga sambal tomat. Semua sesuai selera."
Tak main-main, tiap hari Sri menyediakan 100-150 ekor bebek. Sudah bisa dibayangkan betapa ramainya warung Pak Ndut. Sri punya cara jitu agar pelanggan tidak saling mendahului. "Agar adil untuk pelanggan yang bawa pulang disediakan antrean. Semua teratur dan enggak ada yang merasa diduluin. Saya juga tidak membedakan pembeli lo. Kalau mau beli yang remukan dengan harga Rp5.000 pun dilayani, kok," ujar Sri.
Untuk mengembangkan bisnisnya, dibantu timnya, Sri mewaralabakan bebek Pak Ndut. "Untuk waralaba totalnya sudah lebih dari 34 cabang dan tersebar di berbagai kota. Bagian waralaba sudah ada yang mengurusi. Saya, sih, bagian resep saja. Oh ya, di Solo ada cabang yang dikelola anak saya, tepatnya di Pasar Legi," katanya.
Bebek Goreng Pak Ndut yang buka dari pagi hingga malam hari ini harganya terjangkau, yaitu Rp16.000. Tak hanya nikmat, tempatnya yang nyaman dan fasilitas yang lengkap membuat rumah makan Pak Ndut terus dipadati pelanggan. Demi kenyamanan pengunjung yang membawa kendaraan bermotor, Sri menyediakan tempat parkir yang luas tepat di seberang rumah makan miliknya.
Sudah Kerepotan
Perempuan tangguh penjaja bebek goreng segenerasi dengan Sri Sabianti adalah Siti Maryunah (57). Bu Siti mengelola Bebek Sari Asli yang juga berada di kawasan Kartasura. "Dulu, olahan bebek tidak seterkenal sekarang. Saat itu, banyak yang bilang bahwa daging bebek itu amis. Kami membuktikan bisa mengolah tanpa amis dan daging yang empuk," kata ibu tiga anak ini.
Siti mengaku tak memiliki rahasia khusus bumbu untuk olahan bebek gorengnya. "Sebenarnya bumbu sama, tapi pilihan bebeknya harus tepat. Bebek sawah yang umurnya tua dan jarang bertelur itu biasanya lebih enak untuk diolah. Saya selalu selektif memilih bebek. Pilihan tepat membuat bebek terasa gurih," katanya membuka rahasia.
Kala memulai usaha, Siti belum begitu mengandalkan bebek goreng. Ia hanya menjual bebek di malam hari, sedangkan pagi hari berjualan sayur. "Ternyata olahan saya juga disukai. Makin lama makin laris. Seiring waktu, makin banyak yang jualan bebek goreng. Soal kompetitor, saya tak khawatir. Rezeki sudah diatur, kok. Selera orang, kan, beda-beda. Saya justru senang banyak yang jualan, sampai-sampai tempat kami disebut kampung bebek," papar Siti dengan bijak.
Nenek 6 cucu ini menambahkan, banyak pula pengunjung yang datang berombongan. Siti pun menyediakan tempat luas agar rombongan ini tidak terpisah. "Semua kumpul dan muatnya juga banyak."
Banyak pelanggan yang menyebut bebek goreng Sari Asli terkenal karena sambel koreknya yang pedas dan nikmat. "Saya hanya menyediakan sambal korek, tidak ada yang lain. Namun soal menu, selain bebek saya menyediakan ayam dan ampela ati. Pembeli tinggal pilih sesuai selera."
Rata-rata per hari, Siti butuh 100 ekor bebek, sedangkan akhir pekan atau hari libur bisa melonjak sampai 150 ekor. "Alhamdulillah pelanggan terus datang dan mampir ke sini untuk menikmati olahan bebek goreng kami," ucap Siti sambil tersenyum.
Soal harga, Siti juga mengungkapkan bahwa ia memberikan harga yang terjangkau dan terhitung murah. "Mulai dari Rp6.000 untuk sate ampela sampai Rp19.000 untuk seporsi bebek," ujar Siti.
Hingga kini Siti mengaku belum berminat untuk membuka cabang di tempat lain. Menurutnya ia ingin fokus membesarkan Sari Asli di Kartasura. "Di sini saja sudah kerepotan. Saya mesti dibantu anak-anak. Bebek goreng sambal korek, kan, asli sini. Jadi kalau mau nyari, ya, mesti ke mari," sahutnya lagi seraya tersenyum.
Siti benar, kelezatan kampung bebek goreng Kartasura, memang selalu mengundang orang untuk datang. Silakan coba.
Swita A. Hapsari