Selain vitamin B1, vitamin B6 juga sangat diperlukan sistem saraf dan sistem imun. Vitamin B6 juga menjaga metabolisme sel darah merah dan pembentukan hemoglobin. Kekurangan vitamin B6 bisa menyebabkan peradangan kulit, mukrosa mulut, lidah, anemia, dan kelainan saraf seperti depresi, kebingungan, bahkan kejang.
Vitamin B12 juga tak kalah penting untuk pertumbuhan sel dan reproduksi, dan pembentukan selubung mielin yang mengelilingi serta melindungi saraf dan nukleoprotein. Mielin juga penting untuk menyampaikan pesan dari otak ke seluruh tubuh.
Jika seseorang kekurangan vitamin B12, maka selubung mielinnya akan rusak dan akibatnya Anda akan mudah terkena gangguan saraf, seperti baal, mati rasa, kesemutan, kram, dan kaku-kaku.
Hindari Cedera
Saat ini, sudah tersedia vitamin neurotropik yang menggabungkan vitamin B1, B6, dan B12 untuk menangkal ancaman neuropati. Vitamin ini juga bisa menghambat gejala neuropati tidak bertambah parah. Pasien diabetes yang terkena neuropati juga bisa mengonsumsi vitamin neuroropik.
Vitamin ini bekerja dengan menormalkan fungsi saraf. Caranya, vitamin ini memperbaiki gangguan sel saraf dengan memberikan asupan yang dibutuhkan. Tentu saja, penggunaan vitamin ini harus disesuaikan dengan penyebab kerusakan saraf dan penyakit lain yang mengikutinya.
"Di luar faktor genetik (diabetes, hipertensi), kita bisa menghindari penyakit ini sejak dini. Caranya dengan tetap menjaga pola hidup sehat sejak dini, khususnya bagi yang belum berusia 40 tahun," papar Luthy. Di antaranya, makan makanan yang bergizi, olahraga teratur, tidak mengonsumsi alkohol, serta menghindari cedera dan bahan kimia beracun.
Mononeuropati VS Polineuropati
Kerusakan saraf yang dialami penderita neuropati terbagi menjadi dua jenis yaitu mononeuropati dan polineuropati. Carpal tunnel syndrome merupakan jenis kerusakan yang paling umum pada mononeuropati. Cedera fisik atau trauma kecelakaan ini biasanya menyebabkan tangan atau kaki mati rasa. Selain itu, nyeri juga timbul di tiga jari pertama dari ibu jari, kesemutan, dan seperti rasa terbakar di bahu.
Gejala ini bisa timbul jika ada tekanan yang berkepanjangan atau berulang-ulang pada saraf, seperti menekan keyboard komputer terlalu lama, bertukang, tidur dengan posisi kepala bertumpu pada tangan, dan lain sebagainya.
Kerusakan ini dapat memengaruhi saraf yang mengontrol gerakan otot motorik dan otot sensorik yang mendeteksi dingin dan panas. Bahkan dalam beberapa kasus, carpal tunnel syndrome dapat memengaruhi organ lainnya seperti jantung, pembuluh darah, kandung kemih, atau usus.
Sementara polineuropati lebih disebabkan karena paparan racun tertentu, gizi buruk (terutama defisiensi vitamin B), dan komplikasi dari penyakit seperti kanker atau ginjal. Polineuropati yang paling patut diwaspadai adalah neuropati diabetikum. Gejalanya hampir sama dengan mononeuropati, namun disertai disfungsi seksual dan tekanan darah yang tak normal.
Saraf persendian pada pasien polineuropati juga lebih sensitif terhadap rasa sakit. Oleh karena itu, saraf sangat rentan terhadap stres. Penderita juga bisa kehilangan kemampuan merasakan suhu dan nyeri.
Salah satu polineuropati yang paling serius adalah Guillain-Barre syndrome. Penyakit langka ini bisa menyerang seseorang ketika sistem kekebalan tubuhnya tiba-tiba menyerang saraf. Gejala awalnya sama seperti neuropati lainnya, akan tetapi gejala ini menyerang dengan cepat dan memburuk dengan cepat juga. Risiko kelumpuhan juga menghantui penderitanya.
Ester Sondang/dari berbagai sumber