"Mengintip" Privasi? (1)

By nova.id, Kamis, 14 April 2011 | 17:03 WIB
Mengintip Privasi 1 (nova.id)

Mengintip Privasi 1 (nova.id)

"Foto: Romy Palar "

Privasi terkait dengan kepercayaan terhadap pasangan serta bagaimana upaya untuk menghargai pasangan kita yang memiliki privasi tersebut. Dan, menurut Luh Putu Suta Haryanthi dari Chesta Pratama Consulting, Jakarta, meski terikat dalam pernikahan, setiap orang tetap memiliki batasan privasinya masing-masing. Lantas bagaimana jika pasangan hobi mengintip isi HP atau dompet yang sifatnya privat? Menurut Ryanthi, yang terpenting bukan salah atau benarnya, melainkan, "Apa manfaatnya pasangan melakukan hal tersebut?" ujar psikolog yang juga family therapist ini.

Tergantung Motivasi

Pada dasarnya, pasti ada niat positif yang memotivasi setiap perilaku individu. Jadi, sebaiknya kembalikan kepada pasangan masing-masing, adakah manfaat melakukan perilaku tersebut?

Jika kondisi tersebut justru mengabaikan komitmen pernikahan, sebaiknya dihindari. Namun, seandainya keputusan untuk mencari tahu isi HP atau dompet mungkin menjadi langkah terbaik saat itu, serta sebagai salah satu cara memecahkan permasalahan, rasanya sah-sah saja dilakukan.

Nah, ketika Anda tertangkap basah mengintip HP atau isi dompet pasangan, sebaiknya berkata jujur tentang maksudnya melakukan hal tersebut dan perhatikan respon pasangan. Apabila kita percaya dengan pasangan dan memiliki ikatan emosional atau cinta yang kuat, maka respon pasangan cenderung positif dan memahami apa yang Anda lakukan. Sebaliknya jika cenderung didasari oleh pikiran dan emosi yang negatif, respon yang diperoleh cenderung merasa dirinya tidak dipercaya dan tidak dihargai.

"Jangan menghindari situasi 'kepergok' atau pura-pura merasa tidak bersalah atas perilaku tersebut. Karena hal tersebut justru dapat menjadi pemicu munculnya konflik dalam rumah tangga," papar Ryanthi.

Tidak Memihak

Setiap orang berhak memiliki privasi sebagai pribadi, namun yang terpenting adalah privasi yang dimaksud bersifat ekologis. Maksudnya privasi tersebut tidak melanggar komitmen untuk membina hubungan pernikahan yang langgeng. Namun, bila antar pasangan sepakat untuk membatasi privasi, kesepakatan tersebut sebaiknya bersifat tidak memihak, dalam arti seimbang.

Ingat, setiap individu memiliki kebutuhan yang ingin dicapai, di antaranya kebutuhan dasar seperti pangan, kebutuhan biologis, kebutuhan rasa aman bebas dari kecemasan dan rasa takut, kebutuhan hubungan sosial dan kebutuhan akan harga dirinya untuk mencapai kebutuhan tertinggi yaitu aktualisasi diri. "Setiap orang memiliki strategi yang menurutnya efektif untuk mencapai kebutuhan dirinya, misalnya kebutuhan untuk menjalin relasi dengan rekan-rekan melalui media komunikasi/HP sebagai salah satu cara untuk mencapai aktualisasi diri," lanjutnya.

Buat Kesepakatan

Privasi yang bersifat efektif akan menjadi dukungan yang positif atau memberi manfaat untuk membantu pasangan mencapai aktualisasi dirinya. Namun ada juga privasi yang sebaiknya dibatasi. Misalnya, privasi yang sifatnya tidak menguntungkan atau tidak memberikan manfaat bagi dirinya sendiri maupun pasangan dan keluarganya, seperti privasi yang menutupi kesalahan.