Yang jelas, jika biaya persalinan sudah tercukupi, jangan langsung berhenti di situ. Masalahnya, bayi pun perlu perlengkapan khusus. "Buat daftar keperluannya seperti baju, popok, boks bayi, dan sebagainya. Beli secukupnya." Kalau memungkinkan, buat anggaran selama setahun. Termasuk untuk susu dan makanan tambahannya. "Kalaupun tak bisa mencapai satu tahun, dana itu tetap harus dianggarkan," tambahnya.
Jangan lupa, masih ada keperluan biaya pesta atau selamatan. "Bisa jadi kita sebagai pasangan modern menganggap hal itu tak penting. Namun, biasanya lingkungan sekitar masih menganggap kelahiran harus dirayakan," ungkap Safir. Terakhir, sisihkan uang untuk mengantisipasi kejadian tak terduga. Katakanlah sebulan setelah lahir, bayi sakit. "Cadangan ini besarnya sekitar Rp 5 juta. Untuk kurs seperti saat ini, saya rasa cukup," tambahnya lagi.
BILA TERPAKSA BERHUTANG
Jadikanlah hal ini sebagai pilihan terakhir jika memang sudah tak ada yang bisa dilakukan. Berhutang, kata Safir, bisa berarti membayar biaya persalinan dengan fasilitas kartu kredit, meminjam saudara/orang tua, meminjam kantor, dan sebagainya.
Menurut Safir, berhutang sebenarnya sama tapi beda dengan menabung. Persamaannya, di situ ada kerja keras dan hasil. Bedanya, dalam menabung diperlukan kerja keras di depan dan baru mendapat hasil belakangan. "Sedangkan kalau berhutang, hasilnya di depan dan kerja kerasnya belakangan. Kerja kerasnya pun jadi lebih mahal karena ada bunga yang harus dibayar."
Jadi, selama masih ada cara yang bisa dilakukan, "Usahakan untuk tidak berhutang."
Marfuah Panji Astuti