Selagi mengusahakan kehamilan, mulailah menyusun anggaran persalinan. Dengan begitu, urusan keuangan aman, persalinan pun berlangsung nyaman. Siapkan pula dana untuk kebutuhan selanjutnya.
Banyak pasangan muda pontang-panting menyiapkan dana persalinan karena keperluan ini tidak disiapkan jauh-jauh hari. Apalagi jika baru menikah kemudian istri langsung hamil, "Rasanya baru kemarin menguras tabungan untuk biaya pernikahan, sekarang sudah harus menyiapkan dana persalinan. Dari mana uangnya?"
Padahal, biaya persalinan yang terkesan sangat besar bisa disiasati. Menurut Safir Senduk dari biro perencana keuangan Safir Senduk & Rekan, "Dengan mengatur semuanya jauh-jauh hari, banyak hal yang bisa disiasati dan akhirnya dapat meringankan beban yang harus ditanggung."
Bahkan sebelum istri hamil, kata Safir, tak masalah jika menyisihkan dana khusus untuk persalinan. Memang, sudah jadi kebiasaan umum, hal ini baru disiapkan setelah ada tanda-tanda kehamilan. Alasannya, lebih baik untuk keperluan lain dulu. Padahal, makin awal disiapkan, makin ringan usaha yang harus dikeluarkan. "Coba kalau 3 bulan menjelang persalinan, baru berpikirsoal dana? Pasti rasanya berat dan jumlahnya jadi terkesan besar sekali."
MENENTUKAN ANGGARAN
Sebelum menyisihkan dana untuk persalinan, saran Safir, lakukan survei tarif ke rumah sakit atau klinik bersalin yang akan dipilih. Klinik bersalin biasanya lebih murah. "Perhitungkan pula jarak tempuh dan mobilitasnya dari rumah. Jarak yang makin dekat, akan membuat biaya lebih murah disamping memudahkan ibu saat melahirkan tiba." Bandingkan pula fasilitas dari masing-masing kelas di klinik atau rumah sakit yang sudah disurvei. Misalnya, kelas 1 di rumah sakit A ternyata lebih murah dibanding rumah sakit B. Dengan begitu, bisa dipilih tempat bersalin yang memberi keuntungan paling maksimal dari segi jarak, pelayanan, kelas, tenaga medis, dan sebagainya.
Setelah itu, "Perkiraan dana yang diperlukan, atau X-nya. Asumsikan persalinan akan dilakukan dengan tindakan medis yang paling kompleks sebagai upaya berjaga-jaga. Kemudian bagi X dengan waktu yang tersedia. Nah, sebesar itulah rupiah yang harus disisihkan tiap bulannya." Misalnya X-nya sama dengan Rp 9 juta. Bila anggaran disiapkan saat kehamilan berusia di bawah 1 bulan, berarti ada waktu sekitar 9 bulan untuk menyiapkannya. "Jadi, harus menyisihkan sekitar Rp 1 juta per bulan selama 9 bulan. Jika sanggup, berarti tak ada masalah."
Jika tak sanggup menyisihkan sebesar itu, kata Safir, "Cari penghasilan tambahan agar bisa mencapai dana yang diperlukan tiap bulannya. Kalau tak bisa mencari tambahan penghasilan, potong pos-pos pengeluaran yang dirasa tidak begitu penting semisal pos beli buku, nonton film, jalan-jalan, makan di luar, dan sebagainya. Atau batasi penggunaan alat-alat rumah tangga yang dibayar belakangan, seperti telepon dan listrik karena biasanya tagihan yang dibayar belakangan itu tidak terkontrol pengeluarannya."
Kalau tetap tak memungkinkan, berarti waktu untuk menyiapkan dana harus lebih panjang. Dengan kata lain, persiapan harus dilakukan jauh-jauh hari. Yang jadi masalah, jika waktunya sudah mepet tapi dana belum terkumpul juga. Sebagai alternatif, jelas Safir, "Turunkan standar rumah sakit atau klinik. Cari yang lebih murah."
CARA MENYIMPAN & ANGGARAN TAMBAHAN
Jika dana disimpan di tabungan, yang dikhawatirkan adalah terpakai untuk kebutuhan lain. Lebih baik, kata Safir, buat tabungan yang berfungsi sebagai tabungan investasi, "Yang memang hanya difungsikan untuk menyimpan uang tanpa diambil sama sekali sampai saatnya tiba. Jangan dicampur dengan tabungan yang dipakai untuk keperluan sehari-hari, yang biasanya dilengkapi dengan kartu ATM untuk memudahkan pembayaran maupun penarikan tunai."
Bisa juga disimpan dalam bentuk deposito. Yang harus diingat, jatuh temponya jangan lebih dari 1-3 bulan. "Sebab, bisa jadi kebutuhan biaya persalinan datang mendadak. Jika jatuh temponya lebih dari 3 bulan, bisa-bisa tak dapat dicairkan saat diperlukan." Jika tertarik ikut asuransi yang bisa menutup biaya persalinan, sebaiknya pilih dengan teliti. Tanyakan semua syarat dan prasyaratnya supaya tidak menyesal kemudian.
Yang jelas, jika biaya persalinan sudah tercukupi, jangan langsung berhenti di situ. Masalahnya, bayi pun perlu perlengkapan khusus. "Buat daftar keperluannya seperti baju, popok, boks bayi, dan sebagainya. Beli secukupnya." Kalau memungkinkan, buat anggaran selama setahun. Termasuk untuk susu dan makanan tambahannya. "Kalaupun tak bisa mencapai satu tahun, dana itu tetap harus dianggarkan," tambahnya.
Jangan lupa, masih ada keperluan biaya pesta atau selamatan. "Bisa jadi kita sebagai pasangan modern menganggap hal itu tak penting. Namun, biasanya lingkungan sekitar masih menganggap kelahiran harus dirayakan," ungkap Safir. Terakhir, sisihkan uang untuk mengantisipasi kejadian tak terduga. Katakanlah sebulan setelah lahir, bayi sakit. "Cadangan ini besarnya sekitar Rp 5 juta. Untuk kurs seperti saat ini, saya rasa cukup," tambahnya lagi.
BILA TERPAKSA BERHUTANG
Jadikanlah hal ini sebagai pilihan terakhir jika memang sudah tak ada yang bisa dilakukan. Berhutang, kata Safir, bisa berarti membayar biaya persalinan dengan fasilitas kartu kredit, meminjam saudara/orang tua, meminjam kantor, dan sebagainya.
Menurut Safir, berhutang sebenarnya sama tapi beda dengan menabung. Persamaannya, di situ ada kerja keras dan hasil. Bedanya, dalam menabung diperlukan kerja keras di depan dan baru mendapat hasil belakangan. "Sedangkan kalau berhutang, hasilnya di depan dan kerja kerasnya belakangan. Kerja kerasnya pun jadi lebih mahal karena ada bunga yang harus dibayar."
Jadi, selama masih ada cara yang bisa dilakukan, "Usahakan untuk tidak berhutang."
Marfuah Panji Astuti