Si Kecil Perlu Diajak Ke Kantor

By nova.id, Kamis, 3 Februari 2011 | 17:01 WIB
Si Kecil Perlu Diajak Ke Kantor (nova.id)

Tentang karakter anak, kita tak boleh membeda-bedakan. "Karakter anak itu unik. Justru karena keunikannya itulah, ada yang cepat beradaptasi dan ada yang lama. Namun keduanya tetap boleh diajak ke kantor." Hanya saja, dibanding anak yang mudah beradaptasi, pada anak yang lama adaptasinya akan lebih sulit menanganinya. "Sejak jauh-jauh hari ia perlu dikenalkan dulu dengan kantor ayah-ibunya." Misal, kala ayah menjemput ibu ke kantor, ajaklah si kecil. Dengan begitu, ia lebih siap karena telah mengenali situasi dan rekan-rekan kerja orang tuanya.

BUAT KESEPAKATAN

Bila si kecil sudah siap diajak ke kantor, tindakan kita berikutnya, mengantisipasi kemungkinan ia berbuat ulah semisal berteriak-teriak atau malah mengamuk. Caranya, ajak ia membuat kesepakatan bersama. Misal, "Nanti di kantor Ayah, Kakak enggak boleh teriak-teriak atau lari-lari, ya. Kalau Kakak teriak-teriak dan lari-lari, nanti kerja Ayah dan teman-teman Ayah jadi terganggu." Atau, "Ade nanti kalau mau pipis atau pup bilang sama Ibu, ya. Tapi enggak boleh sambil menangis atau teriak-teriak, lo." Kesepakatan ini dibuat agar anak siap melakukan tugas dan kewajibannya selama berada di kantor ayah/ibunya.

Tapi kita juga harus memberinya reward, lo, agar ia termotivasi melakukan hal-hal yang disepakati bersama. Misal, "Kalau Kakak bersikap manis, pulang kantor nanti kita beli kaset yang Kakak suka." Tentu kita harus menepati janji itu bila ia bersikap manis. Sebaliknya bila ia membuat ulah, jangan dimarahi tapi ingatkan kembali akan janji kita untuk memberinya reward, "Katanya, tadi enggak akan nakal. Kok, sekarang nakal, sih? Bagaimana dengan kasetnya? Enggak mau, ya?" "Insya Allah, ia berhenti membuat ulah yang tak kita harapkan karena ingat akan janji dan hadiah yang akan diterimanya."

Jangan lupa, siapkan pula barang-barang dan mainan kesukaan si kecil untuk dibawa ke kantor agar ia merasa aman di lingkungan barunya. Bahkan, bantal "dekil" favoritnya pun perlu diboyong ke kantor agar ia bisa tidur. Dengan begitu, ketika kita sedang bekerja, ia punya kegiatan atau malah tidur nyenyak.

Bila si kecil masih usia batita, sebaiknya ajak juga pengasuhnya. Menurut Ery, ada dua keuntungan yang didapat dengan membawa pengasuh. "Pertama, kita bisa mengawasi anak secara langsung, bisa menambah wawasan anak, dan memberinya kesempatan bereksplorasi. Kedua, kita bisa bekerja sebagaimana mestinya."

CUKUP DUA JAM

Tentunya, saat di kantor, mau tak mau kita sebagai karyawan sekaligus orang tua harus dapat berlaku adil. Kita tak bisa terlalu terfokus pada salah satunya, pekerjaan atau anak. Di sisi lain, anak tak bisa terlalu lama main sendiri karena ia cepat bosan, selain merasa asing di kantor. Akibatnya, ia ingin perhatian dan perlindungan lebih dari orang tua hingga kita harus menemaninya.

Nah, hal ini akan sulit dilakukan bila kita tak punya ruang kerja pribadi. Ketika kita lagi menemani anak bermain, mungkin saja mengganggu rekan-rekan sekantor. Bahkan, bisa jadi atasan kita berpendapat, dengan membawa anak, aktivitas kita jadi tak produktif. Kendati begitu bila proses kerja masih dapat berjalan dan produktif, tak masalah, kok. Toh, hasil kerjanya bisa dibuktikan.

Namun untuk mencegah agar kehadiran anak tak mengganggu sebaiknya anak jangan lama-lama di kantor. Apalagi jika mengajak batita, cukup 2 atau 2,5 jam. "Lebih dari itu ia jadi rewel karena bosan. Soalnya, kantor bukan tempat familiar buat anak, space-nya juga mungkin terbatas, dan semua orang yang ada di kantor merupakan orang baru baginya." Lain hal bila si kecil sudah terbiasa berada di kantor kita atau usianya di atas balita, malah tak menutup kemungkinan bisa lebih lama lagi, dari pagi hingga sore, misal. Kendati umumnya, bila seharian penuh di kantor, anak tak akan sanggup kecuali kita juga mengajak pengasuhnya.

Selain itu, anak sebaiknya juga tak terlalu sering diajak ke kantor. "Kantor itu, kan, tempat orang dewasa bekerja. Dilihat dari segi keamanan dan kesehatan, dan kenyamanan juga kurang bagus buat anak-anak." Paling baik, 3 atau 6 bulan sekali diajak ke kantor. Selain untuk menghindari dampak negatif tadi, juga agar anak tak bosan. Dengan begitu, ketika harus diajak ke kantor kembali, ia akan senang dan kerasan bersama orang tuanya di tempat kerja.

Nah, Bu-Pak, kini sudah siap, kan, mengajak si kecil ke kantor? Tapi jangan lupa, sebelumnya minta ijin dulu pada atasan maupun rekan-rekan sekantor. Kalau tidak, bisa-bisa Ibu-Bapak kehilangan pekerjaan hanya gara-gara membawa si kecil ke kantor.